Etiologi Fraktur Pelvis
Etiologi fraktur pelvis atau fraktur tulang panggul berupa terjadinya trauma, baik dengan energi rendah maupun energi tinggi, serta penyakit seperti osteoporosis. Faktor risiko fraktur pelvis adalah usia 65 tahun atau lebih, riwayat penyakit dahulu, seperti kanker dengan metastasis ke tulang, dan gaya hidup, misalnya kurang memperhatikan keselamatan saat berkendara.[3,6,12]
Trauma Energi Rendah dan Energi Tinggi
Penyebab fraktur pelvis adalah trauma dengan energi rendah maupun energi tinggi. Fraktur pelvis yang disebabkan oleh energi rendah sering terjadi pada kelompok pasien remaja dan lanjut usia.[17]
Pasien usia remaja biasanya datang dengan fraktur avulsi pada spina iliaka superior atau inferior, atau fraktur avulsi apofiseal pada sayap iliaka atau tuberositas iskia yang disebabkan oleh cedera karena olahraga.[7,10,17]
Fraktur pelvis energi rendah pada orang tua sering terjadi akibat terjatuh, dan ditandai dengan fraktur cincin pelvis yang stabil. Fraktur pelvis energi tinggi paling sering terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, kecelakaan industri, maupun kecelakaan lain seperti jatuh dari pohon atau bangunan. Di Indonesia, kemungkinan penyebab tersering fraktur pelvis berhubungan dengan kecelakaan mobil dan sepeda motor, serta pejalan kaki yang tertabrak kendaraan bermotor.[6,12,17]
Kondisi Patologis
Beberapa kondisi patologis yang menyebabkan kerapuhan tulang sehingga dapat menyebabkan fraktur pelvis antara lain osteoporosis, osteomalasia, dan penyakit Paget. Individu dengan kanker genital, kanker prostat, kanker rektal maupun kanker lainnya yang telah mengalami metastasis ke tulang, terutama pelvis dapat menyebabkan terjadinya fraktur patologis.[3,12,14-17]
Klasifikasi Fraktur Pelvis
Klasifikasi fraktur pelvis menurut Young-Burgess membagi fraktur pelvis berdasarkan anatomi yang terlibat. Sedangkan klasifikasi fraktur pelvis menurut The World Society of Emergency Surgery (WSES) membagi fraktur pelvis tidak hanya berdasarkan anatomi, tetapi juga keadaan hemodinamik.[7,12,30]
Klasifikasi Young-Burgess
Berdasarkan Young dan Burgess, kategori fraktur pelvis dibagi menjadi lateral compression, anteroposterior compression, vertical shear, dan combined mechanism.
Lateral Compression:
Cedera lateral compression (LC), terbagi atas 3 kategori, yaitu:
- LC 1: fraktur transversal atau oblique pada ramus pubis dan fraktur kompresi pada ala sakrum di anterior ipsilateral
- LC 2: fraktur ramus pubis dan fraktur dislokasi pada posterior ipsilateral (crescent fracture)
- LC 3: fraktur kompresi lateral ipsilateral dan open book fracture kontralateral [7,12,17,30]
Anteroposterior Compression:
Cedera kompresi anteroposterior (anteroposterior compression/APC) terbagi atas 3 kategori, yaitu:
- APC 1: pelebaran pada simfisis pubis kurang dari 2,5 cm
- APC 2: pelebaran pada simfisis pubis lebih dari 2,5 cm, diastasis sendi sacroiliac (SI) anterior, ligamen SI posterior utuh, ada kerusakan pada ligamen sacrospinous dan sacrotuberous
- APC 3: dislokasi ligamen SI. Kerusakan pada ligamen sacrospinous dan sacrotuberous [7,12,30]
Vertical Shear:
Pada vertical shear (VS) terjadi diastasis simfisis pubis atau pergeseran ke arah anterior maupun posterior. Pergeseran dapat terjadi melalui sendi SI, tetapi bisa juga terjadi melalui sayap sacrum atau iliac.[7,12,30]
Combined Mechanism:
Combined mechanism (CM) merupakan klasifikasi yang digunakan pada gabungan dua klasifikasi cedera. Paling sering terjadi lateral compression atau vertical shear.[7,12,30]
Klasifikasi World Society of Emergency Surgery
World Society of Emergency Surgery (WSES) membagi fraktur pelvis berdasarkan keadaan hemodinamik pasien. Selain itu, WSES juga memasukkan klasifikasi dari Young-Burgess pada kategori mereka.[12]
Kategori Minor:
Kategori minor disebut juga WSES grade 1. Pada kategori ini fraktur stabil, yaitu komponen fraktur berada pada lokasi anatomis yang seharusnya, dan hemodinamik pasien juga stabil. Klasifikasi APC 1 dan LC 1 dari Young-Burgess termasuk ke dalam kategori ini.[7,12]
Kategori Menengah:
Kategori menengah disebut juga WSES grade 2 dan 3. Termasuk pada kategori ini adalah fraktur tidak stabil, tetapi keadaan hemodinamik stabil. Grade 2 adalah fraktur APC 2 dan 3, serta fraktur LC 2 dan 3. Grade 3 adalah fraktur VS dan CM.[7,12]
Kategori Berat:
Kategori berat disebut juga sebagai WSES grade 4. Keadaan fraktur dapat stabil ataupun tidak stabil, disertai dengan hemodinamik yang tidak stabil. Seluruh klasifikasi Young-Burgess dengan ketidakstabilan hemodinamik masuk ke dalam kategori ini.[7,12]
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami fraktur pelvis, antara lain:
- Usia 65 tahun atau lebih
- Riwayat penyakit dahulu, seperti fraktur pelvis sebelumnya, osteoporosis, kanker dengan metastasis ke tulang, rheumatoid arthritis, multiple myeloma, dan penyakit Paget
- Penggunaan glukokortikoid dan radiasi, terutama pada panggul
- Gaya hidup, seperti merokok, kebiasaan minum alkohol, diet tidak seimbang
- Kebiasaan kurang memperhatikan keamanan saat mengendarai kendaraan bermotor, misalnya tidak ada fasilitas airbag di mobil, tidak menggunakan sabuk pengaman dan berkendara dengan kecepatan tinggi
- Bahaya keselamatan kerja/occupational hazard, seperti pada pekerja konstruksi gedung tinggi dengan alat pelindung diri atau alat kerja yang kurang memadai sehingga berisiko jatuh dari ketinggian [1,3,12,14-17]