Diagnosis Splenomegali
Diagnosis splenomegali dapat dicurigai berdasarkan keluhan nyeri abdominal pada regio kiri atas disertai dengan nyeri menjalar pada bahu kiri yang dialami oleh pasien. Penegakan diagnosis dapat dikonfirmasi dengan menyesuaikan tanda dan gejala penyakit yang mendasari dengan hasil pemeriksaan penunjang seperti USG atau CT-scan.
Anamnesis
Pasien umumnya datang dengan keluhan perasaan tidak nyaman pada regio abdominal. Pasien juga dapat mengeluhkan nyeri abdominal pada regio kiri atas disertai dengan nyeri menjalar pada bahu kiri. Keluhan perut kembung, distensi abdomen, anoreksia, kakeksia dan perasaan cepat kenyang dapat ditemukan pada pasien dengan splenomegali.[1,5]
Selain keluhan pada regio abdomen, dokter juga dapat menanyakan beberapa tanda dan gejala yang dapat membantu untuk menentukan penyebab yang mendasari terjadinya splenomegali, antara lain:
- Keluhan mudah lelah, turun berat badan yang cepat dan keringat dingin di malam hari dapat mengarahkan anamnesis pada berbagai penyakit malignansi
- Keluhan demam, malaise, dan infeksi fokal dapat menunjukan bahwa pasien sedang mengalami infeksi akut.
- Pasien dengan penyakit hepatik seperti hepatitis dan sirosis dapat mengeluhkan berbagai keluhan seperti asites, ikterus[17]
- Keluhan anemia (pandangan kabur, pusing, dispnea, mudah lelah), mudah terjadi lebam, perdarahan ataupun petekie dapat mengindikasikan terjadinya proses hemolitik. Pada penyakit sel sabit, splenomegali dapat ditemukan pada 50-60% pasien dewasa dan 34% pada pasien pediatri[18]
Riwayat alkohol, riwayat perjalanan, trauma serta aktivitas fisik (terutama olahraga dengan kontak fisik) dapat membantu dokter untuk mengarahkan diagnosis[19]
Pemeriksaan Fisik
Limpa berada pada kavitas abdominal kiri dan berada antara costa 9 dan costa 11. Pemeriksaan fisik pada limpa dilakukan dengan menggunakan teknik palpasi dan perkusi. Pada umumnya limpa tidak akan teraba, namun pada 3% individu, limpa dapat diraba pada kondisi normal.[1] Kemampuan untuk menghubungkan berbagai tanda dan gejala serta riwayat kebiasaan pasien dapat membantu dokter untuk menentukan penyebab utama terjadinya splenomegali.[19]
Berikut cara melakukan pemeriksaan palpasi pada kasus splenomegali:
- Pemeriksaan limpa dilakukan pada posisi supinasi dan left lateral dekubitus dengan leher, pinggul dan lutut difleksikan. Posisi ini akan membantu untuk merelaksasikan otot otot pada dinding abdomen dan merotasi limpa agar lebih terletak lebih anterior
- Tekan perlahan di bawah batas costa kiri pada saat inspirasi dalam untuk menentukan batas dan ukuran limpa. Umumnya limpa tidak dapat teraba, namun pada 3% orang dewasa limpa dapat teraba
- Pemeriksaan dapat dinyatakan abnormal jika limpa terpalpasi lebih dari 2 cm dibawah batas bawah costa kiri
- Pada kondisi splenomegali masif, limpa dapat terpalpasi melewati batas tengah abdomen hingga mendekati pelvis[1]
Ukuran limpa dapat dikategorikan menggunakan sistem Hackett yang bernilai antara 0 (tidak teraba) hingga 5 (pembesaran masif yang melebihi umbilikus).[20]
Gambar: Laman et al. 2015.[20]
Pemeriksaan perkusi dilakukan pada ruang Traube, dengan metode Castell maupun metode Nixon. Metode Castell ini memiliki sensitivitas hingga 25%-85% dan spesifisitas 32%-94% sedangkan metode Nixon memiliki sensitivitas 25%-66% dan spesifisitas 68%-95%.[21]
Pemeriksaan dengan metode Castell dapat dilakukan dengan cara berikut:
- Lakukan perkusi pada ruang instercosta terbawah pada linea aksilaris anterior
- Bunyi akan terdengar sonor pada saat inspirasi penuh
- Perubahan bunyi perkusi pada saat inspirasi penuh menandakan adanya pembesaran limpa (tanda Castell positif)[21]
Pemeriksaan dengan metode Nixon dapat dilakukan dengan cara berikut:
- Posisikan pasien pada posisi Right lateral decubitus
- Lakukan perkusi ke arah tengah sepanjang batas costa kiri
- Lanjutkan perkusi secara tegak lurus dengan batas costa kiri
- Jika terjadi perubahan suara pada batas atas melebihi 8 cm diatas batas costa kiri, dapat diindikasikan pasien mengalami splenomegali[21]
Pemeriksaan fisik tambahan dapat dilakukan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya splenomegali. Ikterus, hepatomegali, asites, spider angiomata dapat ditemukan pada pasien dengan penyakit hepatik. Petekie, perdarahan mukosa, dan pewarnaan pucat pada kulit dapat menjadi tanda terjadinya penyakit hematologis. Pasien dengan penyakit reumatologi akan menunjukan adanya nyeri pada sendi, pembengkakan, rash dan juga hasil pemeriksaan paru yang abnormal.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding splenomegali dapat didasarkan pada berbagai manifestasi dari gangguan fungsi limpa, seperti hipersplenisme. Definisi splenomegali dan hipersplenisme sebaiknya tidak dicampur adukkan: splenomegali mengacu pada pembesaran limpa, sedangkan hipersplenisme mengacu pada fungsi organ limpa yang overaktif, walaupun ukuran limpa normal. Pada hipersplenisme, ukuran limpa mungkin bertambah karena adanya kongesti oleh darah, namun hipersplenisme dan splenomegali tidak selalu muncul bersamaan.[39]
Kondisi hipersplenisme dapat disebabkan oleh penyakit pada hepar seperti sirosis dan trombosis vena porta atau vena hepatika dengan hipertensi porta. Penyebab lain sitopenia yang terkait dengan hipersplenisme adalah destruksi autoimun, defisiensi zat besi, vitamin B12 atau folat.[39]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada splenomegali ditujukan untuk menyingkirkan diagnosis banding dan menentukan penyakit yang mendasari terjadinya splenomegali.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hitung jenis dan morfologi darah (leukosit, eritrosit dan platelet) akan menunjukan hasil yang bervariasi, sesuai dengan penyakit yang mendasari terjadinya splenomegali. Pemeriksaan fungsi hepar, lipase, panel reumatologi dan pemeriksaan spesifik pada infeksi dapat membantu menegakkan diagnosis penyebab. Hipersplenisme dapat pula disertai dengan leukopenia, anemia dan trombositopenia. Skrining infeksi dan autoimun dapat menyingkirkan diagnosis banding.[1,28]
Pencitraan
Diagnosis splenomegali dan penyebab yang mendasarinya dapat dilakukan dengan pencitraan. Limpa memiliki gambaran yang serupa dengan hepar pada pemeriksaan CT. Selain menentukan kondisi splenomegali, CT abdomen dapat mendeteksi adanya abses limpa, massa, abnormalitas vaskular, kista, pembesaran akibat inflamasi, kerusakan akibat trauma, limfadenopati intraabdominal dan abnormalitas hepar.[4]
Pemeriksaan dengan menggunakan USG dapat digunakan untuk meninjau ukuran limpa. Ukuran normal limpa adalah,13 cm pada aksis superior hingga inferior, 6-7 cm pada aksis medial ke lateral dan 5-6 cm dari plana anterior ke posterior.[1] Penelitian lain menyatakan ukuran normal limpa dari craniocaudal adalah 9.8 cm dengan volume lebih dari 314.5 cm3. Beberapa sumber menyatakan bahwa diameter >13 cm dapat dinyatakan abnormal.[4,29]
Pemeriksaan dengan menggunakan MRI, pencitraan PET dan koloid hepar limpa, splenektomi dan biopsi limpa dapat diindikasikan pada kondisi keganasan.[4,30]