Prognosis Splenomegali
Prognosis pada pasien splenomegali akan dipengaruhi oleh penyebab yang mendasari terjadinya splenomegali. Usia onset dan prosedur splenektomi tidak mempengaruhi prognosis pasien. Pemberian antibiotik dan vaksinasi sebaiknya dilakukan pasca splenektomi untuk mencegah komplikasi infeksi sekunder yang mungkin terjadi.[37]
Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi perkembangan penyakit yang mendasari terjadinya splenomegali. Pada kasus hepatitis stadium lanjut, kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hepatis. Pada kasus rheumatoid arthritis dengan durasi lebih dari 10 tahun, penyakit dapat berkembang menjadi sindrom Felty yang memiliki triad rheumatoid arthritis, splenomegali, dan neutropenia persisten.[34]
Ruptur splenik diakibatkan karena pertambahan ukuran organ disertai dengan peregangan kapsul. Trauma tumpul pada abdomen akan memicu rusaknya kapsul limpa. Ruptur limpa spontan dapat terjadi pada kasus splenomegali yang diakibatkan oleh neoplasma, infeksi dan inflamasi. Mekanisme ruptur spontan dapat berupa infiltrasi leukemik terutama pada kapsul, infark pada limpa dan defek pada koagulasi darah.[35]
Prognosis
Prognosis pada pasien splenomegali akan dipengaruhi oleh penyebab yang mendasari terjadinya splenomegali.[1] Prognosis dapat memburuk seiring perkembangan penyakit yang mendasari. Pada kasus sirosis, prognosis pasien, angka bertahan hidup 10 tahun berkisar pada angka 47%, namun menurun drastis hingga 16% jika terjadi dekompensasi hepar.[17] Skor Model for End-Stage Liver Disease (MELD) dan Child–Turcotte–Pugh (CTP) merupakan perangkat bantu untuk menentukan prognosis pada kasus sirosis.[36]