Penatalaksanaan Splenomegali
Penatalaksanaan splenomegali disesuaikan dengan etiologi penyakit. Pilihan tatalaksana pada dapat terbagi menjadi menjadi 3 kategori, yaitu: memperbaiki kondisi penyebab, mereduksi ukuran organ, dan splenektomi radikal. Pilihan tatalaksana di masa depan dapat mencakup pendekatan regeneratif.[6]
Memperbaiki Kondisi Penyebab
Tatalaksana utama harus diarahkan pada upaya memperbaiki kondisi yang mendasari terjadinya splenomegali. Pasien juga harus dihindarkan dari komplikasi ruptur limpa yang dapat muncul dengan mengurangi aktivitas dengan kontak fisik yang tinggi.[1]
Pada kasus splenomegali akibat keganasan pilihan terapi splenektomi berupa splenektomi, pemberian kemoterapi dan R-CHOP atau terapi radiasi dengan kemoterapi. Pasien pada stadium awal limfoma Hodgkin (stadium I dan II) dapat diberikan kemoterapi 2 siklus dengan kombinasi doxorubicin, bleomycin, vinblastine, dan dacarbazine diikuti dengan involved-field radiation therapy (IFRT).Pada stadium lanjut (III dan IV) pemberian kemoterapi harus didasarkan pada skor prognosis internasional, namun sebagian besar pasien masih tetap menggunakan kombinasi doksorubisin, bleomycin, vinblastine, dan dacarbazine.[31]
Reduksi Ukuran Organ
Radiasi dosis rendah dapat mengurangi ukuran limpa pasien dengan mielofibrosis primer. Iradiasi juga diindikasikan pada pasien dengan kondisi umum yang tidak memenuhi persyaratan operasi. Penggunaan radiasi dosis rendah, 10 Gy dalam 10 fraksi, dapat membantu untuk mereduksi ukuran limpa.[5,32]
Splenektomi Radikal
Splenektomi merupakan upaya yang dilakukan untuk mengisolasi lesi pada limpa, namun tidak akan menyelesaikan penyebab utama yang mendasari terjadinya splenomegali. Splenektomi diindikasikan pada kondisi nyeri berat akibat splenomegali, ruptur limpa, aneurisma arteria splenica, hemoglobinopati, autoimmune hemolytic anemia (AIHA), Immune thrombocytopenic purpura (ITP), TTP, lesi parenkim atau vaskular pada limpa dan hipersplenisme.[6,14]
Walaupun splenektomi memiliki efikasi yang baik, 36% pasien yang menjalani splenektomi akan mengalami komplikasi yang signifikan, dan pada mortalitas pasca operasi ditemukan pada 6% kasus.[5] Pasien yang telah menjalani splenektomi lebih rentan terinfeksi, mengalami tromboembolisme dan malignansi di kemudian hari.[6,33]