Penatalaksanaan Anthrax
Penatalaksanaan anthrax yang utama adalah dengan antibiotik dan antitoksin. Pada pasien dengan paparan anthrax namun belum muncul gejala, diberikan post-exposure prophylaxis (PEP) berupa antibiotik profilaksis dan vaksin anthrax. Sementara itu, pada pasien dengan gejala anthrax atau telah terkonfirmasi anthrax, antibiotik diberikan sebagai terapi utama, ditambah dengan antitoksin dan imunoglobulin.[2,3]
Penanganan Pasca Pajanan (Sebelum Onset Gejala)
Tata laksana yang dilakukan segera setelah pajanan dapat secara efektif mencegah progresi penyakit dan menurunkan mortalitas. Tata laksana pasca pajanan yaitu PEP berupa antibiotik profilaksis dan vaksin anthrax.[1,3]
Antibiotik
Antibiotik profilaksis post pajanan diberikan per oral selama 60 hari (sesuai masa dormant spora) untuk mencegah spora teraktivasi di dalam tubuh. Antibiotik yang direkomendasikan yaitu:
Ciprofloxacin 500 mg 2 kali sehari
Levofloxacin 500 mg sekali sehari
Ofloxacin 400 mg 2 kali sehari
Doxycycline 100 mg 2 kali sehari.
Pada anak-anak, antibiotik profilaksis post pajanan yang direkomendasikan yaitu ciprofloxacin 10-15 mg/kg/12 jam, atau doxycycline 100 mg/12 jam untuk anak usia di atas 8 tahun dan berat badan lebih dari 45 kg.[1,3,5]
Vaksin
Vaksin anthrax (Anthrax Vaccine Adsorbed /AVA) dapat diberikan sebagai PEP maupun pre-exposure prophylaxis (PrEP) untuk usia 18-65 tahun. Sebagai PEP, vaksin diberikan 0,5 ml subkutan (deltoid) sebanyak 3 dosis selama 4 minggu, yaitu pada minggu ke-0, ke-2, dan ke-4 setelah paparan. Vaksin diberikan bersama dengan pemberian antibiotik profilaksis selama 60 hari. Jika vaksin tidak tersedia, terapi antibiotik harus tetap diberikan selama 60 hari.
Pada individu dengan reaksi alergi serius terhadap vaksin atau komponennya, tidak diberikan vaksin, namun tetap diberikan antibiotik profilaksis selama 60 hari.[1,3]
Penanganan Setelah Onset Gejala
Pasien dengan anthrax kulit umumnya tidak perlu dirawat dan hanya berobat jalan kecuali terjadi infeksi sekunder. Rawat inap diindikasikan pada anthrax gastrointestinal, anthrax inhalasi, dan anthrax dengan komplikasi, termasuk anthrax meningitis. Pasien dengan syok septik dan hemoragik (infeksi anthrax terminal) harus dirawat di intensive care unit (ICU) untuk manajemen dan monitor hemodinamik. Bantuan ventilasi perlu diberikan pada insufisiensi respirasi yang progresif.
Terapi utama setelah onset gejala yaitu antibiotik, antitoksin, dan imunoglobulin.[1,3]
Antibiotik
Dahulu, terapi antibiotik pada anthrax menggunakan penicillin, namun seiring dengan perkembangan bioterorisme anthrax dan resistensi penicillin, The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan antibiotik dengan spektrum yang lebih luas. Pilihan antibiotik yang direkomendasikan untuk terapi anthrax berbeda-beda tergantung jenis anthrax.[2,3,5]
Terapi Anthrax Kulit:
Pada anthrax kulit tanpa komplikasi maupun keterlibatan sistemik, direkomendasikan menggunakan antibiotik oral sebagai monoterapi, sedangkan pada pasien dengan edema luas atau keterlibatan kepala dan leher, antibiotik intravena lebih direkomendasikan. Pilihan utama adalah ciprofloxacin, doxycycline, levofloxacin, dan moxifloxacin. Terapi alternatif adalah clindamycin. Terapi diberikan selama 7-10 hari.[2,3]
Tabel 1. Rekomendasi Terapi Antibiotik pada Anthrax Kulit
Pilihan utama | Terapi alternatif | |
Dewasa | Ciprofloxacin 500 mg/12 jam, atau | Clindamycin 600 mg/8 jam, atau |
Doxycycline 100 mg/12 jam, atau | Amoxicillin 1 gr/8 jam | |
Levofloxacin 750 mg/12 jam, atau | ||
Moxifloxacin 400 mg/24 jam. | ||
Wanita hamil/ menyusui | Ciprofloxacin 500 mg/12 jam | Levofloxacin 750 mg/12 jam, atau |
Amoxicillin 1 gr/8 jam | ||
Anak-anak | Ciprofloxacin 15 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 500 mg/kali, atau | Doxycycline (untuk berat badan <45 kg) 2,2 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 100 mg/kali, atau |
Amoxicillin 25 mg/kg/8 jam dengan dosis maksial 1 gr/kali | Clindamycin 10 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 600 mg/kali, atau | |
Levofloxacin 8 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 250 mg/kali untuk anak dengan berat badan <50 kg atau 500 mg/24 jam untuk anak dengan berat badan >50 kg. |
Sumber: dr.Putri, Alomedika, 2022.[2,3]
Terapi Anthrax Gastrointestinal dan Anthrax Inhalasi (Tanpa Komplikasi Meningitis):
Pada anthrax gastrointestinal dan anthrax inhalasi tanpa komplikasi meningitis, diberikan antibiotik intravena bersama antitoksin atau imunoglobulin. Antibiotik intravena yang diberikan yaitu 1 agen bactericidal dan 1 agen inhibitor sintesis protein. Terapi diberikan selama 10-14 hari.[2-4]
Tabel 2. Rekomendasi Terapi Antibiotik pada Anthrax gastrointestinal dan Anthrax Inhalasi Tanpa Komplikasi
Bactericidal | Inhibitor sintesis protein | ||
Dewasa | Pilihan utama | Ciprofloxacin 400 mg/8 jam | Clindamycin 900 mg/8 jam, atau
|
Linezolid 600 mg/12 jam | |||
Terapi alternatif | Levofloxacin 750 mg/24 jam, atau | Doxycycline 200 mg loading dose dilanjutkan 100 mg/12 jam, atau | |
Moxifloxacin 400 mg/24 jam, atau | Rifampin 600 mg/12 jam | ||
Meropenem 2 gr/8 jam, atau imipenem 1 gr/6 jam, atau doripenem 500 mg/8jam, atau | |||
Vancomycin 20 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 2 gr/kali | |||
Anak-anak | Pilihan utama | Ciprofloxacin 10 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 400 mg/kali
| Clindamycin 40 mg/kg/hari terbagi dalam dosis setiap 8 jam dengan dosis maksimal 900 mg/kali.
|
Terapi alternatif | Meropenem 20 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 2 gr/kali, atau
| Linezolid 10 mg/kg/8 jam untuk anak usia <12 tahun dan 15 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 600 mg/kali untuk anak usia >12 tahun, atau
| |
Levofloxacin 10 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 250 mg/kali untuk anak dengan berat badan <50 kg atau 500 mg/24 jam untuk berat badan >50 kg, atau | Doxycycline 4,4 mg/kg loading dose dengan dosis maksimal 200 mg dilanjutkan 2,2 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 100 mg/kali untuk anak dengan berat badan <45 kg atau 200 mg loading dose dilanjutkan 100 mg/12 jam untuk anak dengan berat badan >45 kg, atau | ||
Imipenem 25 mg/kg/6 jam dengan dosis maksimal 1 gr/kali, atau | Rifampicin 10 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 300 mg/kali | ||
Vancomycin 20 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 2 gr/kali |
Sumber: dr.Putri, Alomedika, 2022.[2-4]
Terapi Anthrax Meningitis:
Pada anthrax dengan komplikasi meningitis, antibiotik harus segera diberikan tanpa menunggu hasil pungsi lumbal. Regimen antibiotik yang diberikan yaitu 2 agen bactericidal dari golongan yang berbeda ditambah dengan 1 agen inhibitor sintesis protein. Antibiotik diberikan secara intravena selama minimal 3 minggu atau dapat diperpanjang sampai ada perbaikan klinis. Doxycycline tidak digunakan pada kasus kecurigaan meningitis karena penetrasi doxycycline ke sistem saraf pusat buruk.[2,3,5]
Tabel 3. Rekomendasi Terapi Antibiotik pada Anthrax Meningitis
Bactericidal I | Bactericidal II | Inhibitor sintesis protein | ||
Dewasa | Pilihan utama | Ciprofloxacin 400 mg/8 jam | Meropenem 2 gr/8 jam | Linezolid 600 mg/12 jam |
Terapi alternatif | Levofloxacin 750 mg/24 jam, atau
| Imipenem 1 gr/6 jam, atau | Clindamycin 900 mg/8 jam, atau | |
Moxifloxacin 400 mg/24 jam | Doripenem 500 mg/8 jam, atau | Rifampicin 600 mg/12 jam, atau | ||
ampicillin 3 gr/6 jam | Chloramphenicol 1 gr/6-8 jam | |||
Anak-anak | Pilihan utama | Ciprofloxacin 10 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 400 mg/kali
| Meropenem 40 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 2 gr/kali | Linezolid 10 mg/kg/8 jam untuk anak usia <12 tahun atau 15 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 600 mg/kali untuk anak usia ≥12 tahun
|
Terapi alternatif | Levofloxacin 8 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 250 mg/kali untuk anak dengan berat badan <50 kg atau 500 mg/24 jam untuk berat badan ≥50 kg, atau | Imipenem 25 mg/kg/6 jam dengan dosis maksimal 1 gr/kali, atau | Clindamycin 40 mg/kg/hari terbagi dalam dosis per 8 jam dengan dosis maksimal 900 mg/kali, atau | |
Moxifloxacin untuk usia 3 bulan hingga <2 tahun diberikan dengan dosis 6 mg/kg/12 jam
| Doripenem 40 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 1 gr/kali, atau | Rifampicin 10 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 300 mg/kali, atau | ||
Moxifloxacin untuk usia 2-5 tahun diberikan dosis 5 mg/kg/12 jam, | Vancomycin 20 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 2 gr/kali, atau | Chloramphenicol 25 mg/kg/6 jam dengan dosis maksimal 1 gr/kali | ||
Moxifloxacin untuk usia 6-11 tahun diberikan dosis 4 mg/kg/12 jam, | Ampicillin 100 mg/kg/6 jam dengan dosis maksimal 3 gr/kali | |||
Moxifloxacin untuk usia 12-17 tahun dengan berat badan <45 kg diberikan dosis 4 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 200 mg/kali, untuk usia 12-17 tahun dengan berat badan ≥45 kg diberikan dosis 400 mg /24 jam. |
Sumber: dr.Putri, Alomedika, 2022.[2,3,5]
Setelah selesai 3 minggu terapi antibiotik, dilanjutkan dengan monoterapi antibiotik profilaksis (PEP) selama 60 hari untuk mencegah relaps endospora yang dorman.[3]
Antitoksin
Antitoksin yang direkomendasikan antara lain raxibacumab dan obiltoxaximab.[3,4]
Raxibacumab:
Raxibacumab adalah human IgG1 gamma monoclonal antibody yang mentarget antigen protektif B.anthracis. Raxibacumab dapat digunakan pada dewasa maupun anak-anak dengan dosis sesuai berat badan.
- Untuk dewasa atau anak dengan berat badan >50 kg diberikan dosis 40 mg/kg.
- Untuk berat badan ≥15-50 kg diberikan dosis 60 mg/kg.
- Untuk berat badan <15 kg diberikan dosis 80 mg/kg.
Semua dosis diberikan sebagai dosis tunggal dengan infus selama 2 jam 15 menit.[4,10]
Obiltoxaximab:
Obiltoxaximab adalah chimeric IgG1 kappa monoclonal antibody yang mentarget antigen protektif B.anthracis. Obiltoxaximab dapat digunakan pada dewasa maupun anak-anak dengan dosis sesuai berat badan.
- Untuk dewasa atau anak dengan berat badan >40 kg diberikan dosis 16 mg/kg
- Untuk berat badan ≥15 hingga 40 kg diberikan dosis 24 mg/kg
- Untuk berat badan <15 kg diberikan dosis 32 mg/kg.
Semua dosis diberikan sebagai dosis tunggal dengan infus selama 90 menit.[4,11]
Imunoglobulin
Human anthrax immune globulin (Anthrasil) digunakan bersama antibiotik untuk terapi anthrax inhalasi pada dewasa maupun anak-anak. Pada individu usia >17 tahun, imunoglobulin diberikan 420 U secara infus dengan kecepatan awal 0,5 ml/menit selama 30 menit. Jika dapat ditoleransi dengan baik, maka selanjutnya kecepatan infus dapat ditingkatkan 0,5 ml/menit setiap 30 menit dengan kecepatan maksimal 2 ml/menit.
Pada anak usia ≤16 tahun, imunoglobulin diberikan 60-420 U secara infus dengan kecepatan awal 0,01 ml/kg/menit selama 30 menit. Jika dapat ditoleransi dengan baik, maka selanjutnya kecepatan infus dapat ditingkatkan 0,02 ml/kg/menit setiap 30 menit dengan kecepatan maksimal 0,04 ml/kg/menit.[4,12]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra