Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Anthrax general_alomedika 2024-02-20T15:18:44+07:00 2024-02-20T15:18:44+07:00
Anthrax
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Anthrax

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Penatalaksanaan anthrax yang utama adalah dengan antibiotik dan antitoksin. Pada pasien dengan paparan anthrax namun belum muncul gejala, diberikan post-exposure prophylaxis (PEP) berupa antibiotik profilaksis dan vaksin anthrax. Sementara itu, pada pasien dengan gejala anthrax atau telah terkonfirmasi anthrax, antibiotik diberikan sebagai terapi utama, ditambah dengan antitoksin dan imunoglobulin.[2,3]

Penanganan Pasca Pajanan (Sebelum Onset Gejala)

Tata laksana yang dilakukan segera setelah pajanan dapat secara efektif mencegah progresi penyakit dan menurunkan mortalitas. Tata laksana pasca pajanan yaitu PEP berupa antibiotik profilaksis dan vaksin anthrax.[1,3]

Antibiotik

Antibiotik profilaksis post pajanan diberikan per oral selama 60 hari (sesuai masa dormant spora) untuk mencegah spora teraktivasi di dalam tubuh. Antibiotik yang direkomendasikan yaitu:

  • Ciprofloxacin 500 mg 2 kali sehari

  • Levofloxacin 500 mg sekali sehari

  • Ofloxacin 400 mg 2 kali sehari

  • Doxycycline 100 mg 2 kali sehari.

Pada anak-anak, antibiotik profilaksis post pajanan yang direkomendasikan yaitu ciprofloxacin 10-15 mg/kg/12 jam, atau doxycycline 100 mg/12 jam untuk anak usia di atas 8 tahun dan berat badan lebih dari 45 kg.[1,3,5]

Vaksin

Vaksin anthrax (Anthrax Vaccine Adsorbed /AVA) dapat diberikan sebagai PEP maupun pre-exposure prophylaxis (PrEP) untuk usia 18-65 tahun. Sebagai PEP, vaksin diberikan 0,5 ml subkutan (deltoid) sebanyak 3 dosis selama 4 minggu, yaitu pada minggu ke-0, ke-2, dan ke-4 setelah paparan. Vaksin diberikan bersama dengan pemberian antibiotik profilaksis selama 60 hari. Jika vaksin tidak tersedia, terapi antibiotik harus tetap diberikan selama 60 hari.

Pada individu dengan reaksi alergi serius terhadap vaksin atau komponennya, tidak diberikan vaksin, namun tetap diberikan antibiotik profilaksis selama 60 hari.[1,3]

Penanganan Setelah Onset Gejala

Pasien dengan anthrax kulit umumnya tidak perlu dirawat dan hanya berobat jalan kecuali terjadi infeksi sekunder. Rawat inap diindikasikan pada anthrax gastrointestinal, anthrax inhalasi, dan anthrax dengan komplikasi, termasuk anthrax meningitis. Pasien dengan syok septik dan hemoragik (infeksi anthrax terminal) harus dirawat di intensive care unit (ICU) untuk manajemen dan monitor hemodinamik. Bantuan ventilasi perlu diberikan pada insufisiensi respirasi yang progresif.

Terapi utama setelah onset gejala yaitu antibiotik, antitoksin, dan imunoglobulin.[1,3]

Antibiotik

Dahulu, terapi antibiotik pada anthrax menggunakan penicillin, namun seiring dengan perkembangan bioterorisme anthrax dan resistensi penicillin, The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan antibiotik dengan spektrum yang lebih luas. Pilihan antibiotik yang direkomendasikan untuk terapi anthrax berbeda-beda tergantung jenis anthrax.[2,3,5]

Terapi Anthrax Kulit:

Pada anthrax kulit tanpa komplikasi maupun keterlibatan sistemik, direkomendasikan menggunakan antibiotik oral sebagai monoterapi, sedangkan pada pasien dengan edema luas atau keterlibatan kepala dan leher, antibiotik intravena lebih direkomendasikan. Pilihan utama adalah ciprofloxacin, doxycycline, levofloxacin, dan moxifloxacin. Terapi alternatif adalah clindamycin. Terapi diberikan selama 7-10 hari.[2,3]

Tabel 1. Rekomendasi Terapi Antibiotik pada Anthrax Kulit

Pilihan utama Terapi alternatif
Dewasa Ciprofloxacin 500 mg/12 jam, atau Clindamycin 600 mg/8 jam, atau
Doxycycline 100 mg/12 jam, atau Amoxicillin 1 gr/8 jam
Levofloxacin 750 mg/12 jam, atau
Moxifloxacin 400 mg/24 jam.
Wanita hamil/ menyusui Ciprofloxacin 500 mg/12 jam Levofloxacin 750 mg/12 jam, atau
Amoxicillin 1 gr/8 jam
Anak-anak Ciprofloxacin 15 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 500 mg/kali, atau Doxycycline (untuk berat badan <45 kg) 2,2 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 100 mg/kali, atau
Amoxicillin 25 mg/kg/8 jam dengan dosis maksial 1 gr/kali Clindamycin 10 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 600 mg/kali, atau
Levofloxacin 8 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 250 mg/kali untuk anak dengan berat badan <50 kg atau 500 mg/24 jam untuk anak dengan berat badan >50 kg.

Sumber: dr.Putri, Alomedika, 2022.[2,3]

Terapi Anthrax Gastrointestinal dan Anthrax Inhalasi (Tanpa Komplikasi Meningitis):

Pada anthrax gastrointestinal dan anthrax inhalasi tanpa komplikasi meningitis, diberikan antibiotik intravena bersama antitoksin atau imunoglobulin. Antibiotik intravena yang diberikan yaitu 1 agen bactericidal dan 1 agen inhibitor sintesis protein. Terapi diberikan selama 10-14 hari.[2-4]

Tabel 2. Rekomendasi Terapi Antibiotik pada Anthrax gastrointestinal dan Anthrax Inhalasi Tanpa Komplikasi

Bactericidal Inhibitor sintesis protein
Dewasa Pilihan utama Ciprofloxacin 400 mg/8 jam

Clindamycin 900 mg/8 jam, atau

 

Linezolid 600 mg/12 jam

Terapi alternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam, atau Doxycycline 200 mg loading dose dilanjutkan 100 mg/12 jam, atau
Moxifloxacin 400 mg/24 jam, atau Rifampin 600 mg/12 jam
Meropenem 2 gr/8 jam, atau imipenem 1 gr/6 jam, atau doripenem 500 mg/8jam, atau
Vancomycin 20 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 2 gr/kali
Anak-anak Pilihan utama

Ciprofloxacin 10 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 400 mg/kali

 

Clindamycin 40 mg/kg/hari terbagi dalam dosis setiap 8 jam dengan dosis maksimal 900 mg/kali.

 

Terapi alternatif

Meropenem 20 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 2 gr/kali, atau

 

Linezolid 10 mg/kg/8 jam untuk anak usia <12 tahun dan 15 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 600 mg/kali untuk anak usia >12 tahun, atau

 

Levofloxacin 10 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 250 mg/kali untuk anak dengan berat badan <50 kg atau 500 mg/24 jam untuk berat badan >50 kg, atau Doxycycline 4,4 mg/kg loading dose dengan dosis maksimal 200 mg dilanjutkan 2,2 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 100 mg/kali untuk anak dengan berat badan <45 kg atau 200 mg loading dose dilanjutkan 100 mg/12 jam untuk anak dengan berat badan >45 kg, atau
Imipenem 25 mg/kg/6 jam dengan dosis maksimal 1 gr/kali, atau Rifampicin 10 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 300 mg/kali
Vancomycin 20 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 2 gr/kali

Sumber: dr.Putri, Alomedika, 2022.[2-4]

Terapi Anthrax Meningitis:

Pada anthrax dengan komplikasi meningitis, antibiotik harus segera diberikan tanpa menunggu hasil pungsi lumbal. Regimen antibiotik yang diberikan yaitu 2 agen bactericidal dari golongan yang berbeda ditambah dengan 1 agen inhibitor sintesis protein. Antibiotik diberikan secara intravena selama minimal 3 minggu atau dapat diperpanjang sampai ada perbaikan klinis. Doxycycline tidak digunakan pada kasus kecurigaan meningitis karena penetrasi doxycycline ke sistem saraf pusat buruk.[2,3,5]

Tabel 3. Rekomendasi Terapi Antibiotik pada Anthrax Meningitis

Bactericidal I Bactericidal II Inhibitor sintesis protein
Dewasa Pilihan utama Ciprofloxacin 400 mg/8 jam Meropenem 2 gr/8 jam Linezolid 600 mg/12 jam
Terapi alternatif

Levofloxacin 750 mg/24 jam, atau

 

Imipenem 1 gr/6 jam, atau Clindamycin 900 mg/8 jam, atau
Moxifloxacin 400 mg/24 jam Doripenem 500 mg/8 jam, atau Rifampicin 600 mg/12 jam, atau
ampicillin 3 gr/6 jam Chloramphenicol 1 gr/6-8 jam
Anak-anak Pilihan utama

Ciprofloxacin 10 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 400 mg/kali

 

Meropenem 40 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 2 gr/kali

Linezolid 10 mg/kg/8 jam untuk anak usia <12 tahun atau 15 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 600 mg/kali untuk anak usia ≥12 tahun

 

Terapi alternatif Levofloxacin 8 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 250 mg/kali untuk anak dengan berat badan <50 kg atau 500 mg/24 jam untuk berat badan ≥50 kg, atau Imipenem 25 mg/kg/6 jam dengan dosis maksimal 1 gr/kali, atau Clindamycin 40 mg/kg/hari terbagi dalam dosis per 8 jam dengan dosis maksimal 900 mg/kali, atau

Moxifloxacin untuk usia 3 bulan hingga <2 tahun diberikan dengan dosis 6 mg/kg/12 jam

 

Doripenem 40 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 1 gr/kali, atau Rifampicin 10 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 300 mg/kali, atau
Moxifloxacin untuk usia 2-5 tahun diberikan dosis 5 mg/kg/12 jam, Vancomycin 20 mg/kg/8 jam dengan dosis maksimal 2 gr/kali, atau Chloramphenicol 25 mg/kg/6 jam dengan dosis maksimal 1 gr/kali
Moxifloxacin untuk usia 6-11 tahun diberikan dosis 4 mg/kg/12 jam, Ampicillin 100 mg/kg/6 jam dengan dosis maksimal 3 gr/kali
Moxifloxacin untuk usia 12-17 tahun dengan berat badan <45 kg diberikan dosis 4 mg/kg/12 jam dengan dosis maksimal 200 mg/kali, untuk usia 12-17 tahun dengan berat badan ≥45 kg diberikan dosis 400 mg /24 jam.

Sumber: dr.Putri, Alomedika, 2022.[2,3,5]

Setelah selesai 3 minggu terapi antibiotik, dilanjutkan dengan monoterapi antibiotik profilaksis (PEP) selama 60 hari untuk mencegah relaps endospora yang dorman.[3]

Antitoksin

Antitoksin yang direkomendasikan antara lain raxibacumab dan obiltoxaximab.[3,4]

Raxibacumab:

Raxibacumab adalah human IgG1 gamma monoclonal antibody yang mentarget antigen protektif B.anthracis. Raxibacumab dapat digunakan pada dewasa maupun anak-anak dengan dosis sesuai berat badan.

  • Untuk dewasa atau anak dengan berat badan >50 kg diberikan dosis 40 mg/kg.
  • Untuk berat badan ≥15-50 kg diberikan dosis 60 mg/kg.
  • Untuk berat badan <15 kg diberikan dosis 80 mg/kg.

Semua dosis diberikan sebagai dosis tunggal dengan infus selama 2 jam 15 menit.[4,10]

Obiltoxaximab:

Obiltoxaximab adalah chimeric IgG1 kappa monoclonal antibody yang mentarget antigen protektif B.anthracis. Obiltoxaximab dapat digunakan pada dewasa maupun anak-anak dengan dosis sesuai berat badan.

  • Untuk dewasa atau anak dengan berat badan >40 kg diberikan dosis 16 mg/kg
  • Untuk berat badan ≥15 hingga 40 kg diberikan dosis 24 mg/kg
  • Untuk berat badan <15 kg diberikan dosis 32 mg/kg.

Semua dosis diberikan sebagai dosis tunggal dengan infus selama 90 menit.[4,11]

Imunoglobulin

Human anthrax immune globulin (Anthrasil) digunakan bersama antibiotik untuk terapi anthrax inhalasi pada dewasa maupun anak-anak. Pada individu usia >17 tahun, imunoglobulin diberikan 420 U secara infus dengan kecepatan awal 0,5 ml/menit selama 30 menit. Jika dapat ditoleransi dengan baik, maka selanjutnya kecepatan infus dapat ditingkatkan 0,5 ml/menit setiap 30 menit dengan kecepatan maksimal 2 ml/menit.

Pada anak usia ≤16 tahun, imunoglobulin diberikan 60-420 U secara infus dengan kecepatan awal 0,01 ml/kg/menit selama 30 menit. Jika dapat ditoleransi dengan baik, maka selanjutnya kecepatan infus dapat ditingkatkan 0,02 ml/kg/menit setiap 30 menit dengan kecepatan maksimal 0,04 ml/kg/menit.[4,12]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra

Referensi

1. Centers For Disease Control And Prevention. Anthrax. 2022. https://www.cdc.gov/anthrax/basics/index.html
2. Simonsen KA, Chatterjee K. Anthrax. [Updated 2022 Jul 26]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507773/
3. Cennimo DJ. Anthrax. Medscape, 2021. https://emedicine.medscape.com/article/212127-overview
4. Savransky V, Ionin B, Reece J. Current Status and Trends in Prophylaxis and Management of Anthrax Disease. Pathogens. 2020 May 12;9(5):370. doi: 10.3390/pathogens9050370. PMID: 32408493; PMCID: PMC7281134.
5. Chambers J, Yarrarapu SNS, Mathai JK. Anthrax Infection. [Updated 2022 Aug 8]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535379/
10. Medscape. raxibacumab (Rx). 2022. https://reference.medscape.com/drug/raxibacumab-999792
11. Medscape. obiltoxaximab (Rx). 2022. https://reference.medscape.com/drug/anthim-anthrax-antitoxin-obiltoxaximab-1000054
12. Medscape. anthrax immune globulin (Rx). 2022. https://reference.medscape.com/drug/anthrasil-anthrax-immune-globulin-1000012

Diagnosis Anthrax
Prognosis Anthrax
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.