Panduan E-Prescription Alomedika Demam pada Bayi
Panduan e-Prescription untuk demam pada bayi untuk usia 2–12 bulan ini dapat digunakan oleh Dokter saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Suhu bayi bervariatif sampai dengan 37,8°C, terutama setelah makan, sehingga peningkatan suhu ≥38,0°C baru dianggap patologis. Kondisi ini dapat menjadi tanda adanya infeksi bakteri serius (IBS) dan berisiko sepsis.[1–3]
Demam tidak sama dengan hipertermia, di mana peningkatan suhu tubuh terjadi karena kegagalan termoregulasi. Sedangkan demam terjadi karena peningkatan set point hipotalamus oleh paparan pirogen endogen.[1–3]
Demam yang sifatnya akut pada bayi seringkali disebabkan karena infeksi, umumnya infeksi saluran pernapasan atas atau ISPA viral, dan juga pneumonia, infeksi saluran kemih (ISK), meningitis, sampai dengan sepsis. Demam juga dapat terjadi pada bayi pascavaksinasi, maupun keganasan. Dengan demikian, identifikasi etiologi demam sebelum memutuskan pemberian antipiretik maupun antibiotik sangat penting karena mungkin pemberian keduanya tidak diperlukan pada beberapa kondisi, misalnya ISPA viral.[4]
Tanda dan Gejala
Demam pada bayi adalah kondisi di mana suhu tubuh bayi ≥38,0°C. Pengukuran suhu dengan termometer via oral dan rektal pada usia ini tidak dianjurkan karena berisiko kontaminasi.
Suhu bayi dapat diukur dengan termometer elektronik lewat axilla atau termometer infrared lewat membran timpani untuk usia >6 bulan. Pengukuran suhu lewat membran timpani tidak direkomendasikan pada usia <3 bulan karena tidak akurat. Pengukuran suhu dengan perabaan tangan orang tua memiliki sensitivitas tinggi dan spesifisitas rendah, sehingga dapat menjadi perhatian tetapi bukan sebagai acuan terapi.[1,3,5,6]
Durasi demam, tingginya suhu saat demam, dan respons terhadap pemberian antipiretik saat demam tidak menunjukkan perbedaan antara penyakit yang ringan atau berat maupun infeksi bakteri atau virus. Akan tetapi, bila durasi demam >5 hari, penyakit Kawasaki dapat dicurigai.[1,6]
Peringatan
Pada dasarnya, demam pada bayi, terutama <3 bulan, termasuk dalam kegawatdaruratan, karena dapat disebabkan oleh infeksi bakteri serius (IBS). Risiko IBS terutama lebih tinggi pada bayi berusia ≤3 bulan dengan suhu axilla ≥38,0°C atau ≥39,0°C pada bayi berusia >3 bulan.[1,4,5]
Tanda bahaya demam pada bayi meliputi:
- Toxic appearing
- Perubahan status mental, seperti kesulitan untuk melakukan interaksi sosial, cenderung mengantuk, atau bayi menjadi tidak aktif
- Letargi
- Iritabilitas, ditunjukkan dengan menangis yang sifatnya inconsolable atau sulit untuk ditenangkan
- Takipnea, peningkatan usaha napas, nasal flaring, retraksi otot pernapasan, grunting atau tangisan yang lemah
- Takikardia persisten atau takikardia menetap walaupun sudah terjadi penurunan suhu
- Dehidrasi sedang sampai berat, akibat sulit memberi asupan sehingga intake oral buruk
- Perfusi buruk, yang dilihat dari perabaan kulit perifer yang dingin, mottled skin, CRT melambat, poor feeding
- Kejang yang tidak dapat diatribusikan kepada kejang demam, seperti usia <6 bulan, kejang kompleks, kejang berulang, dan kejang berkepanjangan (>5 menit)
- Demam >5 hari[6,7]
Tanda dehidrasi meliputi penurunan urine output (UO) yang dapat dilihat dari popok bayi, fontanel ataupun mata cekung, mukosa oral kering, menangis tanpa air mata dan keadaan umum lemas. Tanda penurunan UO dapat dilihat dengan <4 popok basah dalam 24 jam. Bayi dengan tanda bahaya harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan dalam 2 jam.[1,4,5,9]
Bayi dengan tanda bahaya harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan dalam 2 jam. Identifikasi tanda bahaya juga dapat dilakukan dengan penilaian berdasarkan the Pediatric Assessment Triangle (PAT). Penilaian ini berdasarkan 3 poin penting, yaitu appearance (penampilan anak), work of breathing (usaha napas), dan circulation to skin (sirkulasi). Adanya abnormalitas pada penilaian PAT dapat mengindikasikan diperlukannya penanganan segera, seperti resusitasi.[7]
Peringatan Medikamentosa
Penggunaan aspirin, tidak direkomendasikan pada kelompok usia 2–12 bulan, karena berisiko menyebabkan sindrom Reye. Efek toksik pada pemberian dosis toksik paracetamol adalah gagal hati.
Sementara itu, efek samping pemberian ibuprofen adalah perdarahan saluran cerna dan gagal ginjal akut. Kedua antipiretik ini umumnya cukup aman. Efek samping seringkali terjadi karena dosis maupun frekuensi pemberian yang tidak tepat.[3,4]
Edukasi Orang Tua
Bila pasien dirawat di rumah, orang tua harus diedukasi untuk melakukan monitoring mandiri dan segera membawa bayi ke rumah sakit (dalam waktu 2 jam) apabila ditemukan gejala sebagai berikut:
- Tanda bahaya demam yang sudah dijelaskan sebelumnya
- Perubahan perilaku, seperti inconsolable crying, iritabilitas, dan letargi
- Sulit makan dan muntah
- Tanda dehidrasi, dilihat dari jumlah popok basah <4 popok/24 jam, ubun-ubun maupun mata cekung, mukosa oral kering, menangis tanpa air mata dan keadaan umum lemas
- Perubahan warna kulit, seperti eritema yang tidak memudar apabila dilakukan penekanan (non-blanching rash)
- Demam terus menerus sampai >5 hari[1,4,5]
Selain itu, beri edukasi bahwa demam bukanlah sesuatu yang berbahaya, tetapi merupakan tanda bahwa sistem imun tubuh berfungsi akibat infeksi. Obat diberikan untuk membuat anak lebih nyaman, bukan untuk mengurangi angka yang terukur pada termometer. Oleh karena itu, cukup untuk mengulang pengukuran demam hanya jika anak terlihat semakin tidak sehat atau sebanyak dua kali sehari.
Selanjutnya, perlu diinformasikan pula bahwa baju berlapis-lapis maupun baju yang terlalu tipis tidak direkomendasikan untuk bayi demam. Pakaian harus cukup nyaman untuk membuat bayi merasa hangat sampai ke ujung kaki. Ketika berkeringat, pakaian dapat dibuka sesuai keperluan.[5,11]
Terapi Suportif
Terapi suportif untuk demam pada bayi berusia 2–12 bulan meliputi:
1. Diet dan cairan
Bayi perlu diberikan cairan yang cukup. Kondisi demam berisiko menyebabkan dehidrasi. Untuk bayi yang masih menyusui, dapat diberikan ASI. Bila sesuai indikasi, bayi dapat diberikan susu formula maupun makanan cair seperti sup untuk mereka yang sudah mendapatkan MPASI (>6 bulan). Asupan nutrisi untuk bayi tetap dijaga, dengan pemberian makanan sedikit demi sedikit tetapi sering. Tidak direkomendasikan untuk memaksa bayi makan banyak
2. Pengasuhan anak
Bayi yang sudah mulai dititipkan tempat penitipan, disarankan untuk istirahat dan dapat masuk kembali setelah 24 jam bebas demam
3. Kompres, sponging, dan pendinginan
Belum terdapat bukti yang cukup mengenai kompres maupun tepid sponging (menyeka tubuh dengan handuk yang sudah diberikan air hangat) untuk menurunkan demam pada bayi. Perlu diingatkan bahwa teknik ini dapat menyebabkan bayi menggigil dan merasa tidak nyaman setelahnya.
Kompres dan tepid sponging hanya membuat permukaan kulit menjadi lebih dingin sementara. Kedua metode ini lebih tinggi risiko daripada keuntungannya, sehingga tidak direkomendasikan. Tidak direkomendasikan pula untuk membuat suhu ruangan lebih dingin dengan tujuan menurunkan demam.[4,5,10,11]
Medikamentosa
Tata laksana medikamentosa untuk bayi dengan demam dapat meliputi antipiretik dan antibiotik. Kekhawatiran orang tua dapat menjadi salah satu perhatian dalam penilaian klinis, tetapi tidak menjadi indikasi utama pemberian antipiretik maupun antibiotik.
Antipiretik
Antipiretik tidak diberikan sebagai bentuk pencegahan kejang demam. Antipiretik pada usia ini dapat diberikan bila bayi demam dengan gejala distress, seperti inconsolable crying maupun letargi. Antipiretik yang direkomendasikan adalah:
Paracetamol 15 mg/kgBB per kali pemberian dengan maksimal pemberian 1 gram/dosis, dapat diberikan maksimal per 4 jam
Ibuprofen 10 mg/kgBB per kali pemberian dengan maksimal pemberian 400 mg/dosis, dapat diberikan maksimal per 6 jam, tidak disarankan untuk usia <3 bulan atau dehidrasi[5,6,12]
Antibiotik
Berdasarkan pedoman American Academy of Pediatrics (AAP) untuk demam pada bayi sampai usia 60 hari, antibiotik oral dapat dipertimbangkan pada kondisi di mana terdapat peningkatan marker inflamasi, tetapi hasil urinalisis bayi normal. Antibiotik yang dapat diberikan pada bayi sampai usia 60 hari adalah:
Cephalexin 100 mg/kgBB/hari per oral (PO) dibagi menjadi 4 dosis, atau
Cefixime 8 mg/kgBB/hari PO satu dosis per hari[1]
Setelah 24 jam pemberian antibiotik, pasien harus kontrol kembali untuk penilaian kondisi klinis dan evaluasi.[1]
Infeksi Saluran Kemih (ISK):
Pada bayi kelompok usia sampai dengan usia 3 bulan dengan ISK yang diputuskan untuk rawat jalan, antibiotik yang dapat dipertimbangkan meliputi:
- Cefixime 8 mg/kgBB/hari PO satu dosis per hari selama 7 hari
Amoxicillin/clavulanate dengan dosis amoxicillin 30 mg/kgBB/hari PO, dosis dibagi menjadi 2 dosis dan diberikan per 12 jam selama 7 hari[8,13]
Pada bayi berusia >3 bulan dengan dengan ISK yang diputuskan untuk rawat jalan, antibiotik yang dapat dipertimbangkan meliputi:
- Cefixime 8 mg/kgBB/hari PO satu dosis per hari selama 7 hari
- Amoxicillin/clavulanate dengan dosis amoxicillin 40 mg/kgBB/hari PO, dosis dibagi menjadi 2 dosis dan diberikan per 12 jam selama 7 hari
Trimethoprim/sulfamethoxazole dengan dosis trimethoprim 12 mg/kgBB/hari PO, dibagi menjadi 2 dosis dan diberikan per 12 jam selama 7 hari[8,13]
Pneumonia Bakterial:
Pada bayi kelompok usia sampai dengan 3 bulan dengan pneumonia bakterial yang disarankan untuk rawat jalan, antibiotik yang dapat dipertimbangkan meliputi:
- Amoxicillin 90 mg/kgBB/hari PO, dosis dibagi menjadi 2 dosis dan diberikan per 12 jam selama 10 hari
Azithromycin 10 mg/kgBB PO satu dosis per hari selama 5 hari[8,14]
Pada bayi berusia >3 bulan dengan pneumonia bakterial yang disarankan untuk dirawat jalan, antibiotik yang dapat dipertimbangkan meliputi:
- Amoxicillin 90 mg/kgBB/hari PO, dosis dibagi menjadi 2 dosis dan diberikan per 12 jam, dosis maksimal 500 mg/dosis, selama 10 hari
- Azithromycin 10 mg/kgBB PO satu dosis per hari selama 5 hari[8,14]