Diagnosis Enterobiasis
Diagnosis enterobiasis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang tepat. Cacing E. vermicularis, yang juga dikenal sebagai cacing kremi atau pinworm, sering kali dapat dilihat dengan mata telanjang, yaitu tampak seperti bulir kapas. Penemuan telur Enterobius vermicularis secara mikroskopik dari sampel yang diambil menggunakan selotip yang ditempel di area perianal dapat mengonfirmasi diagnosis.
Anamnesis
Gejala utama yang akan dikeluhkan pasien dengan enterobiasis adalah rasa gatal pada anus yang disebut juga pruritus ani. Rasa gatal tersebut dirasakan terutama pada malam hari. Orang tua pasien dapat mengeluhkan pasien sulit tidur maupun gelisah di malam hari. Pada beberapa kasus, pasien dapat memiliki keluhan tambahan seperti anoreksia, penurunan berat badan, nyeri perut, mual, muntah, dan diare. [4,7]
Sekitar 1/3 pasien enterobiasis bersifat asimptomatik. Terkadang, enterobiasis juga dapat menyebabkan infeksi genitourinaria pada wanita atapun komplikasi appendicitis akibat obstruksi lumen.[1]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik enterobiasis biasanya tidak menunjukkan tanda khas. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan ekskoriasi bekas garukan hingga tanda infeksi sekunder pada daerah perianal. Pada banyak kasus, cacing dapat terlihat dengan mata telanjang atau dengan bantuan senter, berbentuk benang-benang putih halus kecil yang terlihat pada area perianal.[1]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding enterobiasis perlu mencakup infeksi nematoda lain, dermatitis, dan infeksi kulit pada area perianal.
Infeksi Nematoda Lain
Pada kasus pasien yang dicurigai mengalami kecacingan, diagnosis banding askariasis, ankilostomiasis, dan strongyloidiasis perlu dipikirkan. Penyebab lain ini dapat dibedakan dari enterobiasis dari pemeriksaan penunjang.
Dermatitis
Berbagai jenis dermatitis, seperti dermatitis atopik dan dermatitis kontak, dapat menyebabkan keluhan pruritus ani. Dermatitis dapat dibedakan dari enterobiasis berdasarkan waktu timbulnya keluhan, bentuk lesi, dan pemeriksaan penunjang yang menemukan telur E. vermicularis.
Infeksi Kulit Area Perianal
Infeksi kulit, seperti pioderma, juga dapat menyebabkan pruritus ani. Infeksi kulit juga dapat dibedakan dari enterobiasis berdasarkan waktu keluhan, bentuk lesi, dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dalam penegakan diagnosis enterobiasis adalah pemeriksaan menggunakan selotip untuk mendeteksi keberadaan telur cacing. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menekan selotip atau mengusapkan cellophane swab pada perianal pasien dan menempelkannya pada kaca preparat untuk diperiksa dengan mikroskop.
Pemeriksaan ini lebih baik dilakukan pada lipat perianal yang belum dibersihkan pada pagi hari. Tidak ditemukannya telur pada 5 kali pemeriksaan dapat menjadi dasar penyingkiran diagnosis. Temuan pada pemeriksaan ini adalah telur berukuran 50 kali 30 mikron dengan permukaan rata pada satu sisi. Cacing dewasa juga dapat ditemukan dengan karakteristik cacing betina berukuran 8-13 mm dan cacing jantan 2-5 mm.[1]