Patofisiologi Enterobiasis
Patofisiologi enterobiasis berkaitan dengan masuknya telur yang mengandung larva Enterobius vermicularis melalui jalur fekal-oral. Cacing E. vermicularis juga dikenal sebagai cacing kremi atau pinworm.[1,4]
Transmisi
E. vermicularis ditularkan melalui jalur fekal-oral. Kontaminasi dapat terjadi melalui tertelannya telur mengandung larva pada kontak tangan-mulut atau barang yang terkontaminasi, seperti mainan dan pakaian. Transmisi E. vermicularis juga dapat terjadi secara reinfestasi, di mana telur cacing terdeposit di kuku tangan pasien setelah pasien menggaruk daerah perianal dan diikuti kontak tangan-mulut.[4,5,7]
Patogenesis
Gejala utama enterobiasis, seperti pruritus/gatal dan sensasi tertusuk (prickling) pada daerah perianal, muncul karena pergerakan cacing betina ke dareah anus dan memasukkan ekornya ke dalam mukosa untuk meletakkan telur, biasanya pada malam hari. Cacing yang berada pada daerah caecum dan sekitarnya jarang menyebabkan gejala.[1,4,7]