Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Hepatitis E general_alomedika 2022-06-06T22:58:25+07:00 2022-06-06T22:58:25+07:00
Hepatitis E
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Hepatitis E

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Penatalaksanaan hepatitis E bergantung pada status imun pasien (imunokompeten atau imunokompromais) dan sifat penyakit (akut atau kronik). Hingga saat ini belum ada terapi spesifik untuk hepatitis E. Hepatitis E umumnya bersifat akut, self-limited pada pasien imunokompeten, dan sembuh spontan sehingga tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Rawat inap diperlukan pada wanita hamil dan pada pasien hepatitis E akut yang berkembang menjadi hepatitis fulminan.[1,2,8]

Penatalaksanaan Hepatitis E Akut

Penatalaksanaan hepatitis E akut pada pasien imunokompeten lebih bersifat simtomatik dan suportif. Perlu diperhatikan penggunaan obat-obat simtomatik seperti paracetamol harus sesuai indikasi dan dosis yang tepat, mengingat penggunaan obat-obat tersebut dalam dosis melebihi dosis maksimal dan jangka lama dapat berisiko menyebabkan kerusakan hepar.

Terapi suportif antara lain istirahat cukup, asupan nutrisi dan cairan yang cukup, serta menghindari alkohol. Pada pasien hepatitis E akut yang berkembang menjadi gagal hati fulminan diperlukan transplantasi hepar. Penggunaan antivirus seperti ribavirin pada pasien imunokompromais dengan hepatitis akut masih belum diketahui efikasinya.[1,2,8,22]

Penatalaksanaan Hepatitis E Kronik

Hepatitis E hanya dapat berkembang menjadi kronik pada pasien imunokompromais. Hingga saat ini belum ada terapi spesifik untuk hepatitis E kronik. Tata laksana yang dapat diberikan meliputi penggunaan antivirus.[1,2]

Ribavirin

Antivirus ribavirin telah digunakan sebagai monoterapi pasien imunokompromais dengan hepatitis E kronik. Meski begitu, peran ribavirin sebagai monoterapi Hepatitis E kronik ini masih belum jelas dan hanya didukung oleh beberapa case series dan case reports yang terbatas.[7,8]

Berdasarkan studi yang masih terbatas, ribavirin diberikan jika tidak memungkinkan untuk mengurangi atau menurunkan  terapi imunosupresan pada pasien imunokompromais, atau jika HVE RNA tetap terdeteksi (persistent) setelah reduksi terapi imunosupresan selama 12 minggu. Pada pasien imunokompromais resipien transplantasi hepar, ribavirin diberikan bersamaan dengan reduksi terapi imunosupresan. Perlu diperhatikan penggunaan ribavirin pada kehamilan karena berefek teratogenik.

Ribavirin diberikan dengan dosis 300-500 mg 2 kali sehari selama 12 minggu. Selama terapi ribavirin, perlu dimonitor efek samping berupa dose-dependent anemia. Pemeriksaan darah lengkap perlu dilakukan pada minggu ke-4, 8, dan 12 selama terapi. Jika terjadi efek samping anemia, dosis ribavirin perlu disesuaikan dengan tingkat keparahan (severity) anemia. Pada anemia berat, mungkin diperlukan terapi eritropoietin dan transfusi darah.[5,7,8]

Target Terapi

Target terapi adalah mengeradikasi HEV RNA dengan indikator pencapaian sustained virologic response (SVR). SVR tercapai jika HEV RNA tidak terdeteksi lagi di serum dan feses pada pemeriksaan PCR. Untuk memonitor keberhasilan terapi, pemeriksaan PCR pada serum dan feses dilakukan setelah 12 minggu terapi ribavirin dan 12 minggu lagi setelah selesai terapi ribavirin (minggu ke-24).

Jika HVE RNA masih positif di minggu ke-12 terapi ribavirin, maka ribavirin dilanjutkan 12 minggu lagi (total 24 minggu terapi ribavirin). Pemeriksaan PCR dilakukan kembali di akhir terapi ribavirin dan 12 minggu lagi setelahnya. Jika HVE RNA masih juga positif setelah 24 minggu terapi ribavirin, maka terapi dinyatakan tidak berhasil. Ribavirin dihentikan dan dilakukan monitor perburukan hepar.

Hingga saat ini belum ada terapi alternatif untuk kasus yang gagal dengan ribavirin. Penggunaan pegylated interferon-alpha dan sofosbuvir pada kasus yang gagal dengan ribavirin hanya didukung oleh data yang terbatas. Terapi pegylated interferon-alpha selama 3-12 bulan dilaporkan dapat mencapai SVR, namun interferon memiliki immunostimulatory effect yang dapat meningkatkan rejeksi atau penolakan terhadap organ transplantasi. Sofosbuvir diteliti dapat menghambat replikasi HEV RNA, namun hal ini baru teruji secara in vitro.[5,7,8]

Referensi

1. World Health Organization. Hepatitis E. 2021. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hepatitis-e.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Hepatitis E Questions and Answers for Health Professionals. 2020. https://www.cdc.gov/hepatitis/hev/hevfaq.htm#section2
5. Waqar S, Sharma B, Koirala J. Hepatitis E. [Updated 2021 Jul 18]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532278/
7. European Association for the Study of the Liver. EASL Clinical Practice Guidelines on hepatitis E virus infection. Journal of hepatology, 2018. 68(6), 1256–1271. https://doi.org/10.1016/j.jhep.2018.03.005
8. Sherman KE. Hepatitis E Virus Infection. Uptodate, 2021. https://www.uptodate.com/contents/hepatitis-e-virus-infection#H2164808

Diagnosis Hepatitis E
Prognosis Hepatitis E
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.