Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Leptospirosis irfan 2022-02-24T08:58:44+07:00 2022-02-24T08:58:44+07:00
Leptospirosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Leptospirosis

Oleh :
dr. Ghifara Huda SE AAAK
Share To Social Media:

Proses patofisiologi leptospirosis atau Weil’s disease diawali dengan masuknya bakteri Leptospira melalui kulit yang terluka, membran mukosa, atau konjungtiva. Manusia umumnya tertular lewat paparan dengan cairan tubuh hewan, terutama urine. Paparan dapat terjadi secara langsung maupun secara tidak langsung lewat kontak dengan air dan tanah yang telah terkontaminasi cairan tubuh hewan.

Leptospira mampu bertahan hidup selama 24 hari di tanah dan 16 hari di air. Bakteri ini memiliki masa inkubasi antara 2–30 hari. Setelah masuk ke dalam tubuh, bakteri ini masuk ke sirkulasi limfa lalu masuk ke sirkulasi darah, yang kemudian dapat menyebar luas ke seluruh tubuh. Organ yang biasanya terkena adalah ginjal, paru, dan hati.

Pada organ ginjal, inflamasi tubulointerstitial difus dan nekrosis tubular dapat terjadi. Sementara itu, pada hati, kolestasis akibat perubahan degeneratif pada hepatosit bisa terjadi. Pada paru, perdarahan intraalveolar fokal, perdarahan intraalveolar masif, serta deposisi linear immunoglobulin dan komplemen pada permukaan alveolar dapat terjadi.

Selain menyerang ginjal, hati, dan paru, bakteri ini juga dapat menimbulkan gangguan pada organ lain, seperti miokarditis pada jantung, meningitis pada sistem saraf pusat, dan uveitis pada mata. Leptospirosis pada ibu hamil dapat mengakibatkan kematian janin atau abortus spontan karena bakteri ini mampu melewati plasenta.[4-6,9-11,13]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Riawati

Referensi

4. Russell CD, Jones ME, O'Shea DT, et al. Challenges in the diagnosis of leptospirosis outwith endemic settings: a Scottish single centre experience. J R Coll Physicians Edinb. 2018 Mar;48(1):9-15.
5. WHO. Leptospirosis: WHO recommended standards and strategies for surveillance, prevention and control of communicable diseases. 2017. http://www.who.int/zoonoses/diseases/leptospirosis/en/.
6. Widjajanti W. Epidemiologi, diagnosis, dan pencegahan leptospirosis. Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases. 2020;5(2):62-68. https://doi.org/10.22435/jhecds.v5i2.174
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kenali Bahaya Leptospirosis dan Pencegahannya. Direktorat Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat. 2020. https://promkes.kemkes.go.id/kenali-bahaya-leptospirosis-dan-pencegahannya
10. CDC. Leptospirosis fact sheet for clinicians. 2018. https://www.cdc.gov/leptospirosis/pdf/fs-leptospirosis-clinicians-eng-508.pdf
11. Zida S, Kania D, Sotto A, et al. Leptospirosis as cause of febrile icteric illness, Burkina Faso. Emerg Infect Dis. 2018;24(8):1569–72.
13. Medscape. Leptospirosis. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/220563-overview

Pendahuluan Leptospirosis
Etiologi Leptospirosis
Diskusi Terkait
dr. Alain Raymond Elroy
Dibalas 26 April 2021, 11:40
Pengobatan seperti apa yang tepat untuk pasien leptospirosis - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: dr. Alain Raymond Elroy
1 Balasan
Alo dr. Robert Sinto,Sp. PD-KPTIdok mau bertanya, bagaimana pengobatan leptospirosis pada pasien alergi penicillin atau bila obat tersebut tidak ada, apakah...
dr. Infithaar
Dibalas 03 Januari 2020, 16:02
Pemberian profilaksis antibiotik untuk leptospirosis
Oleh: dr. Infithaar
2 Balasan
Alo dok, saya ingin bertanya mengenai antibiotik profilaksis leptospira. Untuk resiko sedang (terdapat riwayat terkena banjir luka/lesi) apakah antibiotik...
dr. Astari Rahma Dewi
Dibalas 03 Desember 2019, 17:41
Penanganan kasus digigit tikus
Oleh: dr. Astari Rahma Dewi
1 Balasan
Dok maaf mau menanyakan sebenarnya prosedur yg benar dalam penanganan kasus akibat digigit tikus seperti apa ya? Terima kasih

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.