Penatalaksanaan Leptospirosis
Prinsip penatalaksanaan leptospirosis atau Weil’s disease adalah eliminasi bakteri Leptospira dengan antibiotik serta pemberian terapi suportif yang diperlukan. Mayoritas kasus leptospirosis ringan bersifat self-limiting dan belum tentu membutuhkan antibiotik. Akan tetapi, kasus yang berat umumnya perlu diberikan antibiotik.
Beberapa ahli berpendapat bahwa pemberian antibiotik tidak diperlukan pada kasus ringan, tetapi beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa pemberian antibiotik diperlukan untuk kasus ringan dan untuk pencegahan. Pasien yang dicurigai leptospirosis ringan umumnya dapat berobat jalan saja, tetapi perlu diedukasi untuk segera ke rumah sakit apabila mengalami perburukan gejala.
Sementara itu, pasien yang dicurigai leptospirosis berat harus dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas ICU memadai. Apabila leptospirosis yang berat tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakan multiorgan yang berakhir pada kematian.[1,5,10,13,20,21]
Medikamentosa
Pemberian antibiotik terutama disarankan pada kasus leptospirosis yang berat. Namun, beberapa literatur juga menyarankan pemberian antibiotik pada kasus yang ringan.
Leptospirosis Ringan
Doksisiklin oral umumnya disarankan untuk pasien leptospirosis ringan yang dirawat jalan. Dosis dewasa yang disarankan adalah 100 mg tiap 12 jam sekali selama 7 hari, sedangkan dosis anak yang disarankan adalah 2 mg/kg/hari yang terbagi dalam dua dosis (tidak melebihi 200 mg/hari) selama 7 hari.
Pada anak-anak berusia <8 tahun yang belum dapat menerima doksisiklin, pilihan lain adalah ampicillin atau amoxicillin. Sementara itu, pada wanita hamil, opsi yang dapat diberikan adalah amoxicillin atau azithromycin.[1,5,10,13,20,21]
Leptospirosis Berat
Penisilin G intravena merupakan terapi pilihan utama untuk pasien leptospirosis berat yang dirawat inap di rumah sakit. Pasien dewasa bisa diberikan dosis 1,5 juta unit lewat jalur intravena tiap 6 jam selama 7 hari. Sementara itu, pasien anak bisa diberikan dosis 250.000-400.000 unit/kg/hari secara intravena, yang terbagi dalam 4–6 dosis. Dosis penicillin maksimal untuk anak adalah 6–12 juta unit/hari, selama 7 hari.
Pada orang dewasa, opsi lainnya adalah doksisiklin intravena, cefotaxime intravena, atau ceftriaxone intravena. Ceftriaxone merupakan sefalosporin generasi ketiga yang memiliki spektrum luas. Obat ini diketahui efektif dalam penatalaksanaan leptospirosis gejala berat. Dosis ceftriaxone yang diberikan untuk orang dewasa adalah 1–2 gram IV sekali sehari selama 7 hari.
Pada anak-anak, opsi selain penicillin adalah cefotaxime, ceftriaxone, dan azithromycin. Sementara itu, pada ibu hamil dengan leptospirosis yang berat, antibiotik yang dapat diberikan adalah penicillin G, cefotaxime, ceftriaxone, atau azithromycin.[5,10,13,20,21]
Terapi Suportif
Status cairan dan elektrolit perlu diperhatikan karena pasien leptospirosis berat dapat mengalami gangguan ginjal. Pasien yang sudah memiliki riwayat gagal ginjal kronis maupun pasien yang mengalami gagal ginjal akut akibat leptospirosis memerlukan dialisis apabila terjadi asidosis, kelebihan cairan, serta hiperkalemia.
Monitoring jantung diperlukan bila ada tanda gangguan jantung seperti miokarditis dan aritmia. Sementara itu, ventilasi mekanik diperlukan pada pasien yang mengalami acute respiratory distress syndrome (ARDS). Transfusi darah diperlukan oleh pasien yang mengalami sindrom Weil’s dan tetes mata kortikosteroid diperlukan oleh pasien yang mengalami inflamasi mata.
Pemberian kortikosteroid untuk menurunkan inflamasi secara umum masih menjadi perdebatan, tetapi diduga bermanfaat untuk menekan migrasi leukosit polimorfonuklear. Pemberian methylprednisolone dengan dosis 30 mg/kg/hari (tidak melebihi 1.500 mg/hari) sudah banyak dilakukan dan berhasil untuk pengobatan leptospirosis dengan komplikasi gagal ginjal tanpa dialisis.[1,5,10,13,20,21]
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati