Epidemiologi Malaria
Secara epidemiologi, malaria merupakan penyakit endemis di daerah tropis dan sebagian daerah subtropis di Afrika, Asia, serta Amerika Tengah dan Selatan. Di Indonesia, malaria terutama ditemukan di daerah Indonesia timur.
Global
Di tahun 2018 diperkirakan terdapat 228 juta kasus malaria secara global dan 94% kasus ditemukan di daerah Afrika. Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax merupakan spesies parasit yang paling banyak menimbulkan malaria. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2018 50% kasus malaria di Asia Tenggara disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan 53% disebabkan oleh Plasmodium vivax.[9,22]
Insidensi malaria global menurun dari 75 kasus menjadi 57 kasus per 1.000 orang yang berisiko di tahun 2018 dibandingkan tahun 2010. Di Asia Tenggara insidensi malaria berkurang hingga 70% dari tahun 2010 ke tahun 2018.[9]
Indonesia
Malaria dapat ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia dengan insidensi tinggi di Indonesia bagian Timur, sedangkan stratifikasi sedang ditemukan di beberapa wilayah di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Pulau Jawa dan Bali masuk dalam stratifikasi rendah dengan daerah-daerah tertentu di pedesaan yang menjadi fokus insidensi malaria tinggi. Angka kejadian malaria di Indonesia menggunakan Annual Parasite Incidence (API). Angka API tahun 2008–2009 menurun dari 2,47 per 1.000 penduduk menjadi 1,85 per 1.000 penduduk.[8]
Pada tahun 2008–2009, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua merupakan provinsi dengan API tertinggi. Berdasarkan laporan WHO di tahun 2017 masih ada beberapa wilayah di Papua dengan >100 kasus Plasmodium falciparum terkonfirmasi per 1000 penduduk. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi malaria menurut hasil pemeriksaan rapid diagnostic test (RDT) adalah sebesar 0,4%. Jenis Plasmodium falciparum ditemukan pada 57% kasus.[8,26,27]
Berdasarkan data endemisitas malaria di tahun 2018, beberapa kabupaten di Nusa Tenggara Timur (Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sumba Timur, Lembata), beberapa kabupaten di Papua Barat (Kaimana, Teluk Wondana, Manokwari, Manokwari Selatan), kabupaten di Papua (Merauke, Jayawijaya, Nabire, Asmat, Mappi, Yahukimo, Waropen, Mamberamo Raya), dan kabupaten Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur merupakan daerah dengan tingkat endemis tinggi I.
Sedangkan kabupaten Jayapura, Mimika, Boven Digoel, Sarmi, dan Keerom merupakan kabupaten dengan tingkat endemisitas malaria paling tinggi.[28]
Pada tahun 2018, terdapat 3 provinsi yang telah mencapai bebas penularan malaria, yakni DKI Jakarta, Bali, dan Jawa Timur.[29]
Mortalitas
Sejak tahun 2010 hingga 2018, perkiraan jumlah kematian akibat malaria menurun dari 585.000 menjadi 405.000 kasus. Sekitar 272.000 (67%) kasus kematian akibat malaria, seperti akibat malaria serebral, terjadi pada anak-anak berusia <5 tahun yang sebagian besar terdapat di wilayah Afrika dan India.[9]
Di Asia Tenggara, angka mortalitas menurun dari 2,6 per 100.000 populasi berisiko (tahun 2010) menjadi 0,7 per 100.000 populasi berisiko (tahun 2018). WHO menargetkan penurunan angka mortalitas global akibat malaria sebesar 40% di tahun 2020 dan 90% di tahun 2030. Jumlah kematian akibat malaria yang dilaporkan pada tahun 2017 di Indonesia adalah sebesar 261.617 kasus.[9,26]