Penatalaksanaan Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Penatalaksanaan infeksi methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) secara umum adalah pemberian antibiotik,seperti vancomycin dan daptomycin. Pemilihan terapi antibiotik akan tergantung pada jenis penyakit, pola resistensi lokal, ketersediaan obat, profil efek samping, dan profil individu pasien.
Pada kasus bakteremia MRSA, terapi perlu mencakup kontrol sumber infeksi yang cepat (seperti pelepasan kateter vaskular atau drainase pus jika ada). Hal ini sangat penting untuk meningkatkan kemungkinan luaran pasien.[3,14,16]
Medikamentosa
Medikamentosa utama dalam penatalaksanaan infeksi MRSA adalah antibiotik, di mana antibiotik dapat diberikan melalui oral maupun parenteral. Inisiasi antibiotik segera merupakan poin penting dalam terapi. Penggunaan fluorokuinolon pada kasus infeksi kulit dan jaringan lunak akibat MRSA tidak disarankan karena resistensi antibiotik dapat terjadi selama masa terapi.[16]
Antibiotik Oral
Antibiotik oral diberikan pada infeksi lokal ringan MRSA pada kulit dan jaringan lunak tanpa gejala sistemik. Pilihan utama antibiotik oral yang dapat diberikan pada infeksi lokal ringan MRSA dapat berupa kotrimoksazol, clindamycin, doxycycline, dan minocycline. Antibiotik pengganti yang dapat diberikan, antara lain linezolid, tedizolid, delafloxacin, dan omadacycline. Pemilihan antibiotik didasarkan pada pola resistensi antibiotik lokal dan riwayat alergi obat pada pasien.
Terapi antibiotik oral dilakukan dengan evaluasi dalam 24 hingga 48 jam setelah dimulainya terapi untuk menilai keberadaan respon pasien. Bila pasien menunjukkan respon terhadap pemberian antibiotik oral, terapi diberikan dalam jangka waktu 5 hari. Bila pasien menunjukkan respon lambat terhadap terapi maupun infeksi lokal terlihat berat, maka terapi antibiotik oral dapat diperpanjang hingga 14 hari.[2,3,15]
Tabel 1. Dosis Antibiotik Oral Pada Infeksi Lokal Ringan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Antibiotik oral | Dosis |
Kotrimoksazol | 2 x 960 – 1920mg |
Clindamycin | 3 x 450 mg |
Doxycycline | 2 x 100 mg |
Minocycline | Dosis inisial 1 x 200 mg dilanjutkan 2 x 100 mg |
Linezolid | 2 x 600 mg |
Tedizolid | 1 x 200 mg |
Delafloxacin | 2 x 450 mg |
Omadacycline | 1 x 300 mg |
Sumber: Lowy, 2019[15,16]
Antibiotik Parenteral
Antibiotik parenteral diberikan pada infeksi sistemik, adanya tanda sepsis, pasien dengan gangguan imun, dan ketiadaan respon terhadap pemberian antibiotik oral. Antibiotik parenteral juga disarankan jika ada keterlibatan jaringan lunak ekstensif, tanda toksisitas sistemik, perburukan cepat dari manifestasi klinis, dan dekatnya fokus infeksi terhadap protesa tertanam (misalnya vascular graft atau protesa sendi).
Antibiotik parenteral pilihan utama yang dapat diberikan berupa vancomycin, daptomycin, dan teicoplanin. Vancomycin merupakan antibiotik yang paling sering dipilih untuk kasus infeksi kulit dan jaringan lunak terkait MRSA.
Antibiotik alternatif yang dapat digunakan berupa ceftaroline, telavancin, dan linezolid. Antibiotik parenteral dapat diberikan selama 5-14 hari.[2,3,15,16,21]
Tabel 2. Dosis Antibiotik Parenteral Pada Infeksi Sistemik Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Antibiotik Parenteral | Dosis |
Vancomycin | Loading dose: 20–35 mg/kgBB Rumatan: 15–20 mg/kgBB setiap 8–12 jam |
Daptomycin | 6–10 mg/kgBB tiap 24 jam |
Teicoplanin | 6–12 mg/kgBB tiap 24 jam |
Ceftaroline | 600 mg tiap 8 jam |
Telavancin | 10 mg/kgBB tiap 24 jam |
Linezolid | 600 mg tiap 12 jam |
Sumber: Lowy, 2019.[15,16]
Dekolonisasi
Kolonisasi MRSA pada pasien, baik saat masuk rumah sakit hingga saat dirawat inap, dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi MRSA hingga 10 kali lipat. Dekolonisasi dapat menurunkan transmisi dan risiko infeksi MRSA. Umumnya, dekolonisasi dilakukan dengan menggunakan obat antibiotik topikal mupirocin yang dioleskan pada lubang hidung sebagai lokasi tersering kolonisasi MRSA. Pada pasien rawat inap, mandi klorheksidin rutin telah dilaporkan bermanfaat untuk mengurangi kolonisasi dan infeksi MRSA.
Dekolonisasi dapat dilakukan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dekolonisasi jangka pendek dilakukan untuk mengurangi transmisi dalam periode waktu yang singkat, seperti pada periode peri-operatif atau perawatan di ruang rawat intensif. Pada beberapa situasi tertentu, dekolonisasi dilakukan secara permanen dengan penapisan secara aktif pasien yang diduga menjadi karier MRSA.
Pada pasien rawat inap dengan infeksi atau kolonisasi MRSA, rejimen dekolonisasi dapat dimulai segera setelah keluar dari rumah sakit untuk mengurangi risiko infeksi MRSA rekuren. Rejimen yang dapat digunakan mencakup chlorhexidine 4% untuk mandi, chlorhexidine 0,12% kumur 2 kali sehari, atau mupirocin 2% intranasal 2 kali sehari. Rejimen dapat diberikan selama lima hari, 2 kali sebulan, selama 6 bulan.[2,3]