Prognosis Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Prognosis infeksi methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) bergantung pada penyakit penyerta dan kondisi pasien saat mengalami infeksi. Komplikasi infeksi MRSA dapat melibatkan berbagai sistem organ, contohnya infeksi katup jantung dan gangrene; serta sepsis dan syok sepsis.
Komplikasi
Infeksi S. aureus, termasuk MRSA, dapat menyebabkan berbagai penyakit pada sistem organ, seperti pneumonia nosokomial atau ventilator-associated pneumonia (VAP), infeksi tulang dan sendi, maupun infeksi pada katup jantung. Pada pasien dengan gangguan sistem imun, seperti pasien dengan kanker maupun penggunaan jalur vena sentral, sekitar 20% hingga 30% pasien dapat mengalami infeksi berat hingga sepsis.
Selain itu, infeksi MRSA dikaitkan dengan kejadian thrombogenesis, terutama pada pasien anak dan pasien perawatan neonatus intensif. Kasus abses otak juga telah dilaporkan sebagai komplikasi infeksi MRSA pada bayi prematur.[2,3,8]
Prognosis
Manifestasi klinis MRSA berkisar dari kolonisasi tanpa gejala pada mukosa hidung hingga infeksi ringan pada kulit dan jaringan lunak hingga penyakit invasif fulminan dengan mortalitas tinggi. Bahkan dengan pengembangan antibiotik baru, upaya surveilans aktif, dan kemajuan dalam pencegahan infeksi, MRSA tetap menjadi patogen yang banyak ditemukan dengan mortalitas yang tinggi. Oleh karenanya, upaya pencegahan resistensi antibiotik dan uji klinis untuk menentukan terapi antibiotik efektif pada MRSA sangat penting.
Prognosis pasien dengan infeksi MRSA juga dipengaruhi oleh penyakit penyerta yang dimiliki pasien saat diagnosis ditegakkan. Terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan prognosis lebih buruk, antara lain:
- Jenis kelamin perempuan
- Keterbatasan fasilitas patologi
- Riwayat penggunaan barang prostetik
- Gangguan sistem imun
- Gangguan fungsi ginjal
- Komplikasi neurologis
- Komplikasi jantung[2,3,8]