Epidemiologi Rabies
Secara epidemiologi, penyakit rabies tersebar luas di seluruh dunia dan telah menjangkiti lebih dari 150 negara, terutama negara berkembang. Di Indonesia, sebagian besar kasus rabies terjadi akibat gigitan anjing.[2,6,7]
Global
Penyakit rabies endemik di semua benua, kecuali Antartika. Penyakit ini terjadi di lebih dari 150 negara di seluruh dunia dengan prevalensi yang lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan di negara-negara industri. Konsentrasi kasus rabies banyak terjadi pada populasi rentan, tingkat ekonomi rendah, dan daerah pedalaman.[2,5]
Rabies termasuk salah satu dari penyakit tropik yang terabaikan (neglected tropical diseases/NTD). Angka kasus rabies yang sebenarnya, baik angka insidensi maupun angka mortalitas, diperkirakan lebih besar dari data yang terlaporkan karena under-reporting dan berbagai faktor lainnya. Secara global, terdapat lebih dari 29 juta orang/tahun menerima post-exposure prophylaxis (PEP) akibat pajanan hewan terduga rabies. 40% kasus gigitan hewan terduga rabies adalah anak-anak di bawah 15 tahun.[2,6]
Reservoir virus rabies bervariasi di setiap negara atau daerah. Di negara maju, sebagian besar kasus rabies pada manusia berasal dari hewan liar, hanya 10% kasus berasal dari hewan domestik. Dominansi reservoir virus rabies yang dilaporkan secara global antara lain:
- Eropa: rubah, kelelawar
- Timur Tengah: serigala, anjing
- Asia: anjing
- Afrika: anjing, luwak, kijang
- Amerika Utara: rubah, sigung, rakun, kelelawar pemakan serangga
- Amerika Selatan: anjing, kelelawar vampir[5]
Indonesia
Di Indonesia, sebagian besar kasus rabies pada manusia berasal dari gigitan anjing yang terinfeksi, lainnya berasal dari kucing dan kera. Dari 34 provinsi di Indonesia, hanya 8 provinsi bebas rabies, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Papua, Papua Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sedangkan 26 provinsi lainnya masih endemis rabies.
Data tahun 2015-2019 menunjukkan kasus gigitan hewan penular rabies dilaporkan berjumlah 404.306 kasus dengan 544 kematian. Lima provinsi dengan jumlah kematian tertinggi yaitu Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Kejadian luar biasa (KLB) rabies terakhir dilaporkan terjadi pada tahun 2019 di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.[6,7]
Mortalitas
Kejadian rabies pada manusia (maupun hewan) hampir selalu diakhiri dengan kematian (case fatality rate 100%). Sebagian besar kasus kematian rabies pada manusia terjadi akibat gigitan anjing terinfeksi.
Angka mortalitas penyakit rabies secara global berkisar antara 30.000-70.000 setiap tahunnya. Angka mortalitas rabies yang sebenarnya dapat lebih besar dari data yang terlaporkan karena under-reporting, terutama kematian pada anak usia 5-14 tahun.
Dampak kematian terutama terjadi di negara berkembang dengan mortalitas tinggi di Asia dan Afrika. Di negara maju, mortalitas dapat ditekan dengan adanya penggunaan PEP secara luas didukung oleh program-program preventif yang baik. 80% kematian akibat rabies terjadi di daerah pedalaman atau pedesaan, di mana kesadaran dan akses terhadap PEP terbatas atau tidak ada.[2,4]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita