Patofisiologi Rabies
Patofisiologi rabies terdiri atas 2 fase, yaitu masuknya virus ke dalam tubuh, dan masuknya virus ke dalam otak.[3,4]
Masuknya Virus ke Dalam Tubuh
Virus rabies masuk melalui luka gigitan atau cakaran hewan terinfeksi. Inokulasi dalam jaringan otot terjadi di daerah luka dan virus mulai melakukan replikasi. Micro- ribonucleic acid (RNA) otot endogen akan terikat pada transkripsi virus dan membatasi produksi serta replikasi protein virus sedemikian rupa sehingga virus tidak terdeteksi oleh antigen-presenting cells (APC).
Setelah replikasi virus cukup atau dengan inokulum tingkat tinggi atau kerusakan saraf secara langsung, virus terikat pada motor neuron junctions pada reseptor asetilkolin nikotinik pasca sinaptik yang menginisiasi ambilan (uptake) ke dalam endplate motorik. Selanjutnya, terjadi propagasi virus secara cepat melewati akson motorik dan sinaps kimia menuju ganglia dan radiks neuron. Virus rabies berjalan sepanjang akson pada kecepatan 12-24 mm/hari sampai masuk ke dalam ganglion spinalis.[3,5]
Pada fase ini belum muncul gejala apapun (masa inkubasi). Masa inkubasi rabies umumnya berlangsung selama 2-3 bulan namun dapat bervariasi antara 1 minggu hingga lebih dari 2 tahun, tergantung pada lokasi inokulasi virus, keparahan luka, banyaknya persarafan di daerah luka, strain virus rabies, viral load, dan imunitas penderita. Pada masa inkubasi, virus rabies tidak terdeteksi oleh sistem imun, dan tidak ada respon antibodi terbentuk.[1-5]
Masuknya Virus ke Dalam Otak
Setelah mencapai sistem saraf pusat, virus akan melakukan replikasi dengan cepat dan menyebar luas pada kecepatan 200-400 mm/hari melalui reseptor-reseptor asetilkolin nikotinik di otak. Proses ini kemudian menyebabkan inflamasi otak berupa ensefalitis. Multiplikasi virus di dalam ganglion akan memunculkan gejala awal berupa nyeri dan parestesia di area inokulum.[3,5]
Selanjutnya, virus akan menyebar secara anterograde melalui jalur autonomik dan sensorik dari sistem saraf pusat ke organ dalam termasuk kelenjar saliva. Seiring dengan penyebaran virus ke organ dalam, gejala rabies mulai berprogresi ke arah perburukan dan rabies menjadi fatal dalam 7 hari. Selama progresi penyakit, virus tidak lagi aktif ataupun bereplikasi di jaringan.[3-5]
Virus rabies tidak merusak morfologi persarafan. Progresi ke arah fatal terjadi akibat blokade neurotransmiter menyeluruh dan disfungsi neurologi yang luas. Virion bekerja pada daerah sinaptik, dimana homologi sekuens asam amino antara reseptor neurotransmiter untuk asetilkolin (gamma-aminobutyric acid/GABA) dan glisin dapat menjelaskan mekanisme terikatnya virus pada reseptor tersebut yang lebih bersifat neurotoksik daripada sitotoksik.[3,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita