Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Schistosomiasis general_alomedika 2024-01-24T09:46:50+07:00 2024-01-24T09:46:50+07:00
Schistosomiasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Schistosomiasis

Oleh :
dr. Nicholas Pratama
Share To Social Media:

Patofisiologi schistosomiasis dimulai saat serkaria menembus kulit hospes definitif, yaitu manusia. Timbul respon imun terhadap antigen cacing dan telur yang menentukan perjalanan penyakit, menjadi simptomatik hingga kronis, atau asimptomatik hingga dorman.[3]

Proses Infeksi

Ketika serkaria menembus kulit, terjadi perubahan serkaria menjadi schistosomula yang mengikuti aliran darah ke jantung kanan, paru, kemudian ke jantung kiri dan ke peredaran darah besar. Saat kembali melalui vena porta hepatis, schistosomula berkembang menjadi dewasa di hati dalam 3–6 minggu.

Pada fase dewasa, Schistosoma kembali ke vena usus dan vesica urinaria. Di usus, cacing betina yang telah berkopulasi akan mengeluarkan telur yang dapat menembus dinding usus dan vesika urinaria, sehingga telur dapat keluar melalui feses dan urin.[4]

Infeksi Akut

Serkaria yang menembus kulit menunjukkan reaksi peradangan berupa ruam makulopapular akibat enzim proteolitik. Saat menembus, serkaria menghasilkan prostaglandin D2 (PGD2) yang menyebabkan penurunan respons imun pejamu. Dalam proses perkembangan menjadi dewasa, sistem imun pejamu tidak terpicu dan baru terpicu ketika cacing dewasa berkopulasi dan menghasilkan telur.

Telur yang bersirkulasi menyebabkan kerusakan vaskular dan jaringan sekitar yang menyebabkan pseudoabses. Proses ini menyebabkan leukosit memproduksi tumor necrosis factor (TNF), interleukin–1 (IL1), dan interleukin–6 (IL6) oleh T–helper 1 (TH1). Dalam proses perkembangan infeksi, inflamasi akibat TH1 akan berkurang dan sel T–helper 2 (TH2) akan lebih teraktivasi dan memproduksi interleukin–10 (IL10).[3]

Infeksi Kronis

Respons TH2 yang berkelanjutan akan memproduksi interleukin–13 (IL13). IL13 memiliki potensi menimbulkan masalah klinis yang lebih berat karena memiliki kemampuan fibrinogenesis yang mampu menyebabkan fibrosis pada hepar.

Fibrosis hepar pada penderita schistosomiasis cukup jarang terjadi dan dikaitkan dengan gen SM2, dimana penderita lebih rentan mengalami fibrosis hepar hingga hipertensi portal. Bila tidak diterapi dengan baik, fibrosis hepar dapat berlanjut menjadi sirosis hepatis.[3]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

3. Rusjdi SR. Schistosomiasis: Hubungan Respon Imun dan Perubahan Patologi. MKA. 2011 Aug 29;35(2):81. https://doi.org/10.22338/mka.v35.i2.p81-90.2011
4. Nurwidayati A, Frederika P, Sudomo M. Fluktuasi Schistosomiasis di Daerah Endemis Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011-2018. BPK. 20Dec.2019; 47(3):199-06. https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/bpk/article/view/1276

Pendahuluan Schistosomiasis
Etiologi Schistosomiasis

Artikel Terkait

  • Penatalaksanaan Askariasis Intestinal pada Anak Usia Bawah 6 Tahun
    Penatalaksanaan Askariasis Intestinal pada Anak Usia Bawah 6 Tahun
  • Enterobius vermicularis pada Kasus Appendicitis
    Enterobius vermicularis pada Kasus Appendicitis
  • Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
    Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
Diskusi Terkait
dr. Novia Mulia Pertiwi
Dibalas 16 Februari 2024, 11:29
Keluar ulat di sela jari kuku kaki
Oleh: dr. Novia Mulia Pertiwi
4 Balasan
Alo dokter, ijin untuk berdiskusi.Seorang pasien berusia 60th, laki2.Awalnya mengeluhkan terasa gatal dan berair pd bagiam sela kuku jari jempol kaki, yg...
Anonymous
Dibalas 18 Desember 2023, 07:59
Obat cacing untuk bayi usia 11 bulan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin konsul dok, apakah obat cacing sudah bisa diberikan pada anak usia 11 bulan, dg bb 8,5 kgAnak mengeluh mudah diare, BB susah naik, conjungtiva sedikit...
dr.Rivia Pricillia Pantow
Dibalas 01 Juni 2023, 18:02
Apakah obat cacing bisa diberikan pada anak usia di bawah 2 tahun?
Oleh: dr.Rivia Pricillia Pantow
2 Balasan
Alo dokter. Ijin berdiskusi yah saya mendapatkan pasien bayi 6 bln, untuk keluhannya keluar cacing kremi pada waktu bab, dan ada yang keluar lewat anus....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.