Prognosis Schistosomiasis
Prognosis schistosomiasis secara umum cukup baik, bila terjadi infeksi kronis inflamasi, kerusakan jaringan, dan pembentukan granuloma dapat terjadi sehingga memberikan prognosis yang buruk. WHO memaparkan bahwa 75% penderita schistosomiasis dapat sembuh dengan pemberian prazikuantel. Risiko mortalitas meningkat pada kondisi koinfeksi schistosomiasis dengan hepatitis, HIV, dan malaria.[2,11]
Komplikasi
Inflamasi awal schistosomiasis umumnya tidak terlalu berbahaya, tetapi di akhir inflamasi akut dapat terjadi inflamasi kronis yang bisa menyebabkan deposisi kolagen dan fibrosis ireversibel. Telur ektopik dapat mengendap pada kulit, otak, otot, kelenjar adrenal, uterus, dan organ reproduksi.
Deposisi telur di tempat yang sporadis dapat menyebabkan komplikasi berupa emboli telur ke sistem saraf pusat dan medulla spinalis melewati sistem vena porta dan arteri mesenterika. Komplikasi dapat berupa timbulnya massa pada otak yang menyebabkan paresthesia dan disfasia. Pada medulla spinalis dapat terjadi myelitis.[2]
Prognosis
Kebanyakan kasus schistosomiasis berespon baik dengan terapi prazikuantel. Bahkan ketika sudah terjadi komplikasi seperti fibrosis hepar, kondisi pasien bisa membaik seiring waktu. Risiko mortalitas meningkat pada pasien dengan koinfeksi hepatitis, HIV, dan malaria.[11]
Pada mereka dengan infeksi kronik yang menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat, sebanyak 1–4% dapat mengalami epilepsi.[13]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli