Edukasi dan Promosi Kesehatan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
Tujuan utama edukasi serta promosi kesehatan severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah untuk mencegah penyebaran virus, karena belum ada vaksinasi yang disetujui untuk pencegahan infeksi severe acute respiratory syndrome coronavirus (SARS–CoV).
Pencegahan berfokus pada penggunaan alat pelindung diri serta menghindari faktor risiko. Peran pemerintah dalam screening pendatang dari China dan negara endemis serta screening masyarakat yang bepergian ke negara–negara tersebut juga membantu pencegahan SARS.[24,29,32]
Edukasi Kesehatan
Edukasi kesehatan merupakan salah satu upaya untuk mencegah penyebaran SARS. Berikut ini merupakan beberapa edukasi yang dapat diberikan pada komunitas:
- Sering mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air. Penggunaan hand sanitizer yang mengandung alkohol minimal 60% dapat menjadi alternatif bila tidak terdapat air dan sabun
- Etika batuk dan bersin yang benar adalah dengan menutupi hidung dan mulut dengan bagian dalam siku atau tisu lalu membuang tisu ke tempat sampah
- Jangan menyentuh wajah, terutama mata, hidung, dan mulut
- Melakukan desinfeksi pada barang atau permukaan yang sering disentuh
- Melakukan physical distancing, pembatasan perjalanan, menjaga jarak antar orang minimal 1 meter dan menjauhi orang yang batuk atau bersin
- Orang dengan gejala infeksi pernapasan akut diminta menjaga jarak dan menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin
- Berobat ke fasilitas kesehatan hanya jika diperlukan[24,29]
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Beberapa tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi SARS-CoV terutama untuk petugas kesehatan, antara lain:
Mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk mencegah infeksi saat menangani cairan tubuh pasien dan kulit yang lecet atau luka, atau setelah kontak dengan pasien dan hal di sekitar pasien
- Mencegah luka karena jarum suntik atau cedera oleh benda tajam
- Melakukan pengelolaan limbah yang aman serta desinfeksi peralatan setelah penggunaan[29]
Untuk mencegah transmisi melalui droplet, tenaga kesehatan dapat melakukan beberapa hal berikut:
- Menggunakan masker apabila bekerja dalam radius 1 meter dari pasien
- Pasien SARS ditempatkan di ruang isolasi bertekanan negatif atau ditempatkan bersama pasien yang sama-sama terkena SARS
- Jika penyebab pasti tidak ditemukan, kelompokkan pasien berdasarkan diagnosis klinis dan faktor risiko dengan pemisahan minimal 1 meter
- Apabila pasien tinggal sekamar dengan orang lain saat dirawat di rumah, pasien harus dipisahkan 1 meter dari orang lain
- Pastikan pasien memakai masker apabila keluar kamar serta batasi gerakan pasien[29]
Untuk mencegah transmisi airborne, beberapa hal berikut dapat dilakukan:
Petugas menggunakan alat pelindung diri sebagai universal precaution, seperti sarung tangan, baju lengan panjang, pelindung mata, celemek kedap air, dan respirator partikulat saat melakukan prosedur tindakan yang menimbulkan aerosol
- Gunakan ruangan yang memiliki ventilasi adekuat saat melakukan prosedur yang menimbulkan aerosol
- Membatasi jumlah orang di ruang pasien untuk mengurangi penyebaran infeksi yang lebih luas[29]
Kewaspadaan juga harus diperhatikan pada petugas laboratorium. Petugas yang mengambil spesimen harus memakai APD yang sesuai. Pengiriman harus dilakukan oleh petugas terlatih agar tidak terjadi kontaminasi. Selain itu, selalu tuliskan nama secara jelas untuk setiap tersangka infeksi.[24,49]
Vaksin
Vaksin untuk SARS masih dalam tahap pengembangan sejak 2004. Saat ini, vaksin DNA SARS yang mengkode protein spike masih dilakukan pada hewan percobaan. Meskipun terbukti dapat ditoleransi dengan baik dalam penelitian tersebut, studi lebih lanjut perlu dilakukan sebelum vaksin yang optimal dan aman dapat diimplementasikan secara klinis.[50,52]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli