Panduan e-Prescription Strongyloidiasis
Panduan e-Prescription untuk strongyloidiasis ini dapat digunakan oleh Dokter ketika hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Strongyloidiasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh nematoda dengan genus Strongyloides. Spesies yang paling sering menginfeksi manusia adalah Strongyloides stercoralis. Manusia terinfeksi oleh larva yang masuk melalui kontak kulit dengan tanah yang terkontaminasi feses manusia. Larva lalu dapat bermigrasi ke paru-paru dan ke saluran cerna.[1-3]
Sebagian larva dapat tumbuh hingga dewasa dan menyebabkan re-infeksi melalui dinding usus atau melalui penetrasi kulit sekitar anus. Hal inilah yang menyebabkan auto-infeksi. Jika tidak diobati, seseorang dapat terinfeksi berulang seumur hidupnya.[2]
Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pasien strongyloidiasis adalah:
- Dermatologi: rasa gatal, erupsi kulit dengan lesi papulovesikular serta pruritus, yang terutama terjadi pada kaki dan anus
- Pulmoner: batuk produktif dengan dahak yang kadang bercampur darah, sesak, dan demam
- Gastrointestinal: mual, muntah, anoreksia, diare kronis, konstipasi, pruritus ani, perut sebah, dan obstruksi usus kecil[4,5]
Peringatan
Pada kasus yang jarang, pasien dapat mengalami kejang, meningitis, dan abses otak. Invasi parasit juga dapat terjadi ke jantung, ginjal, peritoneum, nodus limfa, pankreas, prostat, ovarium, tiroid, dan paratiroid. Pasien dengan komplikasi perlu diarahkan ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.[4,5]
Pasien immunocompromised dapat mengalami sindrom hiperinfeksi dan bersifat sangat infeksius, sehingga perlu dirawat di ruang isolasi. Screening anggota keluarga mungkin perlu dilakukan.[2,4,5]
Pada semua pasien dan anggota keluarganya, Dokter perlu memberikan edukasi untuk selalu memakai alas kaki saat berjalan di tanah dan mencuci tangan dengan sabun sebelum melakukan kontak dengan makanan. Makanan dan air harus direbus hingga matang. Hindari buang air besar tidak pada tempatnya.[2]
Medikamentosa
Terapi lini pertama yang merupakan drug of choice pada kasus strongyloidiasis adalah ivermectin. Sementara itu, albendazole dapat dijadikan alternatif.[4,5]
Ivermectin
Ivermectin diberikan dengan dosis 200 μg/kgBB/hari secara peroral selama 2 hari.[4,5]
Albendazole
Albendazole merupakan alternatif ivermectin. Obat ini diberikan dengan dosis 400 mg secara peroral 2 kali sehari selama 7 hari.[4,5]
Terapi pada Ibu Hamil
Menurut FDA, ivermectin dan albendazole termasuk dalam kategori C untuk ibu hamil. Ivermectin memiliki efek teratogenik pada fetus, sehingga perlu dihindari saat hamil. Albendazole dapat diberikan setelah trimester pertama kehamilan. Namun, karena efikasi albendazole rendah, apabila albendazole diberikan setelah trimester satu, terapi ivermectin setelah persalinan tetap direkomendasikan.[6]