Etiologi Fibromyalgia Syndrome
Etiologi fibromyalgia syndrome belum diketahui pasti. Fibromyalgia syndrome diduga disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor, misalnya trauma fisik, gangguan emosional, atau infeksi. Pemeriksaan dengan MRI menunjukkan bahwa pasien dengan fibromyalgia syndrome memiliki perbedaan pada ambang rangsang nyeri dibandingkan dengan orang normal. Saat ini, hipersensitivitas baik persarafan perifer dan sentral diduga kuat menjadi penyebab dari tanda dan gejala pasien dengan fibromyalgia syndrome.[1,2]
Faktor Risiko
Faktor risiko dari fibromyalgia syndrome meliputi faktor biologi, psikologi, dan sosial, serta interaksinya dalam menyebabkan nyeri pada pasien. Karena ketiga faktor ini saling terkait, maka berbagai pedoman menyarankan pemeriksaan komprehensif terhadap faktor biopsikososial.
Biologi
Beberapa penelitian menunjukkan predisposisi genetik dari fibromyalgia syndrome, tetapi belum ditemukan satu gen yang bertanggung jawab dalam menyebabkan kondisi ini. Proses infeksi dan inflamasi juga turut diduga berperan dalam mengubah rangsangan sensorik nyeri baik di tingkat perifer maupun sentral.[1,4]
Psikologi
Pengalaman traumatik pada masa lalu diduga berperan dalam membentuk informasi psikologis dan meningkatkan sensitivitas terhadap rangsangan nyeri. Neurotransmitter yang berperan dalam fibromyalgia syndrome seperti dopamine, serotonin, dan norepinefrin juga ikut terlibat dalam regulasi suasana perasaan dan psikologis pasien. Gangguan psikiatri juga diduga berperan, karena obat antidepresan seperti duloxetine efektif dalam penanganan fibromyalgia syndrome.[1,9]
Sosial
Interaksi pasien fibromyalgia syndrome dengan sekitarnya dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Misalnya pasien dengan dukungan yang kuat dari keluarga atau orang terdekat akan meningkatkan kemampuan adaptasi dan menurunkan stress. Terapi multimodal pada pasien melibatkan orang terdekat untuk menurunkan stress psikologis dan meningkatkan kemampuan adaptif pasien. Kepuasan terkait pekerjaan dan lingkungan juga berpengaruh terhadap nyeri kronis.[1,4]
Penulisan pertama oleh: dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ