Prognosis Fibromyalgia Syndrome
Prognosis fibromyalgia syndrome secara umum dapat menyebabkan nyeri kronik yang dapat menimbulkan komplikasi bermakna berupa penurunan kualitas hidup, produktivitas, dan gangguan kognisi yang menetap.[4,5,7,9]
Komplikasi
Pasien dengan fibromyalgia syndrome dapat memiliki gejala yang menetap meskipun sudah diberikan tata laksana. Gangguan pada kognisi dan penurunan daya ingat yang menetap akan menyebabkan gangguan pada kehidupan sehari-hari pasien. Pasien dengan fibromyalgia syndrome juga berisiko dirawat inap karena keluhan nyeri.[4,15]
Beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi adalah depresi, kecemasan, ketergantungan zat, sindrom metabolik, dan obesitas. Alkohol dan opioid akan membantu mengurangi nyeri pada pasien. Hal ini menyebabkan pasien cenderung mencari dan mengonsumsi zat tersebut, terkadang secara berlebihan untuk mengatasi nyeri. Penggunaan berlebihan berisiko menyebabkan misuse dan selanjutnya terjadi ketergantungan.[4,5]
Depresi dan kecemasan berhubungan erat dengan fibromyalgia syndrome. Jaras yang diduga berperan dalam fibromyalgia syndrome juga berperan dalam suasana perasaan. Defisiensi dari neurotransmitter monoamine, terutama serotonin, berisiko menyebabkan depresi dan cemas. Kondisi ini diperparah dengan sifat nyeri yang kronis dan persisten. Pasien putus asa terhadap kondisinya dan merasa cemas terhadap serangan nyeri selanjutnya.[4,7,9]
Prognosis
Prognosis dari fibromyalgia syndrome tergantung dari seberapa cepat diagnosis dan tata laksana diberikan. Fibromyalgia syndrome adalah kondisi kronis persisten, dan nyeri umumnya tetap ada selama hidup. Tujuan dari terapi adalah mengembalikan kualitas hidup dan mengontrol nyeri.[2,9]
Patofisiologi fibromyalgia syndrome yang tidak jelas membuat tata laksana yang diberikan tidak definitif. Hal ini menyebabkan luasnya terapi farmakologi dan nonfarmakologis yang dicoba diterapkan pada pasien. Berdasarkan statistik, hanya 10-25% pasien yang melaporkan penurunan intensitas nyeri lebih dari 50%. Kohort dalam 26 tahun menunjukkan bahwa 26% kasus mengalami remisi lebih dari 1 tahun dan 11% kasus sembuh total.[6,8]
Beberapa indikator prognosis buruk pada pasien adalah
- Jenis kelamin perempuan
- Status sosioekonomi rendah
- Tidak bekerja
- Terdapat sindrom metabolik
- Depresi
- Stress
- Ketergantungan alkohol atau zat lain
- Menyendiri, menghindari bekerja[2,4]
Penulisan pertama oleh: dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ