Penatalaksanaan Fibromyalgia Syndrome
Tujuan penatalaksanaan fibromyalgia syndrome adalah meredakan nyeri, memperbaiki gangguan fisik dan psikologis yang menyertai, dan memperbaiki kapasitas fungsional pasien. Fibromyalgia syndrome adalah kondisi yang kronis dan terkadang membutuhkan evaluasi ulang pada praktik. Oleh karena itu, klinisi perlu menjalin hubungan terapeutik yang baik dan bersikap empatik pada pasien.[1,2]
Pedoman dari European League Against Rheumatism (EULAR) merekomendasikan terapi nonfarmakologis dan edukasi pasien pada tahapan awal penatalaksanaan. Ini dapat mencakup cognitive behavioral therapy dan olahraga. Tata laksana farmakologis diberikan pada pasien yang mengalami nyeri berat atau gangguan tidur yang tidak membaik dengan terapi non farmakologis.[5,8]
Non Farmakoterapi
Klinisi sebaiknya memulai terapi fibromyalgia syndrome secara nonfarmakologi terlebih dahulu. Olahraga memiliki kekuatan rekomendasi tinggi dan dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan kapasitas fungsional pasien. Selain itu, beberapa tata laksana yang bisa diterapkan adalah akupuntur, hidroterapi, gerakan meditatif, dan terapi kombinasi. Chiropractic tidak direkomendasikan dilakukan karena faktor keamanan yang meragukan.[5,8]
Olahraga
Olahraga seperti aerobik, berenang, latihan resistensi dan penguatan dapat membantu mengurangi insomnia dan nyeri pada pasien fibromyalgia syndrome. Pada tahapan awal, pasien disarankan memulai dari intensitas rendah dan berangsur naik seiring dengan adaptasi tubuh terhadap peningkatan intensitas olahraga.
Waktu yang disarankan adalah 20-30 menit intensitas ringan-sedang selama 2-3 kali dalam 1 minggu dengan mengukur laju nadi hingga mendekati target. Pasien yang tidak mampu mencapai target disarankan untuk berlatih dengan supervisi tenaga profesional.[2,7]
Cognitive Behavioral Therapy
Pasien dengan fibromyalgia syndrome cenderung memiliki mekanisme koping yang maladaptif terhadap kondisi fisiknya. Pasien dapat mengalami kecemasan dan ketidaknyamanan yang kemudian berkembang menjadi depresi atau gangguan mental lain. Gangguan psikologis yang lama akan menurunkan kualitas hidup dan memperburuk prognosis.[5,8]
Cognitive behavioral therapy bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara menurunkan suasana perasaan negatif, kepercayaan yang salah pada pasien, dan mengurangi nyeri. Terapi ini efektif dalam menurunkan nyeri dan disabilitas dibandingkan dengan kontrol, dan perbaikan tersebut bertahan dalam jangka panjang. Durasi median cognitive behavioral therapy adalah 10 minggu dengan 10 sesi dalam waktu 18 jam.[2,5]
Terapi Lain
Dewasa ini, penelitian-penelitian mencoba mencari alternatif dari terapi konvensional. Terapi komplementer seperti yoga, tai chi, dan akupuntur diduga dapat bermanfaat dalam mengatasi gejala fibromyalgia syndrome, dan dalam beberapa penelitian tampak meringankan nyeri. Namun efektivitas dan mekanisme kerja terapi komplementer tersebut pada fibromyalgia syndrome masih dalam penelitian.[4,5]
Farmakoterapi
Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah menyetujui 3 obat untuk fibromyalgia syndrome, yaitu pregabalin, duloxetine, dan milnacipran. Pregabalin diindikasikan pada pasien dengan keluhan dominan nyeri dan gangguan tidur. Sementara itu, duloxetine dan milnacipran efektif untuk pasien dengan kelelahan hebat disertai nyeri. Selain itu, naltrexone dosis rendah juga telah diteliti efikasinya untuk fibromyalgia.[4,5]
EULAR 2016 tidak merekomendasikan pemberian obat antiinflamasi non steroid (OAINS), monoamine oxidase inhibitor (MAOI), dan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) pada fibromyalgia syndrome. Obat pelemas otot, opioid, hipnotik sedatif dan ansiolitik perlu dihindari atau diberikan secara hati-hati karena risiko ketergantungan dalam pemakaian jangka panjang dan perburukan defisit kognitif.[8,10]
Pregabalin
Pregabalin merupakan antikonvulsan yang juga berfungsi pada modulasi nyeri sentral. Kerja pregabalin adalah sebagai gabapentinoid yang menghambat kanal kalsium dan menurunkan eksitabilitas saraf. Manfaat obat ini adalah untuk mengurangi nyeri dan membantu tidur.[4,5]
Pregabalin tersedia dalam sediaan 300 mg, 450 mg, dan 600 mg. Dosis sebaiknya diberikan berdasarkan respon dari pasien. Dosis 450 mg dan 600 mg efektif dalam mengurangi nyeri dan membantu tidur, namun dengan risiko efek samping yang lebih tinggi. Klinisi disarankan memulai dalam dosis rendah, 300 mg per hari.[12,19]
Antidepresan
Duloxetine dan amitriptiyline sering digunakan dalam penanganan fibromyalgia syndrome. Duloxetine adalah golongan serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI) yang lebih baru diluncurkan. Sebagai antinyeri, amitriptyline dan duloxetine memiliki efektivitas yang mirip. Semua obat antidepresan membutuhkan waktu setidaknya 8 minggu sebelum memberikan efek.[5]
Amitriptyline lebih efektif dalam mengatasi insomnia, namun efek samping antikolinergik membatasi penggunaan obat ini pada pasien usia tua. Sementara itu, duloxetine lebih efektif dalam memperbaiki gangguan suasana perasaan. Milnacipran memiliki efektivitas yang lebih baik dalam menurunkan nyeri dibandingkan duloxetine dan amitriptyline, namun obat ini masih belum tersedia di Indonesia.[5,14]
Rentang dosis:
- Amitriptyline 10-50 mg/hari
- Duloxetine 20-120 mg/hari
- Milnacipran 100-200 mg/hari[5]
Analgesik
Tramadol adalah opioid lemah dengan aktivitas inhibisi pada ambilan kembali serotonin dan norepinefrin. Tramadol dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien, dan dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini kedua pada pasien dengan nyeri hebat yang tidak responsif dengan terapi lain. Opioid dengan potensi kuat, seperti oksikodon dan morfin, tidak terbukti lebih efektif dan tidak direkomendasikan.[4,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ