Diagnosis Gangguan Kepribadian Ganda
Diagnosis gangguan kepribadian ganda atau dissociative identity disorder ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis dalam DSM-5 melalui anamnesis riwayat gangguan secara mendetail dan berulang.[1,6]
Anamnesis
Penegakan diagnosis membutuhkan anamnesis dan observasi longitudinal dalam durasi lama dan mendetail. Riwayat gangguan sebaiknya didapatkan dari sumber yang multipel.[1,7]
Diskontinuitas kepribadian seringkali dirasakan oleh pasien atau orang lain sebagai perubahan cara berbicara dan berperilaku yang tidak bisa dikendalikan secara sadar oleh pasien. Hal ini sering disertai dengan:
- Timbulnya halusinasi auditorik seperti suara anak, tangisan, atau suara makhluk halus
- Emosi-emosi yang kuat
- Impuls, pembicaraan, atau perilaku lain yang tidak bisa dikendalikan[1,3,4]
Perubahan mendadak dalam perilaku, penampilan, dan preferensi personal mungkin terjadi. Perubahan ini terjadi secara bolak-balik.[1,3,4]
Jeda dalam memori dan proses kognitif lain sering digambarkan sebagai amnesia disosiatif. Amnesia ini biasanya bermanifestasi sebagai:
- Jeda dalam memori jangka panjang mengenai kejadian-kejadian personal dalam kehidupan seperti ingatan masa kecil atau remaja dan ingatan mengenai kejadian penting di masa lalu
- Jeda dalam memori yang diandalkan atau dependable, seperti kejadian-kejadian hari ini dan keterampilan dalam melakukan pekerjaan (misalnya dalam menggunakan komputer, membaca, atau menyetir)
- Adanya bukti-bukti mengenai kejadian atau perilaku yang mereka lakukan namun mereka tidak ingat pernah melakukan, misalnya menemukan struk belanjaan dalam tas atau barang belanjaan di kulkas
Dissociative fugue, di mana pasien tiba-tiba berada di tempat atau lokasi tanpa mereka ketahui bagaimana mereka sampai ke tempat atau lokasi tersebut[3,4]
Kriteria Diagnosis DSM-5
Kriteria diagnosis gangguan kepribadian ganda berdasarkan DSM-5 adalah:
- Disrupsi identitas yang ditandai oleh timbulnya dua atau lebih kondisi kepribadian yang berbeda
- Terdapat jeda (gaps) dalam ingatan mengenai kejadian sehari-hari, informasi pribadi yang penting, dan/atau peristiwa traumatik, yang tidak bisa dijelaskan sebagai sekedar lupa
- Gejala-gejala yang dialami menimbulkan distress yang signifikan secara klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya
- Gangguan yang timbul bukan merupakan bagian dari praktek budaya atau agama tertentu
- Gejala-gejala yang timbul bukan merupakan dampak fisiologis dari zat (misalnya intoksikasi alkohol) atau kondisi medis umum (misalnya kejang parsial kompleks)[3]
Pada beberapa kebudayaan, disrupsi identitas mungkin digambarkan sebagai pengalaman kerasukan atau kesurupan. Disrupsi identitas melibatkan diskontinuitas yang nyata dalam rasa diri (sense of self) dan rasa kemandirian (sense of agency).[3]
Disrupsi identitas ini disertai dengan perubahan afek, perilaku, kesadaran, memori, persepsi, kognisi, dan/atau fungsi sensori motor. Tanda dan gejala ini bisa dilaporkan sendiri oleh pasien atau dilihat oleh orang lain.[3]
Pemeriksaan Fisik
Tidak ada pemeriksaan fisik khusus untuk menegakkan diagnosis gangguan kepribadian ganda. Namun, jika dicurigai ada penyebab biologis yang mendasari perubahan perilaku yang sering terjadi mendadak, sebaiknya dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap.[1]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab neurologis sebagai dasar perubahan perilaku, khususnya gangguan kejang. Bila ada kecurigaan, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan elektroensefalogram (EEG) dan brain imaging.[1]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gangguan kepribadian ganda antara lain adalah gangguan disosiatif lainnya, gangguan bipolar, dan gangguan psikotik.[1,3]
Gangguan Disosiatif Lainnya
Perbedaan gangguan disosiatif lainnya dengan gangguan kepribadian ganda adalah tidak adanya diskontinuitas dalam kepribadian sebagaimana dalam gangguan kepribadian ganda. Gangguan disosiatif lain tidak bersifat kronik berulang sebagaimana gangguan kepribadian ganda.[3]
Episode Depresi Berat
Pasien dengan gangguan kepribadian ganda sering terlihat memenuhi kriteria diagnosis untuk episode depresi berat. Namun, bila dilakukan pemeriksaan mendalam, akan ditemukan bahwa mood depresi dan gangguan kognisi yang menyertai bersifat fluktuatif. Ini karena depresi tidak dialami oleh semua kepribadian yang ada.[3]
Gangguan Bipolar
Pasien dengan gangguan kepribadian ganda sering salah didiagnosis sebagai gangguan bipolar. Namun, perubahan mood pada gangguan kepribadian biasanya terjadi dengan cepat dalam hitungan menit sampai jam, tidak seperti pada gangguan bipolar yang terjadi secara lambat. Perubahan mood pada gangguan kepribadian ganda umumnya menyertai perubahan identitas kepribadian.[3]
Posttraumatic Stress Disorder (PTSD)
Pasien dengan gangguan kepribadian ganda juga sering mengalami PTSD karena mempunyai dasar etiologi yang sama. Perlu dibedakan antara pasien yang mengalami PTSD saja atau keduanya.[1,3]
Faktor yang membedakan gejala disosiatif pada gangguan kepribadian ganda dari PTSD adalah amnesia yang dialami tidak terbatas pada peristiwa traumatik saja, tapi pada kejadian sehari-hari juga. Pada PTSD, amnesia hanya terkait dengan trauma.[1,3]
Flashback atau ingatan kembali yang dialami oleh pasien dengan gangguan kepribadian ganda umumnya akan diikuti amnesia mengenai isinya. Ini bersifat infrekuen dan hanya muncul bersama dengan identitas pribadi tertentu saja. Pada PTSD, tidak terjadi amnesia serupa.[1,3]
Gangguan Psikotik
Gejala-gejala gangguan kepribadian ganda seperti halusinasi, pengalaman disosiatif, dan kesurupan sering disalahartikan sebagai gejala gangguan psikotik seperti skizofrenia. Namun, pada gangguan psikotik tidak terjadi perubahan identitas dan pasien tidak mengalami episode amnesia.[1,3]
Gangguan Akibat Penyalahgunaan Zat
Gangguan ini bisa dibedakan dari gangguan kepribadian ganda bila gejala disosiatif berhubungan dengan konsumsi zat yang menjadi etiologinya.[3]
Gangguan Kepribadian Lainnya
Identitas-identitas kepribadian dalam gangguan kepribadian ganda sering mengalami gangguan kepribadian lainnya, khususnya gangguan kepribadian tipe ambang. Namun, pada pengamatan longitudinal biasanya akan ditemukan inkonsistensi gejala. Ini berbeda dengan gangguan kepribadian murni yang bersifat konsisten dan pervasif.[1,3]
Gangguan Konversi
Gangguan ini bisa dengan mudah dibedakan dari gejala disosiatif pada gangguan kepribadian ganda karena tidak ditemukan adanya diskontinuitas kepribadian.[3]
Gangguan Kejang
Gejala disosiatif juga sering menyertai gangguan kejang parsial kompleks. Namun, gejala ini bisa dibedakan dari tingkat disosiasi yang dialami dan berdasarkan pemeriksaan EEG. Tingkat disosiasi pada gangguan kejang umumnya ringan.[3]
Gangguan Factitious dan Malingering
Pasien dengan gangguan ini memalsukan gejala untuk mendapatkan manfaat tertentu. Mereka umumnya melebih-lebihkan gejala yang dialami dan seringkali berusaha mempublikasikan gejala yang dialami.[3]