Pendahuluan Gangguan Kepribadian Ganda
Gangguan kepribadian ganda atau gangguan kepribadian disosiatif disebut sebagai dissociative identity disorder dalam kriteria diagnosis DSM-5. Gangguan ini sering tidak terdiagnosis atau misdiagnosis. Hal ini karena penegakan diagnosis gangguan ini membutuhkan asesmen komprehensif berulang dan wawancara mendetail dengan lebih dari satu sumber.
Patofisiologi pasti gangguan ini belum diketahui, namun etiologinya diperkirakan sebagai akibat adanya trauma berat di masa kanak-kanak. Gangguan kepribadian ganda ditandai oleh adanya diskontinuitas dalam integrasi fungsi diri yang normal, termasuk dalam fungsi kesadaran, memori, identitas, dan emosi.[1,2]
Di beberapa negara, gangguan ini sering diasosiasikan dengan kepercayaan kerasukan oleh makhluk halus atau astral. Prevalensi gangguan ini relatif kecil dan proporsi laki-laki dan perempuan hampir setara.[1,3]
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria dalam DSM-5 oleh adanya diskontinuitas kepribadian dan adanya amnesia akibat pergantian identitas. Manajemen gangguan ini berfokus pada keamanan pasien, mengatasi trauma, dan integrasi serta rehabilitasi. Meskipun mendapatkan terapi, prognosis gangguan ini relatif buruk.[1]