Patofisiologi Gangguan Makan (overview)
Patofisiologi gangguan makan berhubungan dengan persepsi individu mengenai bentuk tubuh yang ideal. Selain itu, adanya ruminasi juga diduga berperan dalam terjadinya gangguan makan.
Persepsi Mengenai Bentuk Tubuh
Gangguan makan biasanya melibatkan usia yang lebih muda, seperti anak remaja atau dewasa muda dengan berat badan normal atau sedikit overweight yang ingin menurunkan berat badan. Ketika berhasil menurunkan berat badan, pasien mungkin menerima pujian terkait bentuk tubuh dari orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut memicu pasien untuk terus menurunkan berat badan, bahkan saat berat badan ideal telah dicapai.
Secara khusus, anorexia nervosa, mungkin sulit diatasi karena telah terjadi perubahan neuroadaptif, yaitu peningkatan angiopoetin-like protein 6 (ANGPTL6) yang menyebabkan kondisi ini menjadi kronis dan persisten. Starvasi dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi yang mengganggu berbagai organ, antara lain kardiovaskular, renal, gastrointestinal, dan endokrin.
Persepsi juga dipengaruhi dengan berbagai hal, misalnya kondisi sosial yang mengidolakan bentuk tubuh kurus, serta faktor kepribadian pasien, contohnya perfeksionis atau negative urgency, yaitu kecenderungan untuk bertindak di luar kontrol atau sembrono saat dalam tekanan. Pada pasien bulimia nervosa, didapatkan adanya hubungan antara negative urgency dan penguasaan diri.
Orthorexia nervosa juga memiliki patofisiologi serupa, yaitu adanya kecemasan berlebihan terhadap makanan dan gaya hidup yang menyebabkan kepatuhan pola makan secara berlebihan. Namun, pada anoreksia dan bulimia pasien lebih berfokus pada jumlah makanan, sedangkan pada orthorexia pasien lebih berfokus pada kualitas makanan.[1,5–7]
Ruminasi
Ruminasi memiliki arti proses kognitif berupa proses pikir pasif dan berulang yang berfokus pada emosi negatif. Jika berlangsung terus-menerus, ruminasi dapat menyebabkan suasana hati (mood) yang negatif dan repetitif. Pasien yang mengalami ruminasi biasanya juga memiliki kesulitan dalam menyelesaikan masalah.
Ruminasi telah banyak diteliti pada gangguan depresi dan ansietas, tetapi juga diduga memiliki peranan dalam gangguan makan. Ruminasi ditemukan berkorelasi dengan gangguan makan. Secara khusus, ruminasi ditemukan berhubungan dengan penurunan mood dan kepuasan terhadap bentuk tubuh pada kelompok pasien anorexia nervosa dan bulimia nervosa.[6]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra