Penatalaksanaan Gangguan Makan (overview)
Penatalaksanaan pasien dengan gangguan makan meliputi psikoterapi, seperti family based therapy, farmakoterapi, seperti fluoxetine, dan konseling nutrisi. Tata laksana harus disesuaikan bagi masing-masing individu.
Psikoterapi
Salah satu model psikoterapi yang disarankan untuk anorexia nervosa adalah family based treatment (FBT). Tujuan FBT adalah untuk mengatasi aspek-aspek problematika dalam keluarga yang memicu timbul dan terus berlangsungnya anorexia nervosa.[3,22,23]
FBT terutama difokuskan pada reduksi blame (menyalahkan pasien) dan menggunakan keluarga sebagai sumber daya untuk pemulihan. Pada FBT, orang tua memegang peran sentral dalam proses pemulihan dan saudara-saudara pasien didorong untuk memberikan dukungan emosional pada pasien.[3,22,23]
Psikoterapi lain yang bisa diberikan pada pasien dengan anorexia nervosa adalah eating disorder focused cognitive behavioral therapy (CBT-ED), Maudsley Anorexia Nervosa Treatment for Adult (MANTRA), dan specialist supportive clinical management (SSCM). Semua metode ini bertujuan untuk mendorong perilaku makan yang sehat dan upaya untuk mencapai berat badan yang sehat.[14]
CBT-ED juga bisa diterapkan pada pasien dengan binge eating disorder. Namun CBT-ED pada binge eating disorder bertujuan untuk membantu pasien agar bisa makan dengan jadwal teratur untuk mengendalikan rasa lapar.[7]
Penerapan CBT-ED pada pasien dengan bulimia nervosa juga bertujuan untuk mendorong perilaku makan yang sehat. Selain itu, family based treatment (FBT) juga bisa diberikan pada pasien dengan gangguan ini.[14]
Terapi Nonfarmakologis Lainnya
Terapi nonfarmakologis standar untuk pasien-pasien dengan gangguan makan adalah dengan manajemen nutrisi, misalnya dengan progressive bolus oral feeding, sesuai dengan target asupan kalori dan kebutuhan nutrisionalnya. Namun pemulihan asupan makan harus dilakukan secara perlahan-lahan karena umumnya pasien-pasien dengan gangguan makan mempunyai berbagai keluhan gastrointestinal.
Untuk pasien-pasien anorexia nervosa yang mempunyai masalah serius, misalnya pasien dengan gangguan jantung atau masalah psikologis serius, disarankan untuk rawat inap. Ketika rawat inap, maka makanan diberikan melalui nasogastric tube yang bermanfaat dalam menurunkan risiko refeeding syndrome, distensi abdominal, mual, dan sebah.[3,4,22]
Medikamentosa
Belum ada farmakoterapi yang direkomendasikan untuk penanganan anorexia nervosa. Pemberian antipsikotik olanzapine bisa meningkatkan berat badan pasien anorexia nervosa. Penggunaan obat hormonal transdermal juga tengah diteliti untuk memperbaiki masalah tulang pada anorexia nervosa.[3,24]
Untuk bulimia nervosa, yang direkomendasikan adalah penggunaan obat antidepresan. Obat antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), misalnya fluoxetine telah banyak dilaporkan dalam penanganan bulimia nervosa. Selain itu, antikonvulsan topiramat, antidepresan trisiklik, misalnya imipramine dan desipramin, phenelzine, dan SSRI lain, seperti sertraline dan citalopram, juga dilaporkan efektif digunakan pada pasien dengan bulimia nervosa.[3,24]
Untuk binge eating disorder, obat yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) dan dilaporkan efektif adalah lisdexamfetamine. Selain itu, obat antikonvulsan topiramat, antidepresan golongan SSRI, seperti fluoxetine, citalopram, sertraline, dan fluvoxamine, dan duloxetine juga dilaporkan efektif mengatasi binge eating disorder.[3,24]
Orthorexia nervosa merupakan gangguan makan baru yang belum banyak diteliti dan dilaporkan. Beberapa obat-obatan yang dapat digunakan, antara lain SSRI, seperti fluoxetine, sertraline, dan paroxetine. Antipsikotik, misalnya olanzapine, juga dapat digunakan untuk meringankan pikiran obsesif terhadap makanan.[25]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra