Etiologi Gangguan Stres Akut
Etiologi gangguan stres akut atau acute stress disorder (ASD) adalah paparan terhadap peristiwa traumatik seperti kondisi yang mengancam nyawa, kekerasan fisik, kekerasan seksual, atau cedera fisik yang signifikan. Pasien dapat mengalami peristiwa traumatik tersebut secara langsung atau menyaksikannya terjadi pada orang sekitarnya.
Pada gangguan stres akut, gejala hanya bertahan selama kurang dari 1 bulan. Apabila gejala menetap melebihi 1 bulan, maka kemungkinan pasien mengalami post traumatic stress disorder (PTSD).[1,5]
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya gangguan stres akut pada seseorang yang mengalami peristiwa traumatik dapat dibagi menjadi faktor sebelum, saat terjadi, dan sesudah trauma.
Faktor Risiko Pretrauma
Gangguan stres akut lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan laki-laki. Hal tersebut berkaitan dengan perbedaan neurobiologis pada respon stres yang ditimbulkan setelah mengalami trauma. Wanita sebagai populasi rentan juga turut mempengaruhi risiko terjadinya gangguan stres akut, dimana paparan peristiwa traumatik seperti pemerkosaan atau kekerasan interpersonal lebih sering ditemukan pada wanita.[1,5]
Faktor lain yang meningkatkan risiko gangguan stres akut adalah disabilitas intelektual dan tingkat sosioekonomi serta pendidikan yang rendah. Riwayat mengalami peristiwa traumatik sebelumnya, riwayat gangguan kepribadian, atau gangguan psikiatri lainnya juga merupakan faktor risiko. Individu yang mudah mengalami stres dan memiliki mekanisme koping yang buruk juga lebih berisiko mengalami gangguan stres akut.[1,6]
Faktor Risiko Terkait Peristiwa Traumatik
Jenis trauma dan keparahan paparan peristiwa traumatik yang dialami juga berpengaruh terhadap terjadinya gangguan stres akut. Peristiwa yang berkaitan dengan kekerasan atau pemerkosaan meningkatkan risiko terjadinya gangguan stres akut. Begitu pula dengan peristiwa traumatik yang menyebabkan cedera fisik pada pasien.[1,6]
Faktor Risiko Pasca Trauma
Risiko gangguan stres akut meningkat pada pasien yang mengalami cedera otak traumatik, mendapat perawatan di unit perawatan intensif (ICU), mengalami disabilitas, serta memiliki stresor atau permasalahan hidup lain yang timbul setelah mengalami trauma.[1]