Prognosis Sindrom Serotonin
Prognosis sindrom serotonin pada umumnya baik, karena sebagian besar kasus hilang dalam 24 jam setelah penghentian obat. Prognosis bergantung pada diagnosis yang cepat, sehingga agen penyebab segera dihentikan, penanganan dilakukan dengan segera, dan komplikasi dapat dicegah. Pada kasus sindrom serotonin derajat berat, dapat muncul komplikasi seperti rhabdomyolysis, gagal ginjal, gagal napas, hingga kematian.[1,9]
Komplikasi
Potensi komplikasi sindrom serotonin mencakup disseminated intravascular coagulation, kejang, asidosis metabolik, rhabdomyolysis, acute respiratory distress syndrome, gagal napas, gagal ginjal, hingga kematian.[1]
Prognosis
Prognosis sindrom serotonin umumnya menguntungkan jika mampu dikenali lebih awal, agen penyebab segera dihentikan, dan komplikasi diatasi. Pada sebagian besar kasus, gejala hilang dalam 24 jam setelah penghentian obat. Meski demikian, pada kasus di mana obat memiliki metabolit aktif atau waktu paruh yang lebih lama, gejala dapat bertahan lebih lama pula.
Spektrum manifestasi klinis dari sindrom serotonin cukup luas, mulai dari gejala toksisitas yang sangat ringan hingga mengancam jiwa. Oleh karena itu, diagnosis sindrom serotonin sering terabaikan, sehingga klinisi perlu memiliki kecurigaan klinis yang tinggi. Bahkan jika diagnosis tidak jelas, ada baiknya agen serotonergik tetap dihentikan hingga kemungkinan sindrom serotonin dapat disingkirkan.
Pada kasus sindrom serotonin derajat berat, manajemen agresif dan perawatan di ICU diperlukan. Pada kasus derajat sedang, rawat inap tetap diperlukan untuk pemantauan hingga gejala hilang. Pasien biasanya dipantau hingga 6 jam, dan jika tanda vital dan status mental tetap normal tanpa bukti hipereksitabilitas neuromuskular, khususnya klonus atau hiperrefleksia, pasien dapat dipulangkan.[1,2]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini