Epidemiologi Fibrosis Paru Non-Idiopatik
Data epidemiologi mengindikasikan bahwa fibrosis paru non-idiopatik lebih banyak dialami pasien usia lanjut dan jenis kelamin laki-laki.[1-2]
Global
Secara umum, jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami fibrosis paru non-idiopatik dibandingkan jenis kelamin perempuan. Usia 50-60 tahunan juga merupakan usia yang paling banyak menderita fibrosis paru non-idiopatik.
Berdasarkan hasil studi epidemiologi di Amerika Serikat, insidensi fibrosis paru non-idiopatik tercatat sebanyak 31,5 per 100.000 laki-laki dan 26,1 per 100.0000 perempuan. Prevalensinya diperkirakan berkisar antara 25-74 per 100.000 populasi.[1]
Sementara itu, di Jepang dilaporkan prevalensi sebanyak 4,1 kasus per 100.000 penduduk.[2]
Indonesia
Data mengenai epidemiologi fibrosis paru non-idiopatik di Indonesia masih belum tersedia.
Mortalitas
Tingkat mortalitas dalam 5 tahun sejak rawat inap pertama kali pada fibrosis paru mencapai 43%. Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi tingkat mortalitas adalah jenis kelamin laki-laki, usia lebih dari atau sama dengan 50 tahun, serta memiliki komorbiditas. Komorbiditas yang paling sering ditemukan pada fibrosis paru non-idiopatik adalah hipertensi arteri, gastroesophageal reflux disease (GERD), dan aritmia jantung.[9]