Prognosis Fibrosis Paru Non-Idiopatik
Prognosis fibrosis paru non-idiopatik ditentukan oleh etiologi, derajat penyakit, laju progresivitas, hasil uji fungsi paru, terapi medis yang tersedia bagi pasien, respon penyakit terhadap terapi medis yang diberikan, serta komorbiditas. Komplikasi tingkat lanjut dari fibrosis paru non-idiopatik adalah hipertensi pulmonal, cor pulmonal, kanker paru, hingga gagal napas.[1,2]
Komplikasi
Fibrosis paru non-idiopatik dapat berkembang menjadi ireversibel. Kondisi ini juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker paru.
Potensi komplikasi lainnya dari fibrosis paru non-idiopatik adalah pneumonia, pneumotoraks, dan penyakit tromboemboli. Pada tahap lanjut, pasien bisa mengalami hipertensi pulmonal, cor pulmonale, hingga gagal napas akut maupun kronik.[1,2]
Prognosis
Secara umum, fibrosis paru non-idiopatik yang disebabkan faktor lingkungan atau pekerjaan (contoh: asbestosis, silikosis) memiliki prognosis yang relatif lebih baik dibandingkan fibrosis paru idiopatik. Meski demikian, perjalanan penyakit pasien akan dipengaruhi oleh kuantitas akumulasi zat toksik yang berada pada paru pasien.
Prognosis fibrosis paru non-idiopatik non okupasional sangat bervariasi antar individu. Beberapa pasien fibrosis paru non-idiopatik berespon baik terhadap terapi sehingga tidak mengalami progresivitas secara cepat. Secara umum, tingkat mortalitas pada fibrosis paru non-idiopatik akan meningkat secara drastis ketika pasien mengalami eksaserbasi akut atau komplikasi berupa gagal napas[1,2,30,31]