Etiologi Fibrosis Paru Non-Idiopatik
Etiologi fibrosis paru non-idiopatik hampir selalu meliputi adanya paparan terhadap kondisi yang memicu inflamasi kronik berulang atau melalui mekanisme toksik secara langsung dari lingkungan. Hasil studi terbaru juga menyebutkan bahwa terdapat faktor risiko kerentanan genetik pada pasien yang mengalami fibrosis paru non-idiopatik.[1,3]
Paparan Zat Toksik pada Lingkungan dan Pekerjaan
Fibrosis paru non-idiopatik bisa berkaitan dengan paparan radiasi, pekerjaan, dan polusi lingkungan. Ini mencakup pneumokoniosis akibat zat anorganik yang berkaitan dengan pekerjaan seperti:
- Asbestos: tukang keran, pekerja di galangan kapal dan konstruksi
- Beryllium: pekerja luar angkasa dan tambang
- Debu karbon: penambang batubara
- Silika: pekerja pada tambang silika dan pasir
- Kromium: perusahaan metal dan kimia
Fibrosis paru non-idiopatik juga bisa berkaitan dengan pneumonitis akibat zat organik seperti:
- Thermophilic Fungi
- Kotoran Burung
- Spesies bakteri tertentu, contohnya subtilis, B. cereus
Selain itu, fibrosis paru non-idiopatik juga bisa berkaitan dengan paparan gas beracun berupa asap, aerosol, dan uap, serta paparan radiasi yang sering digunakan pada terapi medis.[1-3]
Paparan Toksisitas Obat (Drug-Induced)
Beberapa obat telah terbukti berkaitan dengan terjadinya fibrosis paru non-idiopatik, seperti amiodarone. Obat-obatan anti-neoplasma juga telah dikaitkan dengan fibrosis paru non-idiopatik, seperti bleomycin, busulfan, dan methotrexate. Obat lain mencakup penicillamine, kokain, heroin, beta-blocker, nitrofurantoin, serta statin.[1-3]
Penyakit Jaringan Ikat
Fibrosis paru non-idiopatik bisa terjadi akibat Systemic Lupus Erythematosus (SLE), sklerosis sistemik, rheumatoid arthritis, dan sindrom antisintetase. Penyakit jaringan ikat lain seperti polymyositis dan dermatomyositis juga bisa menyebabkan fibrosis paru non-idiopatik.[1-3]
Penyakit Sistemik
Penyakit sistemik yang berkaitan dengan fibrosis paru non-idiopatik adalah sarkoidosis, pulmonary Langerhans cell histiocytosis, lymphangiomyomatosis, anti-glomerular basement membrane antibody disease, dan alveolar proteinosis. Fibrosis paru non-idiopatik juga bisa berkaitan dengan infeksi seperti HIV dan hepatitis C. Selain itu, fibrosis paru non-idiopatik telah dikaitkan dengan inflammatory bowel disease.[1-3]
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat menentukan derajat penyakit fibrosis paru non-idiopatik antara lain adanya komorbiditas penyakit kardiovaskuler dan usia lanjut.
Komorbiditas Penyakit Kardiovaskuler Yang Tak Dikendalikan
Penderita fibrosis paru non-idiopatik yang juga memiliki komorbiditas penyakit kardiovaskuler mengalami peningkatan mortalitas secara signifikan.[4]
Usia Lanjut
Usia lanjut terbukti menjadi faktor risiko yang dapat menunjang terjadinya progresivitas penyakit fibrosis paru non-idiopatik.[5]
Hasil Pemeriksaan Fungsi Paru
Pemeriksaan fungsi paru yang rendah pada baseline juga menentukan terjadinya progresivitas penyakit fibrosis paru non-idiopatik.[5]
Penyakit Infeksi Paru
Hasil studi terbaru menyimpulkan bahwa penderita yang pernah mengalami tuberkulosis paru dan COVID-19 berpotensi tinggi mengalami fibrosis paru.[6,7]