Patofisiologi Fibrosis Paru Non-Idiopatik
Patofisiologi fibrosis paru non-idiopatik melibatkan cedera paru, inflamasi, dan repair yang terjadi secara repetitif. Sitokin yang dilepaskan oleh makrofag menyebabkan kemotaksis sel neutrofil sehingga memunculkan banyak reactive oxygen species (ROS), protease, dan transforming growth factor-beta (TGF-beta) yang semakin menambah derajat inflamasi yang terjadi.
ROS dan protease menyebabkan destruksi pada jaringan paru, sementara TGF-beta menyebabkan proliferasi fibroblast yang menyebabkan terbentuknya miofibroblast dan sekresi protein fibrosa serta matriks ekstraseluler. Mekanisme ini menyebabkan terjadinya penebalan dan fibrosis pada jaringan parenkim paru.
Proses ini terjadi secara irreversibel dan mengganggu pertukaran gas di alveoli paru. Secara histopatologi, proses fibrosis ditandai dengan adanya gambaran dan distribusi fibrosis pada sampel biopsi jaringan paru pasien.[1,2]
Penyakit Yang Berhubungan dengan Fibrosis Paru Non-Idiopatik
Fibrosis paru non-idiopatik bisa berkaitan dengan paparan radiasi, pekerjaan, polusi lingkungan, dan obat seperti amiodarone. Fibrosis paru non-idiopatik juga bisa berkaitan dengan penyakit sistemik seperti penyakit kolagen-vaskular, sarkoidosis, dan pneumonia hipersensitivitas.
Beberapa bentuk langka dari fibrosis paru non-idiopatik berkaitan dengan pulmonary Langerhans cell histiocytosis (PLCH), sklerosis tuberosa, lymphangioleiomyomatosis (LAM), dan sindrom Hermansky-Pudlak.[1,2]