Penatalaksanaan Pleuritis
Tujuan utama penatalaksanaan pleuritis adalah untuk mengontrol nyeri dada pleuritik dan untuk mengatasi penyebab yang mendasarinya. Pengobatan efusi pleura tuberkulosis juga mencakup obat antituberkulosis, dengan pendekatan yang sama dengan terapi tuberkulosis.
Medikamentosa
Pemberian medikamentosa pada pleuritis umumnya bertujuan untuk meredakan nyeri dan mengobati etiologi penyebab pleuritis.
Manajemen Nyeri Dada Pleuritik
Pengobatan awal nyeri dada pleuritik umumnya menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Golongan ini lebih diutamakan daripada golongan opioid karena tidak memiliki efek yang menekan pusat regulasi pernapasan. Pilihan obatnya adalah indomethacin 50–100 mg tiga kali sehari atau ibuprofen 200–400 mg tiga kali sehari.
Pada kondisi nyeri yang sangat hebat, dapat dipikirkan pemberian analgesik golongan opioid dengan kehati-hatian.
Pada pasien yang menderita gangguan lambung, dapat dipertimbangkan pemberian OAINS selektif cox 2-inhibitor, seperti celecoxib 200 mg dosis tunggal atau terbagi, natrium diklofenak 75 mg dua kali sehari, atau meloxicam 7,5 mg dua kali sehari.[7,9,13]
Penatalaksanaan Sesuai Etiologi
Setelah penyebab pleuritis ditegakkan, penatalaksanaan yang spesifik terhadap etiologi mendasarinya harus dimulai.
Infeksi Pleura atau Pneumonia
Pleuritis yang disebabkan mikroorganisme patogen penyebab infeksi dapat diberikan antibiotik, antiviral, atau antifungal yang mendukung. Nyeri dada pleuritik juga sering dikeluhkan oleh pasien yang didiagnosis pneumonia. Nyeri yang berkaitan dengan infeksi diduga disebabkan oleh inflamasi pleura dan keterlibatan parenkim paru. Penatalaksanaan pada kondisi ini harus menargetkan organisme penyebab dengan terapi antimikroba yang sesuai.
Pleuritis Tuberkulosis (TB)
Manajemen efusi pleura tuberkulosis juga mencakup pemberian obat antituberkulosis (OAT). Drainase cairan pleura umumnya diperlukan pada pasien dengan gejala berat. Mengingat tuberkulosis masih endemis di Indonesia, bila manifestasi klinis tidak mengarah ke diagnosis alternatif lain, pleuritis tuberkulosis harus dicurigai pada pasien dengan efusi pleura. Pada kasus ini, obat antituberkulosis (OAT) harus diberikan diagnosis dipastikan dengan dilakukannya pemeriksaan penunjang.
Pasien yang mengalami pleuritis TB perlu menjalani evaluasi ulang terkait status HIV/AIDS dan status pengobatan TB yang pernah dilalui karena terdapat kemungkinan terjadinya multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB). Tujuan penatalaksanaan pleuritis TB adalah untuk mencegah fibrotoraks. Terapi untuk pasien yang mengalami koinfeksi tuberkulosis dan HIV/AIDS akan didiskusikan secara terpisah.[1,3,7]
Pleuritis akibat Autoimun
Pada pleuritis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, obat golongan disease modifying anti rheumatic drugs (DMARDS) dapat bermanfaat bila sesuai indikasi.[1,7,9,14]
Keganasan
Manajemen nyeri pada pasien dengan keganasan pleura bertujuan untuk mengurangi nyeri, mengurangi dispnea, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Radioterapi mungkin diperlukan apabila terapi farmakologis tidak dapat mengatasi nyeri.[1,7,9,14]
Efusi Pleura Masif
Pada pleuritis yang disertai efusi pleura masif, yang umumnya disebabkan oleh keganasan atau trauma mekanik, terapi pembedahan perlu dilakukan untuk memperbaiki klinis pasien.[1,7,9,14]
Emboli Paru
Emboli paru perlu melibatkan beberapa modalitas terapi, termasuk antikoagulan, fibrinolitik sistemik, dan catheter-directed fibrinolytic.[1,7,9,14]
Pembedahan
Pada pleuritis, prosedur pembedahan dapat berperan sebagai diagnostik atau terapeutik. Thoracocentesis dilakukan bila pleuritis yang terjadi melibatkan efusi pleura dalam jumlah masif. Cairan yang dievakuasi dapat sekaligus diperiksa untuk memberikan gambaran penyebab yang mendasari terjadinya pleuritis.
Pada kecurigaan pleuritis akibat keganasan, dapat dilakukan thoracoscopy atau pleuroscopy untuk melihat langsung kondisi pleura atau mengambil sebagian sampel jaringan untuk diperiksa.[1,11]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja