Etiologi Ventilator-Associated Pneumonia
Organisme etiologi ventilator-associated pneumonia (VAP) bervariasi tergantung pada durasi ventilasi mekanis, lama tinggal di rumah sakit dan ICU sebelum awitan VAP, serta paparan antibiotik. Secara umum, bakteri Gram negatif yang sering dikaitkan dengan VAP adalah Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, dan Acinetobacter. Di sisi lain, Staphylococcus aureus merupakan organisme Gram positif yang sering terlibat dalam VAP.
VAP awitan dini, yang terjadi dalam 4 hari pertama perawatan di rumah sakit pada pasien yang sebelumnya sehat dan belum menerima antibiotik, cenderung melibatkan flora normal orofaringeal. Namun, VAP awitan lambat, yang terjadi setelah minimal 5 hari perawatan di rumah sakit, dan VAP pada pasien dengan risiko terkena patogen resisten terhadap antibiotik, lebih mungkin disebabkan oleh patogen-patogen yang resisten.[3]
Mikroorganisme Penyebab Ventilator-Associated Pneumonia
VAP paling banyak dikaitkan dengan infeksi bakteri. VAP umumnya disebabkan oleh satu jenis bakteri, meskipun dewasa ini infeksi polimikroba semakin meningkat kejadiannya. Bakteri Gram negatif yang sering terlibat dalam VAP adalah Pseudomonas aeruginosa (25,2%), Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, dan Acinetobacter sp. Sementara itu, bakteri Gram positif yang kerap dilaporkan menyebabkan VAP adalah Staphylococcus aureus (28,4%).
Jamur jarang menyebabkan VAP. Aspergillus spp. dapat terlibat dalam VAP awitan lambat, terutama pada pasien dengan riwayat infeksi influenza. Virus seperti herpes simplex virus (HSV) dan cytomegalovirus (CMV) juga telah dilaporkan menyebabkan pneumonia pada pasien dengan ventilasi mekanik, baik pasien immunocompromised maupun non-immunocompromised.[2,3]
Faktor Risiko
Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap terjadinya ventilator-associated pneumonia (VAP) adalah penggunaan ventilasi mekanis. Durasi ventilasi mekanis juga berpengaruh, yakni semakin lama pasien terhubung dengan ventilator semakin tinggi risiko terjadinya VAP.
Selain itu, kondisi pasien yang melemahkan imunitas, seperti penyakit kronis, trauma, atau keadaan immunocompromise, juga meningkatkan risiko VAP. Penggunaan antibiotik secara empiris atau profilaksis juga dapat memengaruhi flora bakteri di saluran pernapasan, meningkatkan risiko pertumbuhan bakteri resisten terhadap antibiotik.
Selain faktor pasien, faktor lingkungan di ICU juga dapat berkontribusi, termasuk kebersihan tangan, kepatuhan pada protokol ventilasi yang tepat, dan penggunaan perangkat medis yang steril. Faktor lain yang berpengaruh mencakup keperluan intubasi ulang, riwayat trakeostomi, bronkoskopi, dan pemasangan nasogastric tube. Adanya luka bakar dan pemberian profilaksis stress ulcer juga dikaitkan dengan peningkatan risiko VAP.[1-3,5]