Penatalaksanaan Ventilator-Associated Pneumonia
Penatalaksanaan awal ventilator-associated pneumonia (VAP) adalah pemberian antibiotik empiris. Apabila patogen penyebab telah diidentifikasi, maka antibiotik dipilih berdasarkan jenis patogen penyebab dan hasil tes kepekaan.[1,3,4,8]
Pemberian Antibiotik Empiris untuk Ventilator-Associated Pneumonia
Patogen penyebab VAP biasanya tidak diketahui pasti hingga dilakukan pemeriksaan, sehingga pemberian antibiotik empiris merupakan pendekatan tata laksana yang praktis.[4]
Pilihan Antibiotik Empiris untuk Ventilator-Associated Pneumonia
Terapi empiris yang dipilih untuk VAP harus dapat mengatasi Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan bakteri batang Gram negatif lain. Terapi tersebut juga harus mampu mengatasi MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus) jika pasien berada di unit di mana >10-20% isolat S. aureus merupakan MRSA atau unit di mana prevalensi MRSA tidak diketahui.[4,11]
Pilihan antibiotik untuk VAP juga bergantung pada beberapa faktor, termasuk keparahan penyakit saat ini, jenis dan keparahan penyakit penyerta, faktor risiko untuk patogen multiresisten (MDR), dan pola kerentanan antimikroba lokal. Faktor risiko untuk patogen MDR mencakup:
- Prevalensi lokal resistensi patogen yang tinggi (> 25%)
- Riwayat terapi antibiotik dalam 90 hari sebelumnya
- Lama tinggal di rumah sakit > 5 hari
Syok septik pada onset VAP
ARDS (acute respiratory distress syndrome) sebelum onset VAP
- Terapi penggantian ginjal akut sebelum onset VAP
- Kolonisasi sebelumnya dengan patogen MDR.
Pada pasien non-immunocompromised dengan VAP awitan dini dan tanpa faktor risiko untuk patogen MDR, monoterapi dengan antibiotik spektrum sempit, seperti sefalosporin generasi ketiga non-pseudomonal, dapat digunakan.
Namun, pada situasi lain, terapi empiris awal harus mencakup agen β-laktam spektrum luas yang menargetkan Pseudomonas aeruginosa atau Enterobacteriaceae extended-spectrum β-lactamases (ESBL), seperti ceftazidime, cefepime, piperacillin-tazobactam, atau carbapenem; ditambah dengan agen antipseudomonal non-β-laktam, seperti aminoglikosida (amikacin atau tobramycin) atau fluorokuinolon (ciprofloxacin atau levofloxacin).
Pemilihan agen β-laktam harus mempertimbangkan antibiotik yang telah digunakan sebelumnya, pola kerentanan lokal, dan kolonisasi pasien dengan patogen MDR. Misalnya, carbapenem harus dipilih pada pasien yang terkolonisasi dengan Enterobacteriaceae yang menghasilkan ESBL. Untuk pasien yang terkolonisasi MRSA, atau unit dengan prevalensi MRSA yang tinggi, terapi dengan agen aktif terhadap MRSA seperti vancomycin dan linezolid harus dipertimbangkan.[3,4,11]
Tabel 1. Dosis Obat Antibiotik Empiris untuk Ventilator-Associated Pneumonia
Situasi Klinis | Kelas Obat | Dosis |
VAP awitan dini, tanpa faktor risiko MDR | Non-antipseudomonal β-laktam | Amoxicillin/asam klavulanat 3-6 g/hari , atau |
Sefalosporin generasi ketiga, seperti cefotaxime 3-6 g/hari | ||
VAP awitan lambat, atau terdapat faktor risiko MDR | β-laktam yang mencakup Pseudomonas aeruginosa | Cefepime 2 g setiap 8 jam, atau |
Ceftazidime 2 g setiap 8 jam, atau | ||
Piperacillin–tazobactam 4 g setiap 6 jam, atau | ||
Meropenem 2 g setiap 8 jam | ||
ditambah | ||
Non-antipseudomonal β-laktam | Amikacin 25 mg/kg/hari, atau | |
Ciprofloxacin 1200 mg/hari | ||
Diketahui atau dicurigai MRSA | Agen yang aktif terhadap MRSA | Vancomycin 30–45 mg/kg/hari, atau |
Linezolid 600 mg/12 jam | ||
Kolonisasi yang diketahui dengan Enterobacteriaceae atau Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap karbapenem dan hanya rentan terhadap agen beta-laktam baru | Agen β-laktam baru | Ceftolozane–tazobactam 3 g setiap 8 jam, atau |
Ceftazidime–avibactam 2,5 g setiap 8 jam, atau | ||
Meropenem–vaborbactam 4 g setiap 8 jam, atau | ||
Imipenem–relebactam 1,5 g setiap 6 jam |
Sumber: dr. Bedry Qintha, Alomedika, 2024.[3,4]
Durasi Terapi Antibiotik Empiris
Pengobatan antimikroba untuk VAP tidak boleh melebihi 7 hari pada sebagian besar pasien. Durasi terapi yang lebih lama bisa dipertimbangkan pada pasien immunocompromised, atau pasien dengan empiema, abses paru, atau pneumonia nekrotikans.[3]
Pemberian Antibiotik Spesifik Patogen untuk Ventilator-Associated Pneumonia
Jika hasil identifikasi patogen penyebab telah tersedia, maka antibiotik diberikan sesuai dengan hasil pemeriksaan tersebut. Antibiotik harus dihentikan jika tidak ada patogen yang ditemukan dalam kultur karena banyak episode yang dicurigai sebagai VAP pada kenyataannya bukanlah VAP.
Pasien dengan VAP yang terbukti bakteriologis harus mendapat antibiotik yang disesuaikan dengan hasil kultur dan uji kepekaan. Langkah pada tahap ini mencakup menghentikan pemberian antibiotik anti-MRSA jika tidak ada MRSA yang ditemukan; serta membatasi penggunaan carbapenem hanya pada patogen yang sensitif terhadap carbapenem seperti infeksi Enterobacteriaceae yang menghasilkan ESBL dan Pseudomonas aeruginosa atau Acinetobacter spp.
Pada pasien dengan VAP Enterobacteriaceae yang menghasilkan ESBL yang sensitif terhadap piperacillin-tazobactam, penggunaan obat ini bisa dijadikan alternatif untuk carbapenem. Selain itu, penggunaan agen β-laktam baru (seperti ceftolozane-tazobactam dan ceftazidime-avibactam) sebagai agen pengganti carbapenem sebaiknya dihindari karena dampaknya terhadap kemunculan resistensi antimikroba dibandingkan dengan carbapenem belum diketahui. Agen β-laktam baru harus dijadikan cadangan terakhir.[3]