Penatalaksanaan Fenomena Raynaud
Penatalaksanaan fenomena Raynaud adalah mengurangi frekuensi dan keparahan episode fenomena dan mencegah terjadinya iskemia jaringan. Hal ini dapat dilakukan dengan tata laksana konservatif. Evaluasi dari penatalaksanaan fenomena Raynaud bergantung pada laporan dari pasien dengan menggunakan Raynaud’s Condition Score (RCS).
Penatalaksanaan Konservatif
Penatalaksanaan konservatif meliputi perubahan gaya hidup, menghindari pencetus, dan berhenti merokok. Penatalaksanaan konservatif pada umumnya sudah dapat memperbaiki gejala pada pasien dengan fenomena Raynaud primer.
Pasien perlu menjaga kehangatan pada tangan dan kaki, dapat dengan membiasakan penggunaan sarung tangan maupun penghangat. Menghindari perubahan dramatis dari temperatur lingkungan dapat mengurangi frekuensi dan derajat keparahan dari serangan. Menghindari paparan getaran dapat bermanfaat terutama pada pasien FRS akibat vibrasi.[2,6]
Terdapat beberapa manuver yang dapat digunakan untuk merangsang vasodilatasi seperti manuver windmill. Manuver windmill yaitu dengan memutar lengan ke arah belakang agak rendah kemudian dihentakkan ke depan dengan posisi lebih tinggi. Gerakan ini menyerupai gerakan pada pitcher softball. Manuver windmill bertujuan untuk menimbulkan gaya sentrifugal yang akan mengalirkan darah ke distal digiti.
Bila tidak dapat melakukan manuver windmill, terdapat manuver Frisbee yaitu dengan memfleksikan kedua lengan bawah 90 derajat dan rotasi internal ke arah dada. Kemudian lakukan rotasi lengan bawah ke arah lateral sambil mempertahankan ekstensi dari digiti secara tiba-tiba. Gerakan ini kemudian diulang berulang kali dengan cepat.Selain kedua manuver di atas, meletakkan tangan di lipatan tubuh seperti aksila juga dapat merangsang vasodilatasi.[2,5-6]
Pada fenomena Raynaud primer, tatalaksana konservatif pada umumnya sudah mampu mengatasi gejala dan tidak memerlukan terapi medikamentosa. Namun, bila tidak didapatkan respons yang baik, dapat dipilih terapi lainnya.[11]
Medikamentosa
Terapi obat-obatan diperlukan terutama pada pasien dengan gejala yang mengganggu kualitas hidup dan tidak respons terhadap terapi konservatif. Terapi medikamentosa dibagi berdasarkan efek vasodilator dan inhibisi vasokonstriksi.
Vasodilator
Medikamentosa yang mempunyai efek vasodilator dan dapat digunakan sebagai terapi pada fenomena Raynaud adalah obat golongan calcium channel blocker (CCB), nitrat topikal, analog prostaglandin, inhibitor phosphodiesterase-5 (PDE-5), dan antioksidan.
Calcium Channel Blocker:
CCB non-kardioselektif dihydropyridine merupakan obat lini pertama yang direkomendasikan pada pasien dengan fenomena Raynaud. Salah satu contoh obat yang sering digunakan adalah nifedipin. Efek nifedipin menyebabkan relaksasi dari otot polos vaskular dan menyebabkan vasodilatasi. Nifedipin slow release lebih dipilih untuk mengurangi efek samping akibat vasodilator dan durasi kerja yang pendek.[2,5-6]
Pemberian dosis dimulai dengan dosis rendah, hingga mencapai dosis rekomendasi 10-20 mg dalam 2-3 kali per hari. Bila menggunakan extended released dengan dosis 30-120 mg yang dikonsumsi sekali sehari. Terapi ini bersifat jangka panjang dan tetap dipertahankan kecuali efek samping akibat vasodilator tidak dapat ditoleransi. Beberapa efek samping yang dimaksud antara lain hipotensi, flushing, nyeri kepala, dan takikardi. Beberapa CCB alternatif yang dapat digunakan selain nifedipin antara lain amlodipin, lercanidipin, diltiazem, dengan durasi kerja yang lebih panjang.[2,5-6]
Nitrat Topikal:
Pemberian glyceryl trinitrate topikal pada dorsum digiti 5 menit setelah onset serangan dapat memberikan efek vasodilatasi. Topikal nitrogliserin (1-2%) diaplikasikan pada daerah diantara kedua jari. Pemberian nitrat topikal dapat dipertimbangkan terkait efek samping sistemiknya yang lebih rendah dibandingkan pemberian secara per oral. [2,6,11]
Analog Prostaglandin:
Prostaglandin memiliki efek vasodilator yang poten, efek antiproliferatif, dan dapat menghambat agregasi platelet. EULAR (European League Against Rheumatism) merekomendasikan penggunaan analog prostaglandin sebagai alternatif bila didapatkan kegagalan dari nifedipin.[2,6]
Analog prostaglandin yang saat ini menjadi rekomendasi dan telah banyak diteliti adalah analog dari PGI2, iloprost, yang diberikan secara intravena. Penggunaan prostaglandin per oral didapatkan kurang efektif. Karena diberikan secara intravena, monitoring ketat terhadap efek samping vasodilator seperti hipotensi perlu diperhatikan. Prostaglandin menunjukkan efek yang baik dalam mengurangi gejala dan memperbaiki penyembuhan ulkus.[2,6]
Inhibitor Phosphodiesterase-5:
Penggunaan inhibitor PDE-5 meningkatkan cGMP yang menyebabkan relaksasi dari otot polos vaskular dan meningkatkan aliran darah. Penggunaan sildenafil per oral didapatkan penurunan frekuensi dan derajat keparahan dari serangan. Obat ini dapat menjadi terapi pilihan bila CCB gagal atau dikombinasikan bila didapatkan respons parsial dengan terapi tunggal CCB.[2,6,9]
Tabel 2. Dosis Inhibitor Phosphodiesterase-5 (PDE-5) untuk Fenomena Raynaud
Tadalafil
Nama obat | Dosis dan cara pemberian |
Sildenafil | 25 mg 3dd 50 mg 2dd |
20 mg 1-3dd | |
Vardenafil | 10 mg 2dd |
Sumber: dr. Vania, 2020[5]
Antioksidan:
N-acetylcystein dapat bekerja sebagai vasodilator dengan melakukan modulasi pada vasodilator adrenomedullin.[2]
Inhibitor vasokonstriksi
Selain vasodilator, obat-obat yang dapat menghambat vasokonstriksi juga dapat menjadi terapi bagi pasien fenomena Raynaud.
Antagonis Reseptor Angiotensin:
Sebuah studi menyatakan bahwa penggunaan losartan dapat mengurangi frekuensi dan derajat keparahan lebih baik dibandingkan nifedipin. Dosis yang digunakan yakni 50 mg per hari.[2,5-6]
Antagonis Reseptor Endothelin (Bosentan):
Endothelin merupakan vasokonstriktor yang poten. Pemberian bosentan dapat menghambat kerja dari endothelin. Obat ini digunakan pada pasien dengan ulkus digit berulang, terutama pada pasien dengan penyakit sklerosis sistemik. EULAR merekomendasikan penggunaan obat ini untuk kasus yang mengalami refrakter terhadap terapi CCB dan analog prostaglandin.[2,6,9]
Inhibitor Serotonin Reuptake (SSRI):
Serotonin merupakan vasokonstriktor. Fluoxetin memberikan efek yang baik dalam beberapa studi dengan mengurangi derajat keparahan dan frekuensi serangan. Fluoxetin dapat menjadi pertimbangan pada pasien yang tidak toleran terhadap efek samping hipotensi dari obat lainnya. Dosis yang digunakan yakni 20 mg sekali sehari.[2,4-6]
Botulinum Toxin A:
Botulinum toxin A menghambat prosess vasokonstriksi sehingga dapat memperbaiki gejala, mengurangi frekuensi serangan, dan memperbaiki penyembuhan dari ulkus digital.[2]
Statin
Pada beberapa studi, statin menunjukkan efek pada fungsi endotel. Pemberian atorvastatin mengurangi kejadian ulkus digital dibandingkan placebo.[2]
Aspirin
Aspirin merupakan salah satu obat yang umumnya diresepkan selama tidak ada kontraindikasi. Belum ada studi yang dapat membuktikan efek pemberian aspirin pada pasien dengan fenomena Raynaud. Dosis yang digunakan adalah 81 mg per hari terutama pada pasien dengan FRS dan riwayat ulkus iskemik.[2,9]
Pembedahan
Sebagian kecil pasien dengan gejala berat kadang memerlukan terapi bedah. Beberapa intervensi bedah yang diperlukan antara lain rekonstruksi arterial, simpatektomi perifer, embolektomi, dan debridement. Debridement dan amputasi mungkin diperlukan pada fenomena Raynaud sekunder terutama pada nekrosis digitalis. Debridement pada ulkus kronis dan iskemia digitalis yang kritis dapat memperbaiki prognosis dan mengurangi risiko amputasi.
Terapi pembedahan jarang diperlukan pada kasus FRP. Localized digital sympathectomy merupakan salah satu terapi yang dapat memperbaiki ulkus digitalis dan mengurangi kejadian ulkus. Namun, terapi ini merupakan terapi yang sangat spesialistik.[2,6]
Rujukan
Sebagian besar pasien yang ditemukan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama adalah FRP. Beberapa kriteria yang dapat menjadi dasar untuk merujuk pasien dengan fenomena Raynaud:
- Diagnosis tidak dapat ditegakkan
- Ditemukan adanya gejala, tanda-tanda, maupun hasil laboratorium yang meningkatkan kecurigaan fenomena Raynaud sekunder
- Penyebab dicurigai terkait dengan pekerjaan
- Gejala berat dan tidak responsif terhadap terapi standar
- Didapatkan adanya ulkus
- Usia pasien terlalu muda (kurang dari 12 tahun)[2,6]
Evaluasi
Tujuan terapi dari fenomena Raynaud adalah perbaikan dari gejala dan kualitas hidup. Raynaud’s Condition Score (RCS) merupakan pengukuran yang sudah divalidasi oleh beberapa studi. RCS bersifat self-reported, di mana pasien melakukan evaluasi setiap hari pada RCS seperti menulis buku harian sehingga sering disebut sebagai RCS diary.
RCS terdiri dari jumlah, durasi, derajat keparahan, dan pengaruh dari serangan terhadap kualitas hidup. Penilaian dari RCS dapat menggunakan skor setara VAS (visual analog scale) yaitu 0-100 atau dengan skala Likert yaitu 0-10. Pasien akan mengerjakan setiap hari dan dievaluasi setiap 1 hingga 2 minggu.[8,18-19]
Minimally important difference (MID) dan Patient Acceptable Symptom State (PASS) dapat menjadi dasar dalam evaluasi RCS. MID merupakan perbaikan terkecil dari RCS yang dianggap bermanfaat oleh pasien dan dapat menjadi dasar dalam perubahan terapi pasien.
PASS merupakan nilai absolut di mana pasien merasa dirinya baik. PASS melengkapi MID sebagai dasar kualitas hidup yang baik. Sebuah literatur menyatakan MID sebesar 14-15 poin pada RCS menunjukkan adanya perbaikan dan PASS <34 adalah skor yang dianggap memuaskan.[18]