Diagnosis Juvenile Idiopathic Arthritis
Diagnosis Juvenile Idiopathic Arthritis (JIA) merupakan diagnosis eksklusi. Melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, dapat disingkirkan diagnosis banding dari JIA. Untuk menegakkan diagnosis dari JIA, The International League of Associations for Rheumatology (ILAR) telah mengeluarkan klasifikasi dan kriteria diagnosis dari setiap subtipe JIA.[18,19]
Anamnesis
Melalui anamnesis, gejala JIA terjadi pada anak dengan usia di bawah 16 tahun. Gejala terjadi lebih dari 6 minggu. Manifestasi dari JIA adalah gejala artritis, gejala sistemik, atau pun gejala lainnya yang berhubungan. Kemungkinan terjadinya gejala sistemik dan gejala lain bergantung pada subtipe.[5]
Gejala Arthritis
Gejala artritis merupakan gejala utama yang terjadi pada JIA. Anak biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi dengan predileksi ekstremitas bawah. Meskipun dapat menyerang sendi mana pun, kejadian JIA lebih sering terjadi pada sendi besar. Nyeri sendi yang biasa dialami menyebabkan anak enggan menggerakkan ekstremitas. Selain itu, dapat ditemukan adanya rasa panas dan bengkak pada sendi terkait.[1,6]
Gejala Sistemik
Gejala sistemik JIA berupa demam tinggi mencapai 39°C atau lebih dengan pola intermiten. Seringkali penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) tidak memberikan efek yang bermakna terhadap penurunan demam. Manifestasi lain yang dapat terjadi adalah bercak kemerahan pada kulit terutama daerah torakoabdominal. Gambaran bercak adalah makula yang tersebar dan berbatas tegas. Pada macula dapat ditemui adanya central healing.[4,20,21]
Gejala Oftalmologi dan Kelenjar Limfe
Keterlibatan organ-organ lain pada kasus JIA akan menyebabkan keluhan yang dialami pasien. Pada pasien dengan komplikasi uveitis anterior, keluhan berupa kemerahan, nyeri mata dan kepala, fotofobia, dan penurunan kemampuan melihat.
Keterlibatan kelenjar limfe intraabdomen dapat menimbulkan gejala perut kembung dan nyeri. Pada pasien dengan komplikasi jantung, keluhan yang dapat terjadi adalah dada terasa nyeri dan sesak.[19,22–24]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kasus JIA dilakukan untuk melihat keterlibatan sendi dan gejala sistemik yang menyertai. Jumlah sendi dan keterlibatan organ lain yang terkena pada kasus JIA digunakan dalam menentukan subtipe JIA.
Pemeriksaan Anggota Gerak
Pemeriksaan anggota gerak dilakukan untuk menentukan lokasi dan jumlah sendi yang terkena. Pada kondisi artritis, pemeriksaan fisik yang bermakna berupa keterbatasan gerakan pada sendi akibat rasa nyeri. Melalui observasi dapat ditemukan kemerahan dan bengkak pada sendi yang terkena. Saat diraba, sendi terasa hangat akibat adanya peradangan. [1,5]
Pemeriksaan Kulit
Pada beberapa subtipe seperti psoriatik dan sistemik, dapat ditemukan adanya bercak kemerahan/rash pada tubuh pasien, terutama pada daerah trunkus. Bercak dapat berupa makula berwarna merah yang tersebar. Pada subtipe psoriatik, kelainan kulit akan memiliki gambaran seperti psoriasis, yaitu kulit seperti bersisik. Kondisi kulit psoriatik biasanya dapat dipengaruhi oleh faktor stress.[4,20]
Pemeriksaan Jantung
Keterlibatan jantung pada JIA mungkin terjadi. Pasien dengan JIA sistemik dapat mengalami perikarditis dan efusi perikardial. Pada pemeriksaan auskultasi jantung, mungkin ditemukan adanya penurunan suara jantung, takikardia, dan friksi perikardial. Pemeriksaan batas jantung dilakukan untuk menentukan adanya kardiomegali pada pasien.[3,23,24]
Pemeriksaan Kelenjar Limfe
Kelenjar limfe dan limpa dapat mengalami pembesaran sebagai respons dari peradangan. Lokasi yang sering ditemukan terdapat kelainan pada JIA adalah servikal, aksila, dan inguinal. Pembesaran kelenjar limfe pada mesenterium dapat menyebabkan pembesaran limpa atau hepar, nyeri tekan, dan distensi abdomen.[4,20]
Pemeriksaan Mata
Salah satu komplikasi yang sering ditemui pada JIA adalah uveitis anterior. Pemeriksaan mata digunakan untuk menentukan kejadian uveitis anterior. Pada pemeriksaan mata, bisa didapatkan injeksi silier, sinekia posterior, band keratopathy, dan temuan sel radang serta presipitat keratik yang menegakkan adanya uveitis anterior. Penurunan visus akan terjadi pada pasien dengan uveitis anterior.[5,22]
Klasifikasi Sesuai dengan The International League of Associations for Rheumatology
Pembagian klasifikasi JIA menurut The International League of Associations for Rheumatology dilakukan berdasarkan jumlah sendi, kelainan autoimun, dan keterlibatan gangguan sistemik yang terjadi.[4,18]
Tabel1. Klasifikasi Sesuai The International League of Associations for Rheumatology
Definisi | Eksklusi | |
Artritis Sistemik | Artritis pada 1 atau lebih sendi dan demam 2 minggu disertai 1 atau lebih:
| a, b, c, d |
Oligoartritis (persisten atau extended) | Artritis pada 1-4 sendi pada 6 bulan pertama ● Persisten: artritis pada 1-4 sendi selama perjalanan penyakit ● Extended: artritis pada >4 sendi setelah 6 bulan pertama | a, b, c, d, e |
Poliartritis RF negatif | Artritis > 4 sendi pada 6 bulan pertama, RF - | a, b, c, d, e |
Poliartritis RF positif | Artritis lebih dari 4 sendi pada 6 bulan pertama, RF + | a, b, c, e |
Artritis psoriatik | Artritis dan psoriasis atau arthritis dan paling tidak 2 dari:
| b, c, d, e |
Artritis yang berhubungan dengan enthesitis | Artritis dan/atau enthesitis dengan setidaknya 2 dari:
| a, d, e |
Artritis lain | Anak dengan JIA yang tidak memenuhi kriteria kategori atau memenuhi lebih dari 1 kategori |
Sumber: dr. Ferdinand, 2022.[4,18]
Eksklusi:
Psoriasis atau riwayat psoriasis di pasien atau keluarga derajat satu
- Artritis pada pria HLA B27 positif setelah usia 6 tahun
Ankylosing spondylitis, artritis berhubungan dengan enthesitis, sakroiliitis dengan inflammatory bowel syndrome (IBD), sindrom Reiter, uveitis anterior akut, atau riwayat pada keluarga derajat satu
- Keberadaan IgM Rheumatoid Factor (RF) pada 2 pemeriksaan dengan jarak minimal 3 bulan
- Keberadaan JIA sistemik
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari JIA adalah penyakit-penyakit lain yang melibatkan terjadinya gangguan muskuloskeletal. Beberapa penyakit lain yang dapat menjadi diagnosis banding antara lain adalah artritis infeksi, gangguan muskuloskeletal baik yang didapatkan secara kongenital atau tidak, dan gangguan sendi lain. Diagnosis banding dari JIA dapat dikelompokkan berdasarkan subtipe dari JIA.[1,5]
Pada kondisi oligoartritis, diagnosa trauma dan artritis septik dapat disingkirkan dengan mengetahui riwayat infeksi atau trauma sebelumnya. Systemic Lupus Erythematosus (SLE), Lyme disease, dan sarkoidosis dapat menjadi diagnosa banding dari JIA poliartritis. Untuk membedakannya diperlukan pemeriksaan yang lebih mendetail melalui pemeriksaan laboratorium, terutama dengan pemeriksaan serologi.
JIA sistemik mungkin lebih sulit untuk dibedakan dengan penyakit sistemik lainnya seperti leukemia, inflammatory bowel disease, dan vaskulitis. Diperlukan pemantauan gejala secara berkala untuk melihat pola demam dan kondisi sendi pada anak.[1,4,20]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang Juvenile Idiopathic Arthritis (JIA) dilakukan untuk menentukan keparahan sendi dan menyingkirkan diagnosis banding.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium biasanya tidak memberikan hasil yang bermakna dalam menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan peningkatan tanda-tanda peradangan, seperti LED dan CRP, terutama pada kasus sistemik. Pemeriksaan Rheumatoid Factor (RF) dan/atau anti-CCP digunakan untuk menentukan subtipe pada JIA poliartikular.[1,5]
Temuan lain yang dapat ditemukan pada pemeriksaan laboratorium adalah trombositosis, leukositosis, dan peningkatan komplemen. Pemeriksaan autoantibodi seperti RF, anti-cyclic citrullinated peptides (anti-CCP), dan antinuclear antibody (ANA) dilakukan untuk menentukan risiko progresivitas penyakit dan komplikasi yang mungkin terjadi. Pemeriksaan laboratorium lain mungkin dibutuhkan sesuai dengan diagnosis banding dari JIA.[1,5]
CT Scan dan MRI
Pemeriksaan radiologi digunakan untuk melakukan eksklusi penyakit lain yang dapat menyebabkan permasalahan serupa. Selain itu, pemeriksaan radiologi digunakan untuk mengevaluasi kondisi sendi. Pemeriksaan CT-scan dan MRI menjadi modalitas yang baik dalam mengevaluasi kondisi sendi. Pemeriksaan MRI lebih superior karena kelebihannya dalam menilai jaringan lunak. Pemeriksaan MRI dapat menemukan hipertrofi jaringan sinovial, pembengkakan jaringan lunak sendi, dan lesi erosi pada tahap lebih awal.[25–27]
Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) dapat menjadi pilihan dalam diagnosa dan evaluasi JIA karena kelebihannya dalam kecepatan pemeriksaan dan biaya yang lebih rendah. Temuan pada pemeriksaan USG adalah penebalan jaringan sinovial yang terlihat sebagai jaringan hipoekoik yang berhubungan dengan garis sendi atau tendon. Kondisi peradangan sendi seperti efusi sendi dan tenosynovitis juga dapat diperiksa melalui USG. Peningkatan vaskularisasi merupakan salah satu tanda dari peradangan dan dapat diperiksakan melalui USG Doppler.[25,27,28]