Penatalaksanaan Juvenile Idiopathic Arthritis
Penatalaksanaan kasus Juvenile Idiopathic Arthritis (JIA) dilakukan dengan tujuan menekan peradangan dan mengembalikan fungsi sendi. Diperlukan terapi farmakologis dan non-farmakologis dalam penanganan kasus JIA.[3,6]
Farmakologi
Juvenile Idiopathic Arthritis merupakan kondisi peradangan yang terjadi di dalam tubuh. Secara farmakologis, terapi yang diberikan adalah antiinflamasi untuk mengontrol peradangan. Antiinflamasi yang biasanya diberikan adalah golongan steroid, Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS), atau Disease-Modifying Antirheumatoid Drugs (DMARD).[2,29]
Obat Antiinflamasi Nonsteroid
Pemberian OAINS merupakan terapi simtomatik dengan tujuan mengurangi rasa nyeri yang mungkin diderita oleh anak. OAINS yang biasanya digunakan pada anak dengan JIA adalah naproxen, indomethacin, dan ibuprofen.[3,6]
Steroid
Steroid diberikan dapat melalui injeksi intraartikular atau diberikan secara sistemik pada pasien dengan JIA sistemik. Pemberian steroid intraartikular dilakukan pada kasus JIA oligoartikular dengan keterlibatan sendi di bawah 4 sendi. Pada kondisi poliartikular, terapi intraartikular belum direkomendasikan, tetapi dapat diberikan pada sendi yang mengalami keluhan.[3,14,21,30]
Penggunaan steroid dapat memberikan pertolongan pada kondisi akut dan perawatan jangka pendek. Untuk jangka panjang, penggunaan steroid dinilai tidak terlalu memberikan dampak yang baik. Di sisi lain, penggunaan steroid pada waktu yang lama juga berpotensi memiliki efek samping bagi anak. Pada kondisi sistemik, dapat digunakan methylprednisolone pulse-dose 10-30 mg/kg/hari (maksimal 1 gr) selama 3 hari dan dilanjutkan dengan rumatan 1-2 mg/kg/hari (maksimal 60 mg).[3,14,21,30]
Disease-Modifying Antirheumatoid Drugs
Penggunaan DMARD merupakan terapi yang baik bagi JIA. Penggunaannya direkomendasikan diberikan sejak awal penyakit. Berdasarkan penelitian, pemberian DMARD memberikan hasil yang efektif dalam memberikan remisi dan mengontrol penyakit. Methotrexate, leflunomid, dan sulfasalazin merupakan obat DMARD yang biasa digunakan pada pasien dengan JIA. Metotreksat hingga saat ini menjadi terapi utama dalam tatalaksana JIA.[4,21,29]
Agen Biologis
Pada pasien dengan hasil yang kurang memuaskan dengan penggunaan DMARD tunggal, dapat ditambahkan pemberian TNF-alfa inhibitor. TNF-alfa inhibitor sudah menunjukkan efektivitasnya dalam mengontrol gejala JIA. Kombinasi DMARD dan TNF-alfa inhibitor terbukti mampu meningkatkan kemungkinan remisi dari JIA. TNF-alfa inhibitor yang saat ini sudah digunakan adalah Etanercept dan Adalimumab.[8,29]
Keterbatasan dari terapi DMARD dan TNF-alfa inhibitor adalah pada subtipe sistemik. Pasien JIA sistemik mungkin memerlukan terapi berbeda karena patofisiologi yang berbeda dibanding subtipe lain. Pada JIA sistemik, target dari reseptor adalah IL-1 beta dan IL-6. Oleh sebab itu, dapat digunakan inhibitor IL-6 dalam terapi pasien. Inhibitor IL-6 yang biasa digunakan adalah tocilizumab, sedangkan inhibitor IL-1 yang biasanya digunakan adalah Canakinumab.[2,4,21]
Nonfarmakologi
Fisioterapi pada pasien dengan JIA berfungsi dalam memperbaiki jangkauan gerak tanpa memberikan tekanan pada sendi. Terapi perlu dimulai segera saat ditemukan adanya peradangan aktif. Melalui fisioterapi, otot-otot pendukung akan menjadi lebih kuat dan anggota gerak menjadi lebih fleksibel. Bergantung kepada kondisi dari anak, penggunaan alat ortotik dapat dipertimbangkan pada beberapa kasus.[6,7]
Pembedahan
Terapi pembedahan akan dipertimbangkan bila terapi farmakologis dan fisioterapi tidak memberikan hasil yang optimal serta terdapat komplikasi dari JIA. Terapi surgikal dilakukan jika terdapat deformitas atau perubahan panjang dari anggota gerak. Kondisi tersebut akan mengganggu mobilitas dari anak sehingga perlu dilakukan terapi surgikal. Operasi yang dilakukan akan bergantung pada kondisi yang dialami oleh anak. Rilis kontraktur dan osteotomy mungkin dilakukan pada deformitas. Pada destruksi sendi berat, mungkin diperlukan tindakan artroplasti.[2,6]