Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Pseudogout annisa-meidina 2025-05-14T10:47:37+07:00 2025-05-14T10:47:37+07:00
Pseudogout
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Pseudogout

Oleh :
dr. Siti Solichatul Makkiyyah
Share To Social Media:

Tujuan penatalaksanaan pseudogout adalah untuk mengurangi peradangan dan mencegah flare akut. Ini bisa dilakukan dengan pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid, maupun kolkisin. Pasien dengan deposisi kristal kalsium pirofosfat yang tidak bergejala (kondrokalsinosis asimtomatik) umumnya tidak memerlukan terapi.

Aktivitas fisik, penurunan berat badan, dan penggunaan alat pendukung sendi dapat membantu pasien meminimalisir kekakuan sendi dan mempertahankan mobilitas. Aspirasi sendi dapat dipertimbangkan pada pasien yang mengalami pembengkakan dan ketidaknyamanan signifikan.

Perawatan nonfarmakologi seperti kompres dingin dan beristirahat dapat membantu mengurangi rasa sakit dan pembengkakan untuk sementara. Obat antiinflamasi, seperti OAINS dan kortikosteroid, merupakan yang paling banyak digunakan untuk menghentikan episode akut dan mengurangi rasa sakit, tetapi tidak dapat mengubah perjalanan penyakit. Kolkisin umumnya dipakai untuk menghindari serangan flare akut berulang.[1,2,5,8]

Terapi Nonfarmakologi

Terapi awal nonfarmakologi yang dapat diberikan adalah kompres dingin menggunakan es dan istirahat sementara. Tindakan aspirasi pada sendi menjadi pilihan pada kondisi akut dengan bengkak, yang mana digunakan sebagai tindakan diagnostik dan teraputik untuk menurunkan tekanan intraartikuler.

Tindakan aspirasi sendi hanya dapat dilakukan pada kasus oligoartikuler (satu atau dua sendi terlibat). Tindakan aspirasi dapat dikombinasikan dengan injeksi kortikosteroid intraartikuler. Meski begitu, perlu diingat bahwa injeksi kortikosteroid hanya dapat dilakukan jika diagnosis artritis septik sudah dieksklusikan.[1]

Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS)

OAINS, seperti ibuprofen dan indometasin, merupakan pilihan utama untuk mengurangi inflamasi pada pseudogout. Penggunaan dosis rendah OAINS dapat menghentikan serangan akut dan menurunkan risiko flare di masa depan. Namun, efek samping seperti nefropati dan ulkus peptikum membatasi penggunaan jangka panjang, diperlukan pemantauan. Pada pasien dengan risiko tinggi perdarahan saluran cerna, gagal ginjal, atau gagal hati, OAINS sebaiknya dihindari.[5,8]

Kolkisin

Kolkisin bekerja dengan mengganggu polimerisasi mikrotubulus yang mengakibatkan gangguan terhadap kemotaksis neutrofil dan adhesi sel. Obat ini juga bekerja dengan melemahkan ekspresi IL-1β yang diinduksi oleh kristal CPP atau monosodium urat (MSU). Kolkisin juga diduga menghambat endositosis kristal atau pengenalan kristal ke inflamasom NLRP3.

Pedoman klinis merekomendasikan kolkisin oral sebagai terapi yang efektif pada serangan akut pseudogout. Kolkisin digunakan dalam dosis rendah 0,5 mg 3-4 kali sehari dengan atau tanpa dosis awal 1 mg. untuk mencegah kekambuhan serangan akut, dapat diberikan dosis 0,5-1 mg per hari.[2,5,8]

Penelitian mengenai penggunaan kolkisin pada kasus pseudogout akut menunjukkan hasil yang baik. Satu penelitian menunjukkan pemberian kolkisin dapat menurunkan keluhan nyeri sendi dalam 24 jam sebanding dengan kelompok prednisone. Selain itu, penelitian menunjukkan pemberian dengan atau tanpa dosis awal memiliki efikasi dan efek samping yang tidak berbeda signifikan.[5]

Dosis kolkisin yang lebih tinggi dapat berbahaya bahkan fatal karena indeks terapeutiknya sempit, sehingga dosis yang lebih rendah lebih disarankan. Efek samping pemberian kolkisin meliputi diare, mual, muntah, neuromiopati dan toksisitas seperti sitopenia, gagal hati, dan rhabdomyolysis.[5,8]

Kortikosteroid

Kortikosteroid digunakan bila pasien memiliki kontraindikasi terhadap OAINS dan kolkisin. Pemberian dapat dilakukan secara oral, intravena, intramuskular, atau intraartikuler, dengan pilihan rute disesuaikan berdasarkan jumlah sendi yang terlibat dan kondisi pasien.

Pada arthritis oligoartikular, injeksi intraartikuler lebih disarankan untuk mengurangi efek sistemik. Penggunaan jangka panjang kortikosteroid harus diwaspadai karena risiko infeksi, osteoporosis, hiperglikemia, dan komplikasi metabolik lainnya.[5,8]

Lokal:

Pemberian kortikosteroid lokal secara injeksi pada sendi yang terlibat merupakan tindakan yang sering dilakukan sebagai terapi serangan akut. Penelitian menunjukkan terapi injeksi bersamaan dengan aspirasi cairan sendi memberikan efek mengurangi nyeri yang paling cepat, dibandingkan dengan aspirasi saja atau aspirasi ditambah OAINS.[5]

Sistemik:

Kortikosteroid sistemik (oral atau parenteral) dapat menjadi alternatif pilihan terapi pada kelompok pasien yang kontraindikasi terhadap OAINS dan kolkisin misalnya pasien dengan penyakit ginjal, serta pada pasien yang resisten terhadap injeksi kortikosteroid lokal atau pasien dengan keluhan poliartikuler. Penelitian menunjukkan pemberian kortikosteroid sistemik memiliki NNT (numbers needed to treat) yang lebih rendah dibandingkan dengan OAINS.

Kortikosteroid sistemik memiliki efek samping sistemik terhadap berbagai organ, misalnya hiperglikemia, infeksi, edema, dan osteoporosis, terutama pada penggunaan jangka panjang. Oleh sebab itu, penggunaan kortikosteroid sistemik dalam jangka panjang masih kontroversial.[5,8]

Tabel 1. Pilihan Terapi Medikamentosa pada Pseudogout

Terapi Indikasi Mekanisme Aksi
OAINS oral (dengan gastroprotektan) Akut dan Kronis Menghambat enzim siklooksigenase, menghambat perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin dan prostasiklin
Kolkisin oral Akut (0,5 mg 3-4 kali/hari) Menghambat mikrotubulus sehingga mengganggu kemotaksis sel imun dan inflamasi oleh inflamasom NLRP3
Kronis (0,5-1,0 mg/hari)
Kortikosteroid oral atau parenteral Akut dan kronis Secara sistemik mengubah ekspresi gen yang menghasilkan efek antiinflamasi dan mengaktifkan protein antiinflamasi.
Kortikosteroid intraartikuler Akut Secara lokal mengubah ekspresi gen sehingga menimbulkan efek antiinflamasi

Adrenocorticotrophin hormone (ACTH) parenteral

Akut Stimulasi pelepasan kortikosteroid endogen dari kelenjar adrenal atau sifat antiinflamasi dari melanokortin
Terapi biologi Akut dan kronis Antagonis reseptor interleukin atau menetralisir sinyal interleukin

Sumber: dr. Siti Solichatul Makkiyyah, Alomedika, 2025.[1,5,8]

Adrenocorticotropin Hormone (ACTH)

ACTH memiliki indikasi yang mirip dengan kortikosteroid, yaitu diberikan pada pasien yang tidak membaik atau memiliki kontraindikasi dengan pemberian OAINS atau kolkisin. ACTH bekerja dengan menstimulasi pelepasan kortikosteroid endogen dari kelenjar adrenal atau sifat antiinflamasi dari melanokortin itu sendiri. Penelitian menunjukkan pemberian ACTH 100 IU dapat memberikan perbaikan gejala dalam 24 jam.[5]

Berbeda dengan kortikosteroid, penggunaan ACTH tidak memberikan efek samping yang signifikan. ACTH dapat menjadi pilihan terapi pada pasien dengan kontraindikasi terhadap OAINS, kolkisin, dan kortikosteroid. Namun, penggunaan ACTH pada kasus akut sebagai pilihan terapi awal jarang dilakukan karena meningkatkan beban biaya medis.[2,5]

Anakinra

Anakinra merupakan suatu antagonis IL-1R yang terbukti efikasinya pada penyakit autoinflamasi. Obat ini diberikan melalui injeksi subkutan dengan dosis 100 mg. Sebuah tinjauan literatur menunjukkan bahwa pemberian anankira pada pasien dengan intoleransi atau respon inadekuat terhadap terapi standar memberikan hasil penurunan kadar protein reaktif-C (CRP) dan perbaikan keluhan nyeri pada visual analog scale (VAS).

Meskipun penelitian mengenai penggunaan anankira masih terbatas, namun pemilihan anankira pada pasien dengan kontraindikasi atau refrakter terhadap terapi standar menjadi pilihan menjanjikan di masa depan untuk mengontrol peradangan kristal.[2,8]

Pembedahan

Pada beberapa kasus pseudogout dengan osteoarthritis atau deposit kristal pada area yang tidak biasa, dapat diperlukan pembedahan sebagai tata laksana. Misalnya pada kasus “tophaceous pseudogout” yaitu deposisi kristal kalsium pirofosfat pada temporomandibular joint (TMJ) yang memerlukan eminektomi, kondilektomi, dan rekonstruksi TMJ total. Pembedahan juga diperlukan pada kasus pseudo-neuropathic arthropathy atau deformitas berat.[5,8]

Radiosinovektomi

Sebuah uji klinis kecil terhadap pasien pseudogout lutut bilateral mengevaluasi efikasi terapi sinovektomi radiasi. Partisipan diberikan yttrium-90 dengan kortikosteroid intraartikuler berupa triamsinolon heksasetonida 20 mg pada satu lutut dan cairan fisiologis ditambah kortikosteroid pada lutut kontralateral. Pada bulan ke-6, dilaporkan adanya penurunan nyeri, kekakuan, dan efusi yang signifikan pada lutut yang diberi radioterapi dibandingkan kontrol.

Penelitian lain menguji pemberian destruksi sinovial dengan iradiasi laser yang dibandingkan dengan diklofenak oral. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat penurunan nyeri pada 69,2% kelompok uji dibandingkan dengan 60,8% kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol didapati efek samping gastrointestinal, sementara kelompok uji tidak.[6]

Referensi

1. Zamora EA, Naik R. Calcium Pyrophosphate Deposition Disease. StatPearls Publishing. 2023.
2. Stack J, McCarthy G. Calcium pyrophosphate deposition (CPPD) disease – Treatment options. Best Practice and Research: Clinical Rheumatology. Bailliere Tindall Ltd; 2021. DOI:10.1016/j.berh.2021.101720
5. Turlej AJ, Gaffo AL. Treatment strategies for calcium pyrophosphate deposition disease. Exploration of Musculoskeletal Diseases. Open Exploration Publishing; 2024; 2(4): 279–292. DOI:10.37349/emd.2024.00056
6. Pascart T, Filippou G, Lioté F, Sirotti S, Jauffret C, Abhishek A. Calcium pyrophosphate deposition disease. The Lancet Rheumatology. Elsevier Ltd; 2024. DOI:10.1016/S2665-9913(24)00122-X
8. Mohammed S, Nasib A, Mohammed R, Alkhudaidy M. Overview on Prevalence, Etiology, and Management of Calcium Pyrophosphate Deposition (CPPD) Disease: Review article. The Egyptian Journal of Hospital Medicine. 2023.

Diagnosis Pseudogout
Prognosis Pseudogout

Artikel Terkait

  • Kortikosteroid vs Obat Antiinflamasi Nonsteroid untuk Terapi Gout Arthritis Akut
    Kortikosteroid vs Obat Antiinflamasi Nonsteroid untuk Terapi Gout Arthritis Akut
  • Fenofibrate untuk Menurunkan Kadar Asam Urat
    Fenofibrate untuk Menurunkan Kadar Asam Urat
  • Terapi Dosis Titrasi Lebih Baik Dibandingkan Dosis Tetap untuk Gout
    Terapi Dosis Titrasi Lebih Baik Dibandingkan Dosis Tetap untuk Gout
  • Hiperurisemia Asimptomatik: Apakah Perlu Diterapi?
    Hiperurisemia Asimptomatik: Apakah Perlu Diterapi?
  • Efek Omega-3 untuk Mengurangi Risiko Flare Gout Arthritis
    Efek Omega-3 untuk Mengurangi Risiko Flare Gout Arthritis

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Muljadi Hartono MPH
Dibalas 29 September 2024, 14:03
Pedoman diagnosis dan tatalaksana hiperusemia & gout akut, oleh Perhimpunan Rheumatologi Indonesia
Oleh: dr.Muljadi Hartono MPH
1 Balasan
menarik
ISBN-Hiperurisemia-Artritis-Gout_download.pdf
Anonymous
Dibalas 17 April 2024, 13:08
Pengobatan asam urat untuk pasien dengan obat rutin ACE inhibitor
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter. Saya memiliki pasien laki-laki, usia 62 tahun, obese, dengan riwayat CHF > 1 thn yll. Pasien rutin mengonsumsi obat di antaranya: miniaspi 1x80...
dr.Ika Kurniati Yusni
Dibalas 20 Maret 2024, 20:31
Antiradang sendi untuk penderita diabetes
Oleh: dr.Ika Kurniati Yusni
2 Balasan
Alo dok.. izin diskusi dan bertanya..Pasien laki2 umur 56 tahun dengan riwayat penyakit Diabetes dan Hipertensi.. KGD puasa 180 dan Ad random 350 mg/dl.. TD...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.