Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis
Tujuan utama penatalaksanaan rheumatoid arthritis (RA) adalah untuk mencapai remisi penuh atau secara signifikan menurunkan progresivitas penyakit dalam rentang waktu sekitar 6 bulan. Penatalaksanaan juga bertujuan untuk mengurangi nyeri, mencegah kerusakan sendi, kecacatan dan manifestasi sistemik RA, serta meningkatkan kualitas hidup. Pasien dapat diberikan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid, dan disease-modifying anti-rheumatic drugs (DMARDs).[6,8]
Persiapan Rujukan
Pasien yang terdiagnosis rheumatoid arthritis sebaiknya segera dirujuk ke ahli reumatologi untuk inisiasi disease-modifying anti-rheumatic drug (DMARDs). Inisiasi terapi sebelum timbulnya erosi telah dilaporkan bermanfaat mengurangi risiko kerusakan dan kecacatan sendi di masa depan.[4,7]
Disease Modifying Anti-rheumatic Drugs (DMARDs)
Disease Modifying Anti-rheumatic Drugs (DMARDs) merupakan agen yang menghambat umpan balik positif sinyal inflamasi pada keadaan rheumatoid arthritis. DMARDs dapat dibagi menjadi sintetik (konvensional dan target) dan biologik. DMARDs yang umum digunakan pada rheumatoid arthritis antara lain methotrexate, leflunomide, sulfasalazine dan hydroxychloroquine.[4,6,7]
Agen Sintetik Konvensional
Methotrexate (MTX) merupakan terapi lini pertama pada rheumatoid arthritis. Methotrexate diberikan 7,5 mg hingga 10 mg per minggu. Bila pasien toleransi terhadap Methotrexate namun tidak berespons selama 1 bulan, dosis dapat dinaikkan menjadi 15 mg per oral per minggu. Maksimal dosis 20 mg per minggu. Efek samping tersering iritasi lambung dan stomatitis.
Hydroxychloroquine dapat diberikan dalam dosis inisial 400 mg per hari dibagi menjadi 1-2 dosis. Dosis rumatan 200-400 mg per hari sesuai respon terhadap pengobatan.[4,6,7,14]
Sulfasalazine merupakan terapi lini kedua dari rheumatoid arthritis. Dosis awal biasanya 500 mg diberikan 2 kali per hari selama 1 minggu pertama, dilanjutkan sesuai respon pengobatan. Dosis dapat ditingkatkan 500 mg setiap minggu, hingga maksimal 3 gram per hari dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis 3 gram per hari dapat diberikan setelah setidaknya 12 minggu pengobatan.[4,7,14]
Methotrexate, sulfasalazine, dan hydroxychloroquine dapat diberikan secara kombinasi (triple therapy). Kombinasi ini dilaporkan sama efektif dengan kombinasi methotrexate dan TNF blocker.[4,6,7,14]
Agen Biologis
Agen biologis merupakan golongan obat yang menghambat reaksi inflamasi pada beberapa tahapan imunologi seperti antagonis faktor nekrosis tumor (TNFAs) dan inhibitor sitokin. Dapat digunakan sebagai monoterapi atau kombinasi dengan DMARDs sintetik konvensional, seperti methotrexate.
Agen biologis golongan tumor necrosis factor alpha (TNFα) blockers contohnya:
- Adalimumab: dosis 40 mg sebagai dosis tunggal setiap 2 minggu
- Etanercept: dosis 25 mg 2 kali per minggu dengan jarak antar dosis 3-4 hari; atau 50 mg 1 kali per minggu. Pengobatan dihentikan apabila tidak ada respon terapi dalam 6 bulan
Monoclonal antibodies against B cells contohnya:
Rituximab: Rituximab digunakan sebagai terapi kombinasi dengan methotrexate. Dosis 1000 mg setiap 6 bulan melalui infus intravena
Tocilizumab: 162 mg per minggu
- Sarilumab: 150-200 mg setiap 2 minggu[4,7,14]
Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS)
OAINS diberikan sebagai terapi simptomatik untuk mengurangi rasa nyeri, namun tidak berpengaruh terhadap progresivitas penyakit
Paracetamol 500 mg digunakan bila perlu
Celecoxib 100–200 mg digunakan bila perlu
Ibuprofen 400–800 mg, maksimal 3,2 gram per hari, digunakan bila perlu[6,8]
Kortikosteroid
Kortikosteroid seperti prednisolone merupakan obat antiinflamasi potensi kuat yang dapat digunakan sebagai terapi adjuvan pada rheumatoid arthritis. Namun, penggunaan kortikosteroid berkaitan dengan efek samping seperti perdarahan saluran cerna dan osteoporosis. Kortikosteroid dapat diberikan saat inisiasi atau mengganti terapi DMARDs, tetapi sebaiknya digunakan sesingkat mungkin dan memerlukan tapering off.[4,8,14]
Prednison oral dapat diberikan dalam dosis 5-10 mg/hari. Alternatif lain adalah triamcinolone intraartikular 10-40 mg tergantung ukuran sendi yang akan diinjeksi, dapat diberikan namun tidak lebih dari 4 kali per tahun.[8,15]
Fisioterapi
Tujuan dari fisioterapi adalah mengurangi nyeri dan kekakuan, mencegah deformitas, memaksimalkan fungsi, serta meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan tonus otot. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa aktivitas aktif seperti latihan sendi, maupun secara pasif melalui termoterapi, elektroterapi, serta terapi ultrasonografi.[6]
Konseling Faktor Gaya Hidup
Pasien dengan rheumatoid arthritis sebaiknya menjalani program berhenti merokok. Pasien yang obesitas perlu mengikuti program penurunan berat badan yang dapat mencegah progresivitas penyakit lebih lanjut.[4,6,8]
Penulisan pertama oleh: dr. Aghnia Jolanda Putri