Penatalaksanaan Fraktur Hidung
Penatalaksanaan fraktur hidung dapat meliputi pendekatan konservatif dan intervensi bedah. Pendekatan konservatif mencakup reduksi tertutup untuk fraktur ringan, immobilisasi, terapi simptomatik, dan pemantauan. Di sisi lain, pendekatan bedah mungkin diperlukan untuk fraktur kompleks atau dengan deviasi signifikan, meliputi reduksi terbuka, stabilisasi, rekonstruksi, dan penanganan komplikasi.[2,13]
Penatalaksanaan Inisial
Tata laksana inisial dapat dilakukan dengan mengontrol epistaksis dan menutup laserasi pada kulit bagian luar bila memungkinkan.
Epistaksis dapat diatasi dengan menggunakan tekanan pada hidung, dan epistaksis yang lebih parah dapat ditangani dengan kauter atau nasal packing. Luka pada jaringan lunak dibersihkan termasuk benda-benda asing yang ada. Bila terdapat laserasi dapat ditutup dengan menggunakan jahitan.[1,2,13]
Reduksi Fraktur Hidung
Reduksi fraktur hidung tidak selalu diperlukan jika tidak terdapat deformitas atau pasien tidak mengkhawatirkan luaran estetiknya. Jika hidung masih dalam kondisi bengkak, maka evaluasi bentuk hidung dapat dilakukan 5 hingga 7 hari setelahnya. Dalam jangka waktu tersebut, pasien dapat dianjurkan untuk kompres dengan es dan selalu mengelevasi posisi kepala.[1]
Reduksi Tertutup
Pada fraktur hidung tanpa atau dengan deviasi yang ringan, terutama pada tulang hidung bagian bawah, reduksi tertutup dapat dilakukan. Ini melibatkan penyesuaian tulang kembali ke posisi semula dengan menggunakan teknik manual tanpa pembedahan. Pasien dengan fraktur hidung yang tidak terlalu parah dapat diberikan imobilisasi dengan nasogastric tube atau alat penyangga hidung untuk mempertahankan posisi tulang.
Prosedur reduksi dapat dilakukan dengan anestesi lokal. Reduksi harus dilakukan dalam kurun waktu 2 minggu setelah cedera terjadi, karena setelah itu tulang hidung dapat terfiksasi. Reduksi setelah rentang waktu tersebut lebih sulit dan kemungkinan memerlukan osteotomi.[1,2,13]
Reduksi Terbuka
Pada fraktur hidung yang lebih kompleks atau dengan deviasi yang signifikan, reduksi terbuka mungkin diperlukan. Ini melibatkan pembedahan untuk memposisikan kembali tulang secara tepat.
Pada kasus-kasus tertentu, penggunaan alat penyangga atau penyangga eksternal mungkin diperlukan untuk mempertahankan stabilitas tulang yang sudah direduksi. Pada kasus fraktur hidung yang kompleks atau melibatkan kerusakan struktur tulang dan jaringan lunak di sekitarnya, mungkin diperlukan tindakan rekonstruksi tambahan.
Septorhinoplasty terbuka dihindari pada keadaan akut karena terdapat gangguan pada tulang rawan atau jaringan lunak yang sering menyertai fraktur hidung. Bila dilakukan terlalu cepat, tindakan ini justru berisiko menyebabkan devaskularisasi akut. Oleh karena itu, septorhinoplasty terbuka biasanya dilakukan pada 3- 6 bulan setelah cedera terjadi.[2,9]
Penanganan Komplikasi
Penanganan komplikasi fraktur hidung membutuhkan pendekatan yang terperinci dan tergantung pada jenis komplikasi yang muncul.
Deformitas Septum Hidung
Evaluasi gradien dan jenis deviasi septum hidung melalui pemeriksaan fisik dan endoskopi nasal. Untuk deviasi septum hidung yang signifikan, koreksi septoplasti dapat dilakukan untuk mengembalikan septum ke posisi anatomi yang benar. Prosedur ini dapat melibatkan teknik pengangkatan atau reposisi tulang dan koreksi kartilago septum.[1-3,9]
Obstruksi Saluran Napas
Evaluasi derajat obstruksi dengan pemeriksaan fisik dan penilaian fungsi pernapasan nasal. Jika obstruksi signifikan, koreksi septum hidung atau prosedur turbinoplasti dapat dilakukan untuk memperbaiki fungsi pernapasan.[1-3,9]
Hematoma Septum
Terjadinya penumpukkan darah di bawah lapisan mukoperikondrial septum hidung biasanya muncul dengan gejala nyeri dan sumbatan hidung. Jika tidak segera diperbaiki, maka dapat berlanjut menyebabkan pembentukan abses di dalam septum, nekrosis dari tulang rawan, hingga kelainan bentuk hidung.
Drainase darah pada septum hidung dapat dilakukan dengan aspirasi menggunakan spuit, dan terus dilakukan pemantauan agar tidak kembali terjadi penumpukkan darah. Namun, untuk beberapa kasus diperlukan penanganan yang lebih kompleks di ruangan operasi dengan memasukan saluran kecil atau menggunakan jahitan untuk menghilangkan ruang mati dan mencegah darah terakumulasi kembali.[1,9]