Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
Penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dapat berupa kompres hangat, perbanyak minum air putih, irigasi nasal, dan terapi medikamentosa.
Terapi Non-farmakologis
Penyebab ISPA umumnya adalah virus, sehingga terapi biasanya hanya bersifat suportif saja.
Memperbanyak Minum
Memperbanyak minum sebanyak 8 gelas atau lebih dapat menurunkan sekresi mukosa dan menggantikan kehilangan cairan. Selain itu, minum air putih serta jus dilaporkan dapat meningkatkan sistem imun. [2]
Kompres Hangat
Lakukan kompres hangat pada daerah wajah untuk membuat pernapasan lebih nyaman, mengurangi kongesti, dan membuat drainase lebih baik pada rhinosinusitis. Gunakan lap hangat atau botol berisi air hangat yang diletakkan di atas wajah dan pipi selama 5-10 menit sebanyak 3-4 kali dalam sehari jika diperlukan. [2]
Irigasi Nasal
Irigasi nasal dengan salin dapat meningkatkan kemampuan mukosa nasal untuk melawan agen infeksius, dan berbagai iritan. Irigasi nasal dapat meningkatkan fungsi mukosiliar dengan meningkatkan frekuensi gerakan siliar. Irigasi nasal dapat dilakukan dengan menggunakan larutan salin isotonik (NaCl 0,9%) via spuit ataupun spray dengan frekuensi 2 kali dalam sehari. [12,13]
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis umumnya bersifat suportif untuk meringankan gejala. Antibiotik dan antiviral tidak selalu diperlukan pada pasien ISPA.
Terapi Simptomatik
Dekongestan oral atau topikal dapat membantu mengurangi keluhan pada pasien dengan rhinorrhea. Sebaiknya dekongestan diberikan pada anak di atas 2 tahun karena efek sampingnya seperti gelisah, palpitasi, dan takikardia. Dekongestan topikal seperti fenilepinefrin atau oxymetazoline lebih banyak dipakai, sebaiknya digunakan 3-4 hari saja untuk menghindari efek rebound.
Antihistamin oral generasi satu dinilai memiliki efek antikolinergik sehingga dapat digunakan untuk mengurangi rhinorrhea dan bersin. Antihistamin yang biasanya digunakan adalah chlorpheniramine maleate atau diphenhydramine.
Guaifenesin adalah mukolitik yang berfungsi untuk mengurangi sekresi nasofaring. Guaifenesin dinilai dapat menurunkan sekresi dan meningkatkan drainase pada pasien nasofaringitis atau rinosinusitis, namun bukti klinisnya masih terbatas. Selain itu, codeine merupakan obat yang sering digunakan pada pasien dengan keluhan batuk. Codeine berperan sebagai antitusif yang bekerja secara sentral. Untuk batuk berdahak pada orang dewasa, ada beberapa opsi terapi yang dapat dipilih.[2,4]
Antiviral
Pada pasien ISPA, antiviral biasanya tidak diperlukan. Antiviral bisa dipakai pada pasien influenza yang terkonfirmasi atau jika terjadi outbreak influenzae dimana manfaat lebih banyak dibandingkan risiko. Antiviral diberikan pada pasien yang berisiko tinggi mengalami perburukan gejala. Misalnya pada pasien yang sedang hamil, bayi usia < 6 bulan, pasien usia > 65 tahun, pasien immunocompromised, dan pasien dengan morbid obesitas. Regimen yang bisa digunakan adalah oseltamivir 2 x 75 mg hingga maksimal 10 hari. [14]
Terapi Antibiotik
Kebanyakan kasus ISPA disebabkan oleh virus, sehingga penggunaan antibiotik tidak efektif dan hanya boleh digunakan jika terdapat kecurigaan atau konfirmasi adanya infeksi bakteri. [15,16]
Tabel berikut menjabarkan berbagai keadaan dimana antibiotik dapat bermanfaat, serta pilihan antibiotik yang bisa digunakan.
Tabel 1. Panduan Penggunaan Antibiotik pada ISPA
Nama Penyakit | Bakteri Patogen Penyebab Tersering | Indikasi Antibiotik | Pilihan Antibiotik |
Faringitis | S. pyogenes Streptococcus serogroup lain | - Terdapat tiga tanda mayor : demam > 38oC, nyeri tenggorokan yang berat, dan tidak ada batuk-pilek | - Benzathine benzylpenicillin 1,2 juta IU intramuskular dosis tunggal |
Sinusitis Bakteri Akut | S. pneumoniae, H. influenzae, M. catarrhalis | - Sinusitis yang berat | - Amoxicillin 3 x 500 mg per oral selama 7-10 hari hari |
Epiglotitis | H. influenzae | Manifestasi yang berat, misalnya obstruksi saluran napas | - Kloramfenikol 4 x 1 gram secara intravena atau intramuskular selama 5 hari |
Difteria | C. diphteriae | Harus diberikan antibiotik dan antitoksin segera | - Eritromisin 40-50 mg/kg/hari per oral atau intravena setiap 6 dengan dosis maksimal 2 g/hari selama 14 hari. |