Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Kanker Sinonasal general_alomedika 2023-08-14T12:22:15+07:00 2023-08-14T12:22:15+07:00
Kanker Sinonasal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Kanker Sinonasal

Oleh :
dr. Monik Alamanda
Share To Social Media:

Diagnosis kanker sinonasal ditegakkan dengan biopsi jaringan dari massa sinonasal yang dapat diambil lewat tindakan tertentu, seperti endoskopi nasal. Gejala yang timbul tidak spesifik, misalnya epistaksis, rhinorrhea, dan hidung tersumbat, sehingga sering terjadi underdiagnosis.

Anamnesis

Anamnesis terkait kanker sinonasal pada tahap awal biasanya tidak bergejala (asimptomatik) atau memberikan gejala ringan yang nonspesifik. Apabila ada, gejala yang timbul terutama daerah sinonasal, bersifat unilateral, seperti hidung tersumbat (obstruksi nasal), rhinorrhea persisten, epistaksis, dan nyeri pada area wajah.

Pada tahap yang lebih lanjut, ketika ukuran massa membesar, dan pasien dapat menyadari adanya deformitas wajah serta keterlibatan gejala pada orbita dan periorbita. Pada area orbita, dapat disadari adanya protrusi bola mata (proptosis), penglihatan ganda (diplopia), gangguan pergerakkan bola mata (oftalmoplegia), dan nyeri periorbita.

Pada keadaan ini, pasien juga dapat mengeluh nyeri kepala dan gangguan lain yang berkaitan dengan neuropati kranial. Gejala yang berkaitan dengan defisit saraf kranialis, seringkali ditemukan pada stadium lebih lanjut, di mana sudah terdapat perluasan massa ke fossa cranialis anterior dan medial. Maka dari itu, gejala yang timbul dapat membantu memprediksi ekstensi penyakit dan penyebaran massa.[4,7,17]

Anamnesis juga meliputi faktor risiko, terutama riwayat paparan dengan debu industri dan merokok. Faktor risiko lainnya yang dapat ditanyakan adalah riwayat infeksi human papilloma virus (HPV) terutama area traktus respirasi, riwayat radioterapi seperti pada kasus retinoblastoma, dan paparan karsinogenik lainnya, seperti formaldehid.[4,15,16]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada kanker sinonasal terutama adalah massa pada pemeriksaan rinoskopi anterior maupun posterior pada pemeriksaan fisik hidung. Akan tetapi, massa tumor dapat tidak ditemukan bila ukurannya masih kecil.

Pemeriksaan fisik telinga-hidung-tenggorok lengkap perlu dilakukan untuk menilai ekstensi tumor. Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan saraf kranial, kepala, leher, dan kelenjar getah bening lengkap.[7]

Pada stadium lanjut, pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya proptosis, diplopia, dan neuropati cranialis. Ekstensi massa ke fossa cranialis anterior dan medial dapat diperkirakan dengan pemeriksaan fisik.

Pada fossa cranialis anterior, massa dapat mencapai palatum cribiformis atau area orbita. Pada kondisi ini, dapat diidentifikasi adanya anosmia maupun proptosis. Selanjutnya penyebaran pada area lateral, yaitu area zygomatic dan sphenoid sampai sinus cavernosus dapat ditemukan neuropati saraf cranial III, IV, VI, V1, dan V2 karena jarasnya yang melewati sinus cavernosus. Pada kondisi ini, dapat ditemukan diplopia dan parestesia di area wajah.[7,17]

Pada fossa cranialis medial, saraf cranial V3 dan invasi pada otot pterygoideus dapat terlibat. Pada kondisi ini, ditemukan parestesia pada wajah bagian bawah atau trismus.[17]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari kanker sinonasal adalah penyakit inflamasi dan tumor jinak pada area sinonasal.

Penyakit Inflamasi Sinonasal

Kondisi inflamasi sinonasal dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan keganasan. Beberapa kondisi tersebut, seperti infeksi saluran napas atas dan bawah, alergi seperti rhinitis alergi, riwayat trauma, dan adanya benda asing.

Penyakit inflamasi sinonasal seringkali memberikan gejala serupa, seperti rhinorrhea dan obstruksi nasal. Akan tetapi, karakteristik yang mengarah pada keganasan adalah awitan gejala atau tanda yang cepat dan progresif, penurunan berat badan tanpa direncanakan, serta faktor risiko seperti riwayat paparan karsinogenik, infeksi HPV, dan papiloma. Keganasan sinonasal juga lebih sering ditemukan pada kelompok usia dekade ke-6.[15–17]

Tumor Jinak Sinonasal

Tumor jinak sinonasal dapat menimbulkan manifestasi yang mirip dengan keganasan, seperti obstruksi nasal. Tumor jinak yang sering ditemukan adalah polip nasal, kista, inverted papilloma, ensefalokel, fibroma, atau angiofibroma nasofaring.

Tumor jinak dapat dibedakan dari keganasan secara definitif dengan biopsi. Meski demikian, perlu diingat bahwa ensefalokel dan tumor vaskular, seperti angiofibroma nasofaring, adalah kontraindikasi biopsi.[18]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan kanker sinonasal dan menentukan stadium penyakit adalah endoskopi hidung untuk pengambilan sampel biopsi. Pemeriksaan lainnya, yaitu MRI, CT scan kepala, dan PET scan dapat membantu evaluasi massa dan penyebaran massa tumor.[7]

Biopsi

Biopsi jaringan untuk pemeriksaan histopatologi merupakan pemeriksaan baku emas untuk kanker sinonasal. Biopsi harus dilakukan sebelum inisiasi terapi, dengan pengecualian pada ensefalokel dan tumor vaskular karena berisiko bocornya cairan serebrospinal atau pendarahan yang sulit dihentikan.

Biopsi dapat dilakukan secara transnasal atau dengan endoskopi. Apabila tidak memungkinkan, biopsi dapat dilakukan melalui antrostomi maksila atau sfenoidotomi menggunakan endoskopi. Kedua jalur tersebut dapat mencapai drainase sinus alamiah tanpa mengganggu lesi atau merusak area operasi.[1–3,7,8,10]

Endoskopi

Endoskopi untuk pengambilan sampel biopsi disarankan oleh American Cancer Society (ACS). Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan sampel pemeriksaan histopatologi jenis massa sinonasal dan penilaian stadium penyakit. Pada kanker sinonasal, dapat diidentifikasi karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma sinonasal, karsinoma tidak terdiferensiasi, melanoma mukosa primer, dan jenis lainnya.[1–3,7,8,10,17]

Magnetic Resonance Imaging

Pemeriksaan MRI lebih baik dalam menilai massa dan jaringan lunak. Pemeriksaan MRI ini sering digunakan untuk identifikasi invasi pada area orbita dan struktur fasial. Selain itu, MRI juga digunakan untuk menilai struktur intrakranial (seperti otak, sinus cavernosus, dan dura), area sekitar jaras saraf, dan fossa infratemporal.[1–3,7,8,10,17]

Computed Tomography Scan

Pemeriksaan CT scan kepala dapat membantu identifikasi batas pada tulang dan adanya erosi/destruksi tulang, sehingga membantu dalam tindakan operatif.  Adanya karakteristik tersebut dapat membedakan keganasan dari tumor jinak. CT scan lebih superior dibandingkan MRI dalam memperlihatkan destruksi tersebut, kecuali area sinus, palatum durum, dan basis cranii.[1–3,7,8,10,17]

CT scan juga dapat mendeteksi kalsifikasi, kartilago, atau tulang di dalam tumor sehingga membantu mempersempit diagnosis banding. Sebagai contoh, esthesioneuroblastoma sering memiliki deposit kalsium, sedangkan kondrosarkoma atau osteosarkoma mencakup jaringan asalnya (kartilago atau tulang).

CT scan juga dapat menunjukkan detail penting untuk mengevaluasi keterlibatan intraorbita dan intrakranial. Meskipun tidak sedetail MRI dalam menunjukkan invasi perineural, CT scan dapat menunjukkan fenomena tersebut secara tidak langsung, seperti adanya pelebaran dan erosi fisura dan foramen pada tulang.[1–3,7,8,10,17]

Positron Emission Tomography Scan

Positron emission tomography (PET) scan membantu melakukan penilaian semikuantitatif aktivitas metabolik tumor dari peningkatan metabolisme glukosa selular, yaitu dengan standardized uptake value (SUV).

Pada beberapa studi, hasil PET scan diduga memiliki korelasi dengan hasil gambaran histopatologi, sehingga membantu identifikasi karakteristik massa sinonasal. Akan tetapi, pemeriksaan histopatologi masih diperlukan untuk melihat agresivitas massa.[1–3,7,8,10,17,19]

Stadium Kanker Sinonasal

Berikut adalah pembagian kanker sinonasal berdasarkan tumor primer, nodus limfa, dan metastasis oleh American Joint Committee on Cancer Staging Classification (AJCC).[2,11,20]

Tabel 1. Klasifikasi TNM oleh American Joint Committee on Cancer Staging Classification (AJCC) : Tumor (T)

Stadium T Kriteria
Tumor Primer pada Sinus Maksilaris
TX Tumor primer tidak dapat dievaluasi
Tis Carcinoma in situ

T1 Tumor terbatas pada mukosa sinus maksila tanpa erosi atau destruksi tulang
T2 Tumor menyebabkan erosi atau destruksi tulang, mencakup ekstensi palatum durum atau meatus media, dengan pengecualian ekstensi pada dinding posterior sinus maksila dan pterygoid plate

T3 Tumor menginvasi paling tidak satu dari lokasi berikut, yaitu tulang dinding posterior sinus maksila, jaringan subkutan, dasar atau dinding orbita media, fossa pterygoid, atau sinus ethmoidalis
T4 Tumor yang lebih meluas
T4a Tumor menginvasi isi orbita, kulit pipi, pterygoid plates, fossa infratemporal, palatum cribriformis, sinus sphenoidalis atau frontalis
T4b Tumor menginvasi apeks orbita, dura, otak, fossa cranii media, nervus kranialis selain cabang maksila dari nervus trigeminal, nasofaring, atau clivus
Tumor Primer pada Kavum Nasi atau Sinus Ethmoid
Tx Tumor primer tidak dapat dievaluasi
Tis Carsinoma in situ

T1 Tumor terbatas pada satu area, dengan atau tanpa invasi tulang
T2 Tumor menginvasi dua area pada satu regio yang sama atau ekstensi ke regio yang berdempetan di dalam kompleks nasoethmoid, dengan atau tanpa invasi tulang
T3 Tumor ekstensi ke dinding media atau dasar dari orbita, sinus maksila, palatum, atau palatum cribriformis
T4 Tumor lebih meluas
T4a Tumor menginvasi isi orbita anterior, kulit pipi atau hidung, ekstensi minimal ke fossa cranii anterior, pterygoid plates, sinus sphenoidalis atau frontalis
T4b Tumor menginvasi apeks orbita, dura, otak, fossa cranii media, nervus kranial selain cabang V2, nasofaring, atau clivus

Sumber: dr. Monik Alamanda, 2021[2,11,20]

Tabel 2. Klasifikasi TNM oleh American Joint Committee on Cancer Staging Classification (AJCC) : Keterlibatan Limfonodus (N) dan Metastasis (M)

Keterlibatan Limfonodi
NX Limfonodus regional tidak dapat dievaluasi
N0 Tidak ditemukan metastasis ke limfonodus regional
N1 Metastasis pada satu limfonodus ipsilateral, dengan ukuran 3 cm atau lebih kecil pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal
N2
N2a Metastasis pada limfonodus ipsilateral, ukuran 3–6 cm pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal
N2b Metastasis pada beberapa limfonodus ipsilateral, seluruhnya berukuran <6 cm pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal
N2c Metastasis limfonodus bilateral atau kontralateral, seluruhnya berukuran <6 cm pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal
N3
N3a Metastasis pada satu limfonodus dengan ukuran >6 cm pada dimensi terbesar, tanpa ekstensi ekstranodal
N3b Metastasis pada limfonodus manapun dengan ekstensi ekstranodal
Metastasis Jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh

Sumber: dr. Monik Alamanda, 2021[2,11,20]

Setelah menentukan TNM, stadium kanker sinonasal dapat ditentukan seperti yang tercantum pada Tabel 3.[2,11]

Tabel 3. Penentuan Stadium Kanker Sinonasal

T N M Stadium
Tis N0 M0 0
T1 N0 M0 I
T2 N0 M0 II
T3 N0 M0 III
T1, T2, T3 N1 M0 III
T4a N0, N1 M0 IVA
T1, T2, T3, T4a N2 M0 IVA
Semua T N3 M0 IVB
T4b Semua N M0 IVB
Semua T Semua N M1 IVC

Sumber: dr. Monik Alamanda, 2021[2,11,20]

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Devi CP, Devi KM, Kumar P, Amrutha Sindhu RV. Diagnostic challenges in malignant tumors of nasal cavity and paranasal sinuses. J Oral Maxillofac Pathol. 2019;23(3):378-382. doi:10.4103/jomfp.JOMFP_300_18
2. PDQ Adult Treatment Editorial Board. Paranasal Sinus and Nasal Cavity Cancer Treatment (Adult) (PDQ®): Health Professional Version. 2019 Aug 22. In: PDQ Cancer Information Summaries. Bethesda (MD): National Cancer Institute (US); 2019-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK65831/
3. Fasunla AJ, Lasisi AO. Sinonasal malignancies: a 10-year review in a tertiary health institution. J Natl Med Assoc. 2007;99(12):1407-1410.
4. Kazi M, Awan S, Junaid M, Qadeer S, Hassan NH. Management of sinonasal tumors: prognostic factors and outcomes: a 10 year experience at a tertiary care hospital. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg. 2013;65(Suppl 1):155-159. doi:10.1007/s12070-013-0650-x
7. López F, Grau JJ, Medina JA, Alobid I. Spanish consensus for the management of sinonasal tumors. Acta Otorrinolaringol Esp. 2017; 68:226---234.
8. Shirazi N, Bist SS, Selvi TN, Harsh M. Spectrum of Sinonasal Tumors: A 10-year Experience at a Tertiary Care Hospital in North India. Oman Med J. 2015;30(6):435-440. doi:10.5001/omj.2015.86
10. Klem C. Malignant Tumors of The Sinuses. Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/847189-overview
11. Amin MB, Greene FL, Edge SB, Compton CC, Gershenwald JE, Brookland RK, Meyer L, Gress DM, Byrd DR, Winchester DP. The Eighth Edition AJCC Cancer Staging Manual: Continuing to build a bridge from a population-based to a more "personalized" approach to cancer staging. CA Cancer J Clin. 2017 Mar;67(2):93-99. doi: 10.3322/caac.21388. Epub 2017 Jan 17. PMID: 28094848.
15. Haerle SK, Gullane PJ, Witterick IJ, Zweifel C, Gentili F. Sinonasal carcinomas: epidemiology, pathology, and management. Neurosurg Clin N Am. 2013 Jan;24(1):39-49. doi: 10.1016/j.nec.2012.08.004. Epub 2012 Sep 10. PMID: 23174356.
16. Bracigliano A, Tatangelo F, Perri F, Di Lorenzo G, Tafuto R, Ottaiano A, Clemente O, Barretta ML, Losito NS, Santorsola M, Tafuto S. Malignant Sinonasal Tumors: Update on Histological and Clinical Management. Curr Oncol. 2021 Jul 1;28(4):2420-2438. doi: 10.3390/curroncol28040222. PMID: 34287240; PMCID: PMC8293118.
17. Thawani, Rajat, et al. “The Contemporary Management of Cancers of the Sinonasal Tract in Adults.” CA: A Cancer Journal for Clinicians, vol. 73, no. 1, 2022, pp. 72–112, https://doi.org/10.3322/caac.21752.
18. Montone KT. The Differential Diagnosis of Sinonasal/Nasopharyngeal Neuroendocrine/Neuroectodermally Derived Tumors. Arch Pathol Lab Med. 2015 Dec;139(12):1498-507. doi: 10.5858/arpa.2014-0383-RA. PMID: 26619022.
19. Ozturk, Kerem, et al. “Utility of FDG PET/CT in the Characterization of Sinonasal Neoplasms: Analysis of Standardized Uptake Value Parameters.” American Journal of Roentgenology, vol. 211, no. 6, 2018, pp. 1354–1360, https://doi.org/10.2214/ajr.18.19501.
20. Bhalla, Ashu Seith, et al. “Imaging Recommendations for Diagnosis, Staging, and Management of Sinonasal Tumors.” Indian Journal of Medical and Paediatric Oncology, vol. 44, no. 01, 2023, pp. 047–053, https://doi.org/10.1055/s-0042-1759520.

Epidemiologi Kanker Sinonasal
Penatalaksanaan Kanker Sinonasal

Artikel Terkait

  • Vaksinasi HPV Sebagai Pencegahan Kanker Orofaring
    Vaksinasi HPV Sebagai Pencegahan Kanker Orofaring
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 14 Juni 2023, 10:04
Pengaruh paparan asap las pada pekerja di pabrik
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALODOK, Ijin konsul.Di pabrik kami yg melakukan penggilingan tebu utk diproses menjadi gula pasir, ada beberapa pasien Bronkitis dan ada 1 org survivor KNF...
dr. Nurul Falah
Dibalas 04 Februari 2022, 15:17
Pengaruh siklus radioterapi terlambat pada pengobatan KNF - Onkologi Radiasi Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo dr. Steven, Sp.Onk.Rad, izin bertanya dokter.Bagaimana pengaruhnya jika terjadi keterlambatan menjalani siklus radioterapi pada pasien dengan kanker...
dr. Reren Ramanda
Dibalas 16 November 2021, 11:37
Hubungan infeksi HPV pada kejadian kanker - THT Ask The Expert
Oleh: dr. Reren Ramanda
2 Balasan
Alo dr. Sekti Sp. THT-KL(K), izin bertanya dokter, apakah memang terdapat hubungan antara infeksi HPV dengan kejadian Ca pada bidang THT terutama pada pasien...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.