Epidemiologi Kanker Sinonasal
Berdasarkan data epidemiologi, angka kejadian kanker sinonasal adalah 0,6 per 100.000 populasi di Amerika Serikat. Usia terbanyak untuk kanker sinonasal adalah dekade ke-6 dengan perbandingan kejadian pria banding wanita adalah 2:1. Tipe kanker sinonasal paling banyak ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa (KSS), 70-80% kasus. Dilaporkan bahwa 60% kasus kanker sinonasal berasal dari sinus maksilaris.[2,4,15]
Global
Kanker sinonasal berkontribusi sebesar 0,2–0,8% dari seluruh tumor invasif. Kanker ini mencakup 3% dari seluruh keganasan di kepala dan leher. Angka kejadian kanker sinonasal di Amerika Serikat adalah 0,6 per 100.000 populasi. Sebanyak 60% kasus berasal dari sinus maksilaris. Jenis tersering adalah karsinoma sel skuamosa, yaitu pada 70–80% kasus. Sekitar 7–15% kasus kanker sinonasal melibatkan nodus limfatik di leher.[2,4]
Sebanyak 30% kasus kanker sinonasal tipe karsinoma sel skuamosa dilaporkan berkaitan dengan infeksi human papilloma virus (HPV). HPV related multiphenotypic sinonasal carcinoma with adenoid cystic–like features (HMSC) memiliki angka rekurensi sekitar 38%, lebih sering ditemukan pada wanita, dan 89% terjadi di kavitas nasal dengan atau tanpa keterlibatan sinus paranasal.[5]
Indonesia
Belum banyak data epidemiologi kanker sinonasal di Indonesia. Dalam penelitian di Bandung, kejadian kanker sinonasal merupakan kanker kedua terbanyak setelah kanker nasofaring. Dari 665 pasien dengan kanker kepala leher, sekitar 17% mengalami kanker sinonasal. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan epidemiologi global. Hal ini mungkin disebabkan oleh masih banyaknya paparan terhadap faktor risiko, misalnya debu kayu dan kayu bakar.[9]
Mortalitas
Kebanyakan kasus kanker sinonasal datang dalam stadium lanjut. Hal ini kemungkinan karena gejalanya yang tidak spesifik, sehingga sering terjadi misdiagnosis, misalnya terdiagnosis sinusitis. Oleh karena itu, angka kesembuhan pasien kanker sinonasal umumnya ≤50%.
Kegagalan terapi umumnya ditemukan pada tahun kedua. Sekitar 33% pasien mengalami kanker primer kedua di traktus aerodigestif. Metastasis jauh ditemukan pada 20–40% kasus.[1,2]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli