Edukasi dan Promosi Kesehatan Kanker Sinonasal
Edukasi pasien kanker sinonasal terkait rencana reseksi misalnya lewat endoskopi transnasal, radioterapi adjuvan maupun postoperasi, dan pertimbangan kemoterapi. Promosi kesehatan kanker sinonasal terkait penghindaran faktor risiko seperti merokok dan paparan debu industri. Belum ada panduan skrining yang jelas untuk kanker sinonasal.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien terutama berhubungan dengan stadium penyakit dan rencana terapi. Kanker sinonasal secara umum pertimbangan terapi berkaitan dengan reseksi bedah dan radioterapi. Radioterapi diperlukan sesuai indikasi pada T1 dan T2, sedangkan radioterapi adjuvan disarankan untuk stadium T3 dan T4.
Setelah terapi, pasien bisa mengalami rekurensi. Oleh karenanya, pemantauan seumur hidup umumnya diperlukan. Evaluasi berupa pemeriksaan telinga-hidung-tenggorok dan panendoskopi setiap 3–4 bulan dalam 2 tahun pertama; dilanjutkan setiap 6 bulan pada tahun-tahun setelahnya. Selain itu, juga dilakukan MRI atau CT scan setiap 6–8 bulan.[2,7,20]
Edukasi juga perlu ditekankan terkait penggunaan alat perlindungan diri pada pekerjaan yang berisiko terpapar zat karsinogenik, misalnya pada industri pertukangan, perkayuan, dan tekstil. Upaya berhenti merokok juga diperlukan pada perokok aktif maupun pasif. Tindakan ini dilakukan baik sebagai pencegahan maupun bagian terapeutik.[2,7,20]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Promosi kesehatan kanker sinonasal adalah untuk menghindari faktor risiko yang dapat diubah. Pekerja industri merupakan salah satu kelompok dengan risiko kanker sinonasal yang lebih tinggi, sehingga dapat dianjurkan untuk menggunakan alat pelindung diri seperti masker saat bekerja. Menghindari faktor risiko lain, seperti merokok dan konsumsi alkohol, juga dapat menurunkan risiko kanker sinonasal.[2,5–8]
Belum ada panduan skrining yang jelas untuk kanker sinonasal. Di Indonesia, data epidemiologi memang masih terbatas, namun mengindikasikan bahwa angka kejadiannya lebih tinggi dibandingkan estimasi global. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat paparan zat faktor risiko yang masih tinggi, seperti paparan serbuk kayu bakar di lingkungan rumah. Oleh karenanya, dokter perlu mencurigai adanya lesi kanker sinonasal pada pasien dengan keluhan nonspesifik yang berulang.[2,7,20]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli