Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Laringitis general_alomedika 2023-03-30T08:57:10+07:00 2023-03-30T08:57:10+07:00
Laringitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Laringitis

Oleh :
dr.Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Diagnosis laringitis dicurigai pada pasien dengan keluhan disfonia, yang disertai infeksi pada saluran napas atas, penggunaan suara berlebihan, atau trauma pada laring.

Anamnesis

Pada anamnesis, dapat ditemukan beberapa gejala yang mengarah ke laringitis, seperti:

  • Disfonia
  • Disfagia
  • Odinofagia
  • Nyeri tenggorokan
  • Tenggorokan terasa gatal dan kering
  • Globus faringeus (sensasi seperti ada benjolan di tenggorokan)
  • Batuk kering kronis
  • Sering berdehem [1]

Gejala dari Penyebab Laringitis

Gejala lain yang berhubungan atau mendasari kondisi laringitis adalah rasa panas pada dada (heartburn) yang disebabkan oleh gastroesophageal reflux disease. [14]

Anamnesis terhadap onset gejala dapat membantu mengarahkan penyebab laringitis. Onset yang cepat atau kurang dari 7 hari biasanya disebabkan oleh virus, sedangkan laringitis akibat infeksi jamur biasanya bersifat gradual. [6,8]. Gejala yang timbul secara cepat dan mengancam jiwa biasanya disebabkan oleh alergi. [4] Untuk gejala laringitis yang bersifat kronik (hitungan minggu atau bulan) biasanya disebabkan oleh paparan iritan dalam jangka waktu lama seperti asap rokok (iritan melalui inhalasi) atau refluks asam lambung. [2]

Beberapa obat juga dapat berkontribusi terhadap timbulnya laringitis. Berikut adalah beberapa obat yang perlu ditanyakan penggunaannya:

  • Obat imunosupresi (baik sistemik atau kortikosteroid inhalasi). Obat ini dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada laring. Penggunaan kortikosteroid inhalasi berhubungan dengan iritasi mukosa dan infeksi jamur.
  • Penghambat angiotensin-converting enzyme. Obat ini dapat menyebabkan batuk kronik.
  • Antihistamin, diuretik, antikolinergik. Obat-obat ini dapat menyebabkan mukosa pada laring mengering sehingga rawan terkena infeksi.
  • Antipsikotik (termasuk golongan yang atipikal). Obat ini berhubungan dengan distonia pada laring.
  • Obat ini meningkatkan risiko refluks. [1,2]

Epiglotitis dan Croup

Epiglotitis akut juga menunjukkan gejala yang sama yaitu suara serak, disfagia, odinofagi, stridor, dan air liur yang sering menetes.

Inflamasi pada laring dapat meluas ke trakea dan bronkus. Kondisi ini dikenal sebagai croup atau laringotrakeobronkitis. Croup umumnya muncul pada anak karena bagian subglotis adalah bagian paling sempit dari saluran napas anak kecil.

Manifestasi klinis dari croup adalah adanya demam, suara serak, batuk dengan suara seperti menggonggong (barking cough), dan pada kondisi yang lebih berat dapat ditemukan sesak napas dengan stridor saat inspirasi. Perjalanan penyakit gejala-gejala tersebut perlu digali dengan baik karena laringitis dapat disebabkan oleh lebih dari satu etiologi. [1]

Riwayat Penyakit Dahulu

Selain menanyakan gejala, riwayat penyakit pasien perlu digali lebih lanjut. Berikut adalah beberapa riwayat penyakit yang berhubungan dengan laringitis:

  • Riwayat pembedahan pada daerah leher atau dada,, terutama yang berpotensi mengganggu nervus laringeal
  • Riwayat intubasi endotrakea
  • Riwayat trauma (termasuk fonotrauma) pada pita suara
  • Riwayat penyakit sebelumnya (infeksi HIV, rhinitis alergi, penyakit autoimun, atau penyakit granulomatosa)
  • Riwayat merokok
  • Riwayat sleep apnea atau mendengkur saat tidur. [1,2]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik umum dapat ditemukan peningkatan suhu. Pada keadaan yang berat, dapat ditemukan peningkatan laju pernapasan akibat distress. Pemeriksaan pada rongga mulut dan orofaring perlu memeriksa patensi jalur pernapasan, adanya perubahan mukosa, dan adanya perubahan sekeresi mukosa menjadi purulen. [1,2]

Pemeriksaan laringoskopi indirek dapat dilakukan untuk melihat pita suara dan area laring. Namun perlu diingat bahwa pemeriksaan fisik pada croup dapat mempresipitasi respiratory distress, dan laringoskopi pada epiglotitis dapat mempresipitasi laringospasme.

Berikut adalah tanda yang ditemukan pada laringitis.

Tabel 2. Pemeriksaan Fisik pada Laringitis

Etiologi Tanda
Viral

●       Edema atau eritema pada pita suara

●       Pembengkakan subglotis

●       Erosi dan nekrosis pada mukosa laring (jarang ditemukan)

Bakterial

●       Edema dan eritema pada laring

●       Sekresi purulen pada endolaringeal

●       Terdapat pseudomembran atau lapisan serosa

●       Terdapat ulserasi

Jamur

●       Terdapat plak putih pada endolaringeal dan prilaringeal

●       Terdapat jaringan granulasi

●       Terdapat ulserasi

●       Edema dan eritema pada laring

Laringitis akut akibat reaksi alergi dapat menunjukkan, gejala sistemik (urtikaria, takikardi, takipnea, hipotensi), atau asfiksia akut. Untuk laringitis kronik akibat reaksi alergi biasanya tidak terlalu agresif. Tanda yang dapat muncul adalah edema pada pita suara, adanya mukus pada endolaringeal, eritema pada mukosa aritenoid, dan penebalan mukus yang dapat menyeberangi plika vokalis. [4]

Pada pemeriksaan leher, adanya benjolan atau bukti adanya trauma juga perlu dicari. Pemeriksaan nervus kranial juga perlu dilakukan untuk mencari adanya paresis. [1-3]

Skoring Derajat Disfonia

Penilaian adanya perubahan suara dan kualitas suara dapat dilakukan dengan menggunakan skala sederhana (skala 1 – 5) yang membagi disfonia menjadi 5 derajat:

  • Derajat 1 adalah suara normal subjektif
  • Derajat 2 adalah disfonia ringan
  • Derajat 3 adalah disfonia sedang
  • Derajat 4 adalah disfonia berat
  • Derajat 5 adalah afonia [1]

Diagnosis Banding

Gejala suara serak atau disfoni memiliki beberapa diagnosis banding selain laringitis. Berikut adalah diagnosis yang dapat menimbulkan disfoni:

Massa Pita Suara Bilateral

Adanya massa pada pita suara, misalnya nodul pita suara, dapat menyebabkan gejala yang menyerupai laringitis. Cara membedakannya adalah dengan laringoskopi dimana akan ditemukan penebalan fibrosa subepitelial pada lipatan plika vokalis. Penyebab paling sering adalah penggunaan suara yang berlebihan.

Pseudokista Laring

Pseudokista dibedakan dengan laringitis berdasarkan temuan laringoskopi. Pseudokista akan terlihat sebagai lesi translusen pada vibratory margin. Penyebab yang sering adalah penggunaan suara yang berlebihan dan paresis plika vokalis.

Hematoma Pita Suara

Hematoma pita suara dapat timbul pada pengguna antikoagulan, trauma laring langsung, ataupun penggunaan suara yang berlebihan. Pada laringoskopi akan tampak ekstravasasi darah pada subepitel. [2]

Keganasan

Pada pasien dengan faktor risiko (seperti merokok), yang datang dengan disfonia, keganasan perlu dicurigai. Gejala yang dapat menyertai disfonia pada pasien dengan keganasan antara lain hemoptisis, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, dan kesulitan menelan.

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis laringitis dapat ditegakkan secara klinis. Pada keadaan dimana gejala atipikal, atau dicurigai adanya keganasan dan keterlibatan organ lain, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan. Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis laringitis atau mencari penyebab laringitis, antara lain laringoskopi langsung, pencitraan, biopsi, pH monitoring, dan lain-lain.

Laringoskopi Direk

Pemeriksaan laringoskopi direk tidak dilakukan pada semua pasien. Pemeriksaan awal untuk melihat laring dapat dilakukan secara indirek dengan menggunakan cermin. Pemeriksaan laringoskopi sebaiknya dilakukan sebelum pasien melakukan terapi suara.

Laringoskopi direk dengan endoskopi fleksibel atau strobovideolaringoskopi diindikasikan pada pasien dengan:

  • Gejala menetap setelah 3 minggu
  • Stridor, tetapi hanya pada keadaan dimana patensi jalan napas dapat dijaga
  • Riwayat pembedahan pada bagian leher (kecurigaan adanya kerusakan nervus laringeal)
  • Riwayat intubasi endotrakeal
  • Riwayat terapi radiasi pada daerah leher
  • Riwayat merokok
  • Penggunaan suara berlebihan
  • Berat badan turun yang tidak diketahui penyebabnya
  • Hemoptisis
  • Disfagia atau odinofagia
  • Otalgia
  • Adanya benjolan pada leher
  • Adanya gejala neurologis
  • Kondisi imunosupresi
  • Adanya kecurigaan aspirasi benda asing
  • Neonatus
  • Suara serak yang semakin memberat. [1,3]

Pada kasus laringotrakeobronkitis berulang, laringoskopi dan bronkoskopi direkomendasikan untuk melihat adanya kelainan pada saluran napas. Pada 39% kasus anak dengan laringotrakeobronkitis atipikal, ditemukan adanya lesi pada saluran napas seperti stenosis subglotis, celah pada laring, hemangioma subglotis, trakeomalasia, dan laringomalasia. [15]

Laringoskopi dengan teleskop kaku dan lampu stroboskopik (strobovideolaringoskopi) dapat membantu memperlihatkan plika vokalis dengan lebih jelas. Pada kasus laringitis akut pada laringitis kronik dapat ditemukan plika vokalis dengan jaringan parut, hipervaskularisasi, sekresi yang tebal dan banyak, eritema laring difus, dan edema plika vokalis. Laringoskopi dengan pipa yang kaku digunakan untuk kasus dengan temuan yang berbahaya, seperti peningkatan vaskularisasi, ulserasi, atau pertumbuhan eksofitik. Tindakan ini biasanya disertai dengan biopsi dan dilakukan dengan pembiusan umum. [8,16]

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi, seperti CT scan atau MRI, tidak rutin dilakukan pada pasien dengan keluhan suara serak saja. Pada pasien yang diduga mengalami laringitis akibat refluks dan tidak menunjukkan perbaikan dengan proton pump inhibitor dan menunjukkan gejala disfagia ketika makan makanan padat atau tersedak, maka pemeriksaan barium swallow dengan videofluoroskopi dapat dilakukan. [1]

Biopsi

Biopsi dan kultur juga bukan pemeriksaan yang rutin dilakukan. Pemeriksaan ini dapat membantu menyingkirkan nodul, polip, lesi prekanker atau lesi kanker, inflamasi kronik, atau infeksi. Biopsi direkomendasikan pada lesi yang dicurigai mengarah ke keganasan yang ditandai dengan adanya peningkatan vaskularisasi, ulserasi, atau pertumbuhan eksofitik. [1,3]

Biopsi dan kultur juga direkomendasikan pada pasien dengan kondisi imunosupresi atau pasien imunokompeten yang memiliki riwayat kemoradioterapi, penggunaan inhaler jangka lama, atau refluks laringofaringeal. [1]

Penunjang untuk Laringitis akibat Refluks

Pada pasien yang dicurigai mengalami refluks, pemeriksaaan esofagogastroskopi, pH monitoring, atau manometri esofageal dapat dilakukan. [1,8]

Referensi

1. Wood JM, Athanasiadis T, Allen J. Laryngitis. 2014;349:g5827. https://doi.org/10.1136/bmj.g5827
2. House SA, Fisher EL. Hoarseness in adults. Am Fam Physician. 2017;96(11):720-8 https://www.aafp.org/afp/2017/1201/p720.html
3. Stachler RJ, Francis DO, Schwartz SR, Damask CC, Digoy GP, Krouse HJ. Clinical practice guideline: hoarseness (dysphonia). Otolaryngol Head Neck Surg. 2018;158(1_suppl):S1-S42. doi: 10.1177/0194599817751030
4. Krouse JH, Altman KW. Rhinogenic laryngitis, cough, and the unified airway. Otolaryngol Clin North Am. 2010;43(1):111-21. doi: 10.1016/j.otc.2009.11.005
6. Dworkin JP. Laryngitis: types, causes, and treatments. Otolaryngol Clin North Am. 2008;41(2):419-36
8. Tulunay OE. Laryngitis—diagnosis and management. Otolaryngol Clin North Am. 2008;4(12):437-51
14. Yuksel ES, Vaezi MF. Extraesophageal manifestations of gastroesophageal reflux disease: cough, asthma, laryngitis, chest pain. Swiss Med Wkly. 2012;142:w13544
18. Hodnett BL, Simons JP, Riera KM, Mehta DK, Maguire RC. Objective endoscopic findings in patients with recurrent croup: 10-year retrospective analysis. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2015;79(12):2343-7

Epidemiologi Laringitis
Penatalaksanaan Laringitis

Artikel Terkait

  • Nyeri Tenggorokan pada Anak - Penyebab dan Tata Laksananya
    Nyeri Tenggorokan pada Anak - Penyebab dan Tata Laksananya
  • Pemberian Kortikosteroid pada Nyeri Tenggorokan
    Pemberian Kortikosteroid pada Nyeri Tenggorokan
  • Red Flag Suara Serak
    Red Flag Suara Serak
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 11 November 2024, 14:41
Anak usia 2 tahun stridor, demam, dan sakit tenggorokan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Anak usia 2 tahun datang dengan keluhan demam dan batuk, sakit tenggorokan sejak semalam, demam sampai 38.5°C namun saat pemeriksaan suhu 36.8°C, stridor...
Anonymous
Dibalas 03 Oktober 2022, 22:22
Bagaimana menentukan terapi laringitis yang tepat?
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter, pada kasus laringitis dimana suara pasien serak / habis, di artikel artikel alomedika terapi nya bisa dengan obat batuk maupun obat gerd apabila...
Anonymous
Dibalas 30 September 2022, 14:39
Pasien anak usia 10 tahun dengan suara serak tanpa tonsilitis dan faring sedikit hiperemis
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, anak usia 10 tahun dengan suara serak tidak ada tonsilitis, faring sedikit hiperemis. Diberikan antibiotik cefadroxil 5 hari, dexamethason, dan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.