Etiologi Laringitis
Etiologi laringitis akut terdiri dari beberapa kelompok, yaitu virus, bakteri, jamur, dan noninfeksius. Kebanyakan etiologi infeksius adalah virus, seperti adenovirus dan rhinovirus. Penyebab infeksius tersering selanjutnya adalah bakteru, seperti pertusis. Berikut adalah etiologi laringitis akut yang telah diketahui sampai saat ini. [1,2,6-9]
Tabel 1. Etiologi Laringitis Akut
Kelompok | Etiologi |
Virus | ● Rinovirus ● Respiratory syncytial virus (RSV) ● Adenovirus ● Influenza A atau B ● Parainfluenza tipe 1 dan 2 ● Spesies herpes ● Herpes zoster ● HIV ● Virus coxsackie ● Virus Epstein-Barr |
Bakteri | ● Streptococcus beta hemoliticus ● Staphylococcus aureus yang resisten terhadap metisilin ● Pertussis ● Sifilis ● Tuberkulosis ● Actinomikosis ● Difteri ● Lepra |
Jamur | ● Kandidiasis (biasanya muncul akibat penggunaan inhaler asthma atau antibiotik jangka panjang) ● Blastomikosis ● Histoplasmosis ● Coccidiodomikosis ● Cryptococcus neoformans (sering ditemukan pada pasien imunosupresi) ● Aspergilosis |
Trauma | ● Fonotrauma akibat penggunaan suara yang berlebihan ● Intubasi ● Batuk kronik ● Kebiasaan sering berdehem ● Trauma tumpul atau penetrasi ke laring ● Inhalasi partikel |
Kelainan kongenital juga dapat menjadi etiologi laringitis akut berulang. Sekitar 30,3% dari 97 anak dengan hemangioma subglotis kongenital memiliki riwayat laringitis akut berulang. [10]
Etiologi laringitis kronik biasanya bersifat noninfeksius. Beberapa etiologi laringitis kronik adalah refluks laringoesofageal, rhinitis alergi, penyakit autoimun (systemic lupus erythematosus, rheumatoid arthritis, mucous membrane pemphigoid), penyakit granulomatosa, rokok, dan trauma yang tidak tertangani pada fase akut. [1,2,11]
Faktor Risiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya laringitis, antara lain:
- Penggunaan suara berlebihan dalam aktivitas sehari-hari seperti pada penyanyi, aktor, atau guru
- Merokok
- Mengorok atau kebiasaan bernapas melalui mulut
- Sleep apnea
- Kondisi imunosupresi seperti pada pasien kemoterapi, transplantasi sumsum tulang belakang, leukemia, limfoma, infeksi HIV, sarkoidosis, sirosis hepar, penggunaan obat imunosupresan, dan antiinflamasi dalam jangka waktu lama
- Penggunaan obat-obatan seperti inhalasi kortikosteroid, antibiotik dalam jangka waktu lama, penghambat angiotensin-converting enzyme, antihistamin, diuretik, antikolinergik, antipsikotik, dan bifosfonat. [1,2,6]