Etiologi Mastoiditis
Etiologi mastoiditis adalah infeksi dan inflamasi pada mastoid air cells maupun epitel yang melapisinya dan seringkali terjadi sebagai komplikasi sekunder dari otitis media. Faktor risiko mastoiditis bergantung pada faktor inang, seperti imunitas mukosa, anatomi tulang temporal, dan imunitas sistemik; serta faktor mikroba, seperti lapisan pelindungnya, resistensi antibiotik, dan kemampuan untuk menembus jaringan (strain invasif).[1,2,6,27]
Hampir sebagian besar patogen yang menyebabkan mastoiditis adalah bakteri. Jenis-jenis bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi pada mastoiditis adalah:
- Streptococcus pneumoniae
- Grup A beta-hemolytic streptococci
- Staphylococcus aureus
- Streptococcus pyogenes
- Moraxella catarrhalis
- Haemophilus influenzae
- Pseudomonas aeruginosa
Mycobacterium sp.[1,6]
Selain bakteri, infeksi jamur yang tidak mendapatkan terapi adekuat, seperti Aspergillus fumigatus, juga dapat berperan menyebabkan mastoiditis.[1,6]
Faktor Risiko
Faktor risiko yang berperan pada mastoiditis terbagi menjadi faktor imunitas dan struktur anatomi.
Faktor Imunitas
Menurut data epidemiologi global, hampir sebagian besar kasus mastoiditis terjadi pada anak–anak, terutama di bawah usia 2–3 tahun. Hal ini diakibatkan sistem imunitas tubuh pada anak masih belum siap untuk melawan patogen–patogen (virus, bakteri) penyebab infeksi pada tubuh kita. Orang dewasa juga dapat berisiko mengalami mastoiditis apabila memiliki kondisi immunocompromised, seperti pasien HIV atau kanker.[7,8]
Struktur Anatomi
Selain dipengaruhi oleh faktor imunitas, struktur anatomi tertentu bisa menjadi faktor risiko terjadinya mastoiditis. Anak-anak cenderung memiliki tuba eustachius yang lebih pendek dan horizontal daripada orang dewasa, sehingga lebih rentan untuk mengalami otitis media akut (OMA).
Anak-anak dengan kondisi autism spectrum disorder diduga lebih rentan hingga 2 kali lipat mengalami OMA dan mastoiditis. Penyebabnya masih belum diketahui secara pasti, tetapi diduga berkaitan dengan kondisi low set ears pada anak autism spectrum disorder yang berkaitan erat dengan deformitas kraniofasial.[7,8]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli