Prognosis Mastoiditis
Prognosis mastoiditis tanpa komplikasi biasanya baik dengan antibiotik, tata laksana suportif, dan miringotomi tanpa memerlukan mastoidektomi.[2]
Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi akibat mastoiditis terbagi menjadi dua jenis, yakni komplikasi yang disebabkan oleh kondisi mastoiditis itu sendiri dan komplikasi yang disebabkan oleh tindakan pembedahan (mastoidektomi).
Komplikasi Mastoiditis
Komplikasi yang disebabkan oleh mastoiditis terbagi menjadi dua, yakni ekstrakranial dan intrakranial. Komplikasi ekstrakranial berupa palsy nervus VII fasialis, tuli konduktif, tuli sensorineural, abses subperiosteal, erosi tulang atau osteomielitis kranial, abses Bezold, labirinitis, dan petrositis. Sedangkan komplikasi intrakranial yakni berupa meningitis, abses serebri, empiema subdural, abses subperiosteal, dan trombosis sinus dural.[6,8]
Komplikasi Mastoidektomi
Komplikasi yang disebabkan oleh tindakan mastoidektomi adalah paralisis nervus fasialis, dislokasi tulang incus, yang dapat berujung pada tuli persisten, penetrasi dari fossa media dan posterior, ruptur sinus sigmoid, stenosis meatus, kerusakan labyrinthine, hingga abses serebri.[6,8]
Komplikasi–komplikasi tersebut jarang terjadi pada orang dewasa dan anak berusia di atas 10 tahun. Anak di bawah usia 10 tahun, anak dengan autism spectrum disorder, dan pasien dengan kondisi immunocompromised, seperti pasien HIV dan kanker, lebih rentan mengalami komplikasi.[6,8]
Prognosis
Prognosis disesuaikan dengan derajat keparahan infeksi dan komplikasi yang disebabkan. Prognosis dapat lebih buruk jika terjadi komplikasi, baik intrakranial maupun ekstrakranial, terutama pada anak-anak. Prognosis lebih baik pada mastoiditis tanpa komplikasi yang mendapat terapi definitif adekuat.[1]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli